Zayden tidak kembali ke kantor sepanjang sore, sementara Audrey juga pulang kerja tepat waktu. Setibanya di rumah, Audrey membersihkan diri dan menyantap makan malam sebelum akhirnya Zayden pulang. Audrey duduk di samping, lalu menggenggam ujung pakaiannya dengan gugup saat melihat Zayden menaruh pakaiannya kemarin.Audrey berpikir bahwa Zayden seharusnya ingin mengatakan sesuatu kepadanya.Wanita malam itu sudah minggat dari rumah. Dia seharusnya bermaksud ingin Zayden memberikannya sebuah status. Audrey merasa bahwa Zayden juga tidak perlu menunda perceraian mereka lagi.Zayden merasakan ada sepasang mata yang terus menatap dirinya. Dia mengernyitkan alis dan mendongak, lalu matanya saling bertatapan dengan sorot mata Audrey yang tampak penasaran. Setelah bertatapan selama satu detik, Zayden pun mengalihkan pandangannya dan berkata dengan nada dingin, "Kenapa kamu terus menatapku?""Nggak ada. Aku hanya berpikir mungkin kamu ingin mengatakan sesuatu padaku," jawab Audrey.Audrey sedi
Audrey seketika merasa bahwa dunia ini benar-benar sangat kecil. Bisa-bisanya hal yang begitu kebetulan seperti ini terjadi. Namun, Audrey merasa ada yang aneh dalam hatinya. Menurut Audrey, ada yang tidak beres dalam hal ini meski dia tidak bisa mengidentifikasinya dengan pasti.Audrey tidak ingin terus merasa curiga tanpa bukti yang kuat. Jadi, Audrey langsung menghubungi Shania dan mengajaknya untuk bertemu.Saat ini, Shania sedang bersantai di kamarnya. Awalnya, dia mengira setelah peristiwa kemarin terjadi, Zayden akan segera bertindak untuk mengusir Audrey dan menikahinya. Namun, begitu dia bertanya hari ini, pria itu malah tidak bermaksud seperti itu. Shania juga tidak berani menunjukkan dirinya terlalu terburu-buru karena takut akan merusak rencananya. Jadi, dia hanya bisa menunggu hasilnya dengan khawatir.Begitu mendengar ponselnya berdering, Shania mengira itu panggilan dari Zayden sehingga dirinya bergegas melihat ponsel. Namun ternyata, itu adalah panggilan dari Audrey. Sh
Awalnya, Shania merasa khawatir apakah Audrey telah menemukan petunjuk tentang kejadian malam itu. Dia sama sekali tidak menyangka ternyata hal ini yang ingin Audrey bicarakan. Shania seketika memikirkan sebuah cara. Dia melirik kamera di kafe dan memastikan bahwa posisi mereka bisa terekam oleh kamera."Aku … aku nggak tahu. Aku benar-benar nggak tahu hal ini," sahut Shania.Shania lanjut menimpali dengan wajah tidak bersalah, "Aku dan Tuan Zayden saling mengenal karena terakhir kali aku bertemu seorang pria yang mabuk ketika pulang kerja di malam hari. Pria itu berniat buruk padaku, lalu Zayden menolongku dan mengantarku pulang. Sejak saat itu, kami perlahan saling jatuh cinta. Aku benar-benar nggak tahu ternyata dia sudah berkeluarga!"Shania berbicara sambil mencubit pahanya dengan keras. Rasa sakit itu membuat matanya seketika memerah dan terlihat sangat kasihan. Hal ini pun membuat orang tidak tega untuk meragukan ucapannya.Mendengar Shania berbicara seperti itu, Audrey tampak s
Mendengar hal itu, Audrey langsung melepaskan diri dari genggaman Shania dan berkata, "Shania, aku nggak akan memukulmu. Kamu mungkin sudah salah paham tentang tujuanku mengajakmu bertemu. Aku hanya ingin memastikan beberapa hal. Sekarang, aku sudah tahu, jadi nggak ada masalah apa-apa lagi."Ketika melihat Audrey begitu tenang, Shania merasa geram dalam hatinya. Shania mulai mencurigai apakah Audrey benar-benar pintar atau terlalu bodoh. Padahal dia sudah sengaja memprovokasi Audrey, tetapi Audrey sama sekali tidak menyadarinya dan bahkan mengusir semua orang itu. Ditambah lagi, Shania juga sudah mempersiapkan diri untuk dipukul.Setelah melihat Shania sudah kembali tenang, Audrey menyuruhnya untuk kembali duduk dan berkata dengan datar, "Aku dan Zayden memang terikat pernikahan, tapi kami nggak punya perasaan apa pun. Kalau kamu berpacaran dengannya, aku juga nggak punya alasan untuk ikut campur.""Kalau begitu, kapan kalian akan bercerai?" Ketika mendengar Audrey mengatakan bahwa di
"Zayden, akhirnya kamu datang. Setelah listriknya padam, di sini benar-benar sangat gelap. Aku takut sekali!" seru Shania sambil terisak.Bagian tubuh Zayden yang disentuh oleh Shania seketika menjadi sedikit kaku. Dia segera mendorong Shania dengan pelan dan berkata, "Kamu tidak apa-apa? Kenapa listriknya bisa tiba-tiba padam?""Sepertinya ada kerusakan sirkuit di suatu tempat. Mereka sedang mencari orang untuk memperbaikinya, tapi nggak tahu kapan bisa selesai. Aku nggak apa-apa, hanya sedikit takut berada di sini sendirian," jawab Shania sambil terisak. Suaranya terdengar sangat sedih dan membuat orang merasa sulit untuk menolak permintaannya."Baiklah, semuanya sudah baik-baik saja," hibur Zayden. Pada saat ini, Zayden sudah menjaga jarak dengan Shania dan hanya menepuk pundaknya dengan satu tangan."Ya," sahut Shania sambil menarik Zayden kembali ke kamarnya.Seluruh lilin yang bisa digunakan di vila telah ditaruh oleh Shania di kamarnya. Cahaya lilin yang mengelilingi tempat tidu
Tepat saat Shania sedang memikirkan cara untuk melanjutkan rencananya, lampu di dalam kamar mendadak berkedip beberapa kali sebelum akhirnya menyala sepenuhnya. Sepertinya, sirkuit listriknya sudah selesai diperbaiki.Melihat lampu yang sudah kembali menyala, Zayden pun merasa lega. Dia sontak berkata tanpa melihat Shania yang sedih di atas tempat tidur, "Listriknya sudah kembali nyala, aku pergi dulu."Shania tentu tidak rela Zayden pergi begitu saja. Namun, melihat punggung Zayden yang pergi dengan tegas, Shania juga tidak berani mencoba mempertahankannya lagi. Setelah Caleb membawa Zayden pergi dengan mobil, Shania pun menghancurkan satu set peralatan teh porselen yang mewah di kamarnya.Dia benar-benar tidak habis pikir, di mana letak kekurangannya dari Audrey? Padahal dia sudah memberikan dirinya, tetapi Zayden tetap tidak mau menyentuhnya! Kenapa bisa seperti ini?…Caleb sudah mengantar Zayden kembali ke Kediaman Moore. Mungkin karena minum terlalu banyak saat pesta, Zayden yang
Karena sedang hamil, Audrey sudah lama tidak menggunakan barang kosmetik dan parfum yang bisa memberi pengaruh buruk untuk kandungannya. Jadi, aroma ini pasti milik wanita lain. Begitu teringat Zayden baru saja memeluk wanita lain dan sekarang mencoba menggodanya, Audrey merasa sangat tidak senang. Dia pun berusaha mengulurkan tangan dan melepaskan diri dari pelukan Zayden.Zayden yang didorong seperti itu menjadi sedikit sadar. Begitu melihat wajah Audrey yang menatapnya dengan kesal, Zayden pun bertanya dengan suara rendah, "Ada apa denganmu?"Audrey merasa bahwa Zayden benar-benar sangat tidak tahu malu. Dia pun menyahut, "Kamu yang seharusnya tanya pada dirimu sendiri, 'kan? Kalau mau mencari wanita lain, lakukan saja. Jangan menggangguku di sini."Seusai berbicara, Audrey hendak turun dari tempat tidur. Dia benar-benar tidak ingin menghadapi Zayden lebih lama lagi. Audrey juga takut dirinya tidak bisa menahan kemarahannya dan menampar Zayden. Namun, sebelum kaki Audrey menyentuh l
Suhu di dalam kamar perlahan meningkat. Tepat saat Audrey hampir sepenuhnya terbawa oleh tindakan Zayden dan melupakan segalanya, Zayden yang sedang mencium tubuh Audrey mendadak menggigit pundak Audrey sejenak. Zayden tidak menggunakan kekuatan yang berlebihan, tetapi gigitannya yang lembut itu tetap membuat Audrey sedikit tersadar.Kemudian, Audrey sontak menyadari bahwa dirinya sedang mengandung saat ini. Bagaimana mungkin dia melakukan hal seperti itu dengan Zayden? Itu pasti akan memengaruhi anak dalam kandungannya!Dengan panik, Audrey langsung mendorong Zayden yang berada di atasnya. Lantaran posisi mereka berada di pinggir tempat tidur dan Zayden juga tidak mewaspadainya, Zayden seketika terjatuh ke lantai setelah didorong oleh Audrey.Ketika mendengar Zayden terjatuh ke bawah tempat tidur, Audrey sontak terkejut dan bergegas memeriksa keadaan Zayden. Saat turun, Audrey mendapati bahwa Zayden sepertinya sudah tertidur dan tidak ada tampang yang sombong seperti tadi lagi.Audrey