Asha memutar bola mata malas, namun akhirnya ia mau masuk juga ke dalam mobil, begitu pula dengan Damian yang langsung masuk saja tanpa membukakan pintu mobil untuk Asha.
"Memangnya kamu pikir aku sopir kamu?" Damian berucap dengan wajah datarnya saat mereka berdua sudah dalam mobil.Asha bingung 'Bukannya tadi dia sendiri yang menyuruhnya untuk masuk? Kenapa sekarang malah bilang begitu? Dasar cowok aneh!"Asha masih tidak mengerti, kalau bukan Damian yang menyetir mobil, lantas siapa yang akan jadi sopir, sedangkan ia tidak tau caranya mengendarai mobil."Turun!" perintah Damian."Hey! Cowok aneh! Maksud kamu apa, hah? Kalau nggak mau antar ya bilang aja dari awal! Kenapa baru sekarang? " Asha sungguh merasa kesal dengan cowok di depannya ini.Damian melirik sekilas pada Asha, ia bisa melihat wajah gadis itu yang merah padam menahan amarah. Dari sekian banyak perempuan yang dijodohkan dengannya, hanya Asha yang sikapnya sedikit bar-bar. Namun sayang, kebanyakan dari mereka mau dijodohkan dengannya hanya karena Damian orang kaya dan sudah mapan, tidak ada yang tulus. Untuk itulah, sampai sekarang ia masih sendiri.Akan tetapi berbeda dengan Asha, seperti ada daya tarik tersendiri bagi Damian. Sikapnya yang tidak seperti kebanyakan cewek, bahkan Damian bisa menilai kalau Asha seperti tidak merasa nyaman dengan penampilannya. Ia yakin kalau sehari-hari Asha pasti jarang atau tidak pernah memakai make up dan sepatu hak tinggi seperti ini. Selain itu, jika sebelumnya cewek yang dijodohkan dengannya selalu seperti mencari-cari perhatian padanya, berbeda dengan Asha yang bahkan berani marah-marah padanya."Tau begini tadi aku pesan ojek online saja, memangnya siapa juga yang mau diantarkan makhluk luar angkasa sepertimu!""Tunggu!" ucap Damian.Asha menghentikan aksinya yang sudah bersiap untuk keluar dari mobil, dan memesan ojek online. Ia makin merasa aneh dengan cowok ini."Apa lagi? Bukannya tadi kamu bilang kalau kamu bukan sopir? Atau kamu takut kalau aku bakalan ngadu? Sorry to say ya," jawab Asha."Pindah ke depan!" ucap Damian dengan wajah yang masih dingin.Asha masih terlihat kurang mengerti, tadi cowok kulkas 7 pintu ini mengeluh kalau ia bukan sopir, tapi sekarang giliran Asha berniat ingin pulang sendiri dengan naik ojek, ia malah menyuruhnya pindah ke depan."Kalau kamu duduk di belakang, aku terlihat seperti sopir yang mengantarkan penumpangnya," ucap Damian lagi.Asha akhirnya keluar dari mobil dan pindah duduk di depan, ia duduk di samping Damian. Bahkan membukakan pintu untuknya saja tak dilakukan oleh Damian, walaupun ia suka dengan Min Yoongi, cowok Korea idolanya itu yang kelihatannya cuek dan dingin, namun Asha juga ingin punya pasangan yang bersikap romantis. Sungguh kali ini jodoh yang dikenalkan oleh Ibu sangat diluar dari ekspektasinya."Ck! Menyebalkan sekali!" Asha menggerutu."Pakai sabuk pengamannya!" perintah Damian lagi.Agak sedikit kesulitan Asha melakukannya, dan tanpa ia sadari ternyata Damian memperhatikan dirinya. Lalu Damian pun membantu Asha memasang sabuk pengaman itu. Kini jarak mereka begitu dekat, Asha bahkan bisa mencium aroma parfum milik Damian yang begitu maskulin. Hal itu membuatnya memejamkan mata, membayangkan adegan yang sering ia tonton di drakor favoritnya."Sudah," ucap Damian singkat. Ia pun melirik Asha yang sedang memejamkan matanya."Kenapa merem? Apakah kamu sedang membayangkan hal yang tidak-tidak?"Menyadari aksi konyolnya, Asha membuka matanya. Ia sangat malu sekali karena apa yang Damian katakan barusan adalah benar, ia memang sedang membayangkan adegan romantis yang sering ia tonton di drama Korea favoritnya."Si–siapa juga yang begitu? Aku cuma malas saja melihat wajahmu yang sangat menyebalkan. Memangnya kamu pikir apa? Aku sedang membayangkan kalau kita berciuman?" ucap Asha berusaha menutupi rasa gugupnya."Apakah tadi aku bilang begitu?" sahut Damian dengan wajahnya yang selalu datar.Asha salah tingkah sendiri, ia malah keceplosan mengatakan hal itu. Sekarang ketahuan kalau ia memang membayangkan hal yang tidak-tidak. Wajah Asha pun memerah, menahan rasa malu. Kalau bisa, saat ini rasanya ia ingin menghilang saja dari hadapan Damian."Sudah cepat antar aku pulang!" ucap Asha, ia berusaha menutupi perasaan itu.Damian lalu memacu mobilnya meninggalkan kafe tempat mereka makan siang tadi. Mereka berdua pun saling diam, tak banyak bicara. Asha sendiri tipe orang yang rame, harus berhadapan dengan makhluk yang menurutnya aneh, dingin, datar, dan hanya bicara seperlunya saja."Kita mau kemana?" tanya Asha. Ia menyadari kalau ini bukan jalan pulang ke rumahnya. 'Apa jangan-jangan cowok ini mau culik aku dan ah tidak, apa dia mau membawaku ke hotel?' Asha berkata dalam hati dan membayangkan hal itu.Sedangkan Damian masih fokus menyetir, ia mengabaikan pertanyaan dari Asha barusan. Hal ini membuat Asha semakin berpikiran yang macam-macam.Karena Damian hanya diam saja, Asha lalu berkata "Turunkan aku di sini! Jangan macam-macam ya kamu, aku mau pulang!" bentak Asha."Memangnya kamu pikir, aku akan menculik mu?" akhirnya Damian menjawab. Sekali lagi, Damian seperti bisa membaca apa yang ada di pikiran Asha."Lantas mau dibawa kemana aku? Ini bukan jalan pulang ke rumahku? Atau jangan-jangan....""Jangan-jangan apa? Apa kamu membayangkan kalau aku akan membawamu ke tempat yang aneh?" Damian tersenyum miring lalu lanjut "Seperti hotel? Ternyata kamu mesum sekali ya jadi cewek."Ingin rasanya Damian tertawa melihat wajah Asha yang seperti ketakutan, namun ia tetap harus memasang wajah cool nya. Image itu memang sudah melekat pada diri Damian. Jika cewek-cewek sebelumnya, pasti sudah senang sekali kalau sampai ia mengajak mereke ke hotel. Sungguh ia jadi makin penasaran sekali dengan Asha."Bukan begitu, ini kan bukan jalan pulang ke rumahku, wajar saja bukan kalau aku berpikiran yang aneh-aneh," sahut Asha, kini ia agak melunak.Tanpa menjawab, Damian kembali melajukan mobilnya. Tempat tujuannya adalah mall yang terdekat. Tadi mamanya berpesan agar ia membelikan Asha sepatu baru. Ia juga yakin sekali kalau sepatu itu bukan milik Asha. Dan singkat cerita mereka pun sudah sampai."Kenapa kita ke sini?" tanya Asha. Namun lagi lagi Damian tak menjawab pertanyaan gadis itu. Ia mengambil sandal miliknya dan ia berikan pada Asha. Walau pasti ukurannya terlalu besar untuk kaki Asha, setidaknya lebih baik daripada Asha harus bertelanjang kaki atau memakai heel yang patah sebelah."Ini pakailah!""Apa ini? Apa ini sandal untuk kaki gajah? Besar sekali ukurannya," ucap Asha. Ukuran kaki Asha yang mungil harus memakai sandal yang diberikan oleh Damian yang hampir 2 kali lipat ukurannya.Karena Asha banyak bicara, membuat Damian juga harus menjawabnya, padahal ia biasanya sangat irit bicara dan cenderung pendiam."Apa kamu mau pakai sepatu yang rusak itu? Atau mau bertelanjang kaki? Sudah bagus aku mau meminjamkan sandal milikku," jawab Damian kesal. Lalu ia pun turun dari mobil dan meninggalkan Asha."Hey, tunggu! Gitu aja kok ngambek sih, ternyata cowok kulkas juga bisa merajuk," ledek Asha.Asha menyusul Damian dengan setengah berlari, karena ia tertinggal agak jauh. Kalau sampai kehilangan jejaknya, tak lucu juga kalau ia sampai tersesat di sini."Mau apa sih sebenarnya dia ngajak aku ke sini?"Asha menyusul Damian, ia berlari kecil agar tidak ketinggalan. Ketika sudah hampir dekat jarak diantara mereka, Damian berhenti secara mendadak, membuat Asha menabrak tubuhnya."Aw! Hei, kamu suka sekali sih bikin aku nabrak!" Asha kesal, sudah 2 kali ia menabrak si cowok dingin itu hari ini."Makanya, kalau jalan pakai mata!" sahut Damian ketus. Bukannya meminta maaf, ia malah lanjut jalan lagi. Sepertinya Damian suka sekali membuat Asha merasa kesal. Menuju sebuah store yang menjual sepatu, berbagai macam dan merk sepatu terjejer rapi. Asha mengikuti saja langkah kemana Damian pergi."Pilihlah yang kamu suka!" ucap Damian dengan wajah datarnya. Tanpa menjawab, Asha lalu berjalan dan melihat-lihat, ada banyak sepatu di sini. Tapi ia bingung akan memilih yang mana."Hah? Yang benar saja? I–ini harganya segini?" Asha begitu kaget melihat harga yang tertera untuk sepasang sepatu, ia pun berbalik dan menghampiri Damian yang sedang sibuk dengan ponsel di tangannya."Sudah?" tanya Damian
Dengan santainya, Damian membayar belanjaan Asha, sementara Asha sendiri ketar-ketir memikirkan banyaknya nominal yang harus ia ganti nanti. 'Satu juta lebih cuma dapat 2 pasang sepatu? Ah, menyesal sekali tadi aku ikut saja dengan cowok aneh ini, ini terlalu mahal, dan bagaimana aku bisa menggantinya nanti? Daripada buat beli sepatu mahal-mahal begini, lebih baik uangnya aku tabung buat nonton konser.'Asha masih memikirkan uang tadi, sampai ia tak menyadari kalau Damian sudah lebih dulu berjalan. Ia memang sedang menabung, namun untuk membeli sepatu itu rasanya ia tak rela saja. Uang itu rencananya ia kumpulkan untuk membeli tiket konser idolanya. "Harusnya tadi kita–"Ternyata Asha berbicara sendiri, Damian sudah agak jauh meninggalkan dirinya. Hanya kasir saja yang sepertinya melihat Asha seperti orang yang kebingungan. Asha menggaruk kepalanya yang tak gatal, terlihat seperti orang yang bod*h. Lalu ia pun menyusul Damian, jangan sampai dia ditinggal pulang oleh cowok itu kare
"Ke–kenapa kau melihatku seperti itu? Aku nggak mau ya melakukan hal yang aneh-aneh, kita juga baru sekali bertemu dan bukan tidak mungkin kalau kita tak berjodoh, lebih baik aku mengganti saja dengan uang daripada menuruti permintaanmu!"Jujur saja, Damian ingin tertawa melihat reaksi Asha yang berlebihan seperti ini. Belum apa-apa saja dia sudah berpikiran yang terlalu jauh."Aku bilang jangan melihatku seperti itu!" bentak Asha."Hey! Kamu pikir aku mau melakukan apa padamu? Kamu ini ternyata mesum sekali ya jadi cewek? Mengaku saja, pasti kamu membayangkan apa pada diriku?" tanya Damian sembari memasang wajah yang sangat menyebalkan, tawanya yang seolah mengejek Asha. Melihat wajah Damian, membuat Asha semakin panik. "Lantas apa mau mu wahai pria aneh? Cepat katakan! Kalau kamu mau aku mengganti uangmu, ok lah. Aku masih punya uang tabungan yang rencananya aku kumpulkan untuk menonton konser," ucap Asha. Sekarang Damian tau kalau Asha sangat mengidolakan grup boyband asal Korea
Mata Asha membulat tak percaya, ia pikir Damian tak akan mau menerima perjodohan ini. Namun nyatanya, ia malah meminta Asha untuk menerima saja. Asha nampak berpikir antara iya dan tidak, karena Damian bukanlah kriteria idaman calon pasangannya, apa lagi baru pertama saja ia sudah membuat kesalahan yang cukup fatal bagi Asha, yaitu mengolok cowok Kpop idolanya."Mikir begitu saja lama sekali! Lagi pula aku memintamu menerima bukan karena aku suka padamu, tapi aku sudah malas kalau harus dijodohkan lagi, seharusnya kamu merasa beruntung karena dijodohkan dengan lelaki seperti aku," ucap Damian penuh percaya diri sekali."Cih, PD sekali, yang ada tuh kamu musibah bagiku! Sudah lah kita pulang saja kalau begini," jawab Asha. Asha pun merasa begitu, ia juga sudah bosan mendengar omongan tetangganya yang menyebutnya akan menjadi perawan tua karena tak kunjung mendapatkan jodohnya, dan disaat ada teman Asha yang menikah, saat itulah pasti moment yang horor bagi Asha. Bagaimana tidak, Ibun
Kebetulan sekali saat Asha pulang, para tetangga sedang berkumpul di teras rumah, apa lagi yang mereka lakukan selain bertukar informasi terkini. Konon katanya, kalau semakin pelan suaranya, maka informasi tersebut biasanya memang valid. "Huft!! Ada tetangga rempong, pasti deh kalau mereka tau aku pulang bareng dan diantar oleh cowok, mereka bergosip yang tidak-tidak. Serba salah sekali sih jadi calon istri aset negara, ini masih di Indonesia loh, gimana kalau aku di Korea dan beneran nikah dengan Min Yoongi, bisa-bisa aku jadi musuh separuh penduduk bumi," Asha bergumam.Rumah Asha harus melewati sekumpulan ibu-ibu yang sedang bergosip, harus menjawab apa nanti dia kalau ada yang bertanya ia pulang dengan siapa."Sudah sampai, makasih udah anterin aku pulang dan makasih juga sepatunya, tapi lain kali mending belinya di serba 35ribu saja, masih ingat jalan pulang kan?" ucap Asha kala ia mau turun dari mobil milik Damian. Sengaja Asha tak menawarinya untuk sekedar mampir ke rumahnya,
"Ini siapa, Sha? Wah gantengnya kayak Solimin." "Solimin? Siapa itu?" Damian yang memang mempunyai wajah yang lumayan tampan pun menjadi pusat perhatian para tetangga Asha, baru kali ini ia melihat Asha diantarkan pulang oleh seorang cowok, yang kata Asha tadi adalah sopir mobil online."Ya ampun gantengnya, kalau sopirnya kayak gini sih aku mau deh tiap hari harus order mobil online walau cuma mau ke warung depan, yang penting bisa sekalian cuci mata sambil lihat orang ganteng," ujar salah seorang tetangga Asha yang merupakan pecinta sinetron dan drama mandarin. Bahkan mereka sampai tak berkedip melihat Damian yang menurut Asha biasa saja. Ia juga kesal kenapa Damian harus turun dan menyusulnya ke sini. "Maaf, sopir? Maksud Ibu ini apa ya?" tanya Damian tak mengerti. "Iya, Mas ganteng ini sopir taksi online kan? Tadi kata Asha dia pulang naik mobil online, ya udah ayo Mas ganteng, bisa nggak anterin aku dong muter-muter komplek dan jangan panggil Ibu dong, saya kan masih muda."
"Apa??" Mata Asha membulat mendengar ucapan dari Damian, ternyata cowok kulkas itu serius dengan ucapannya tentang perjodohan ini."Asha! Kok kamu terkejut begitu, bagus dong artinya upaya Ibu sama Tante Sulis berhasil, sebentar ya Nak Damian, Ibu ke belakang dulu buat minuman, kalian ngobrol aja dulu biar makin dekat." Bu Hani meninggalkan mereka berdua.Sekarang tinggal Asha dan Damian, setelah memastikan kalau Ibunya sudah masuk ia pun berkata "Apa maksud ucapan kamu tadi? Memangnya kamu pikir aku mau dijodohkan sama manusia kulkas macam dirimu? Masalah sepatu, aku akan ganti saja. Aku tidak mau cepat-cepat apa lagi kita baru saja kenal, aku masih ingin menghabiskan masa mudaku."Akan tetapi, yang diajak berbicara malah terlihat cuek saja dan tak menyahut, Damian sibuk dengan ponsel miliknya hingga tak terlalu mendengarkan Asha berbicara. Sementara Asha dibuat kesal lagi dengan sikap Damian yang seperti ini. "Hey kulkas 7 pintu, dengar tidak?" ucap Asha kesal, disaat yang bersamaa
"Iya, tadi Tante sudah telepon sama Mama kamu, dan Tante sudah bilang kalau kamu sudah setuju, besok Mama dan Papa kamu akan datang buat melamar Asha."Niat ingin mengerjai Asha malah berujung begini, dan besok ia harus melamar cegil macam Asha, gadis aneh pecinta Korea. Ia memang menganggap Asha cewek yang super aneh, sebab ia suka sekali dengan idol-idol Korea yang kerjanya hanya nyanyi sambil berjoget. Yang Damian sendiri tak tahu di mana menariknya."Tapi Bu–"Asha memang menuruti Ibunya saat bilang akan dikenalkan dengan anak dari teman Ibu, tapi ia tak menyangka sama sekali kalau akan secepat ini. Kalau saja jodoh yang dimaksud sesuai dengan kriterianya, ia mau saja menerima, tapi Damian, bahkan Asha juga tak yakin kalau ia akan suka dengannya, sikapnya yang dingin serta kaku walaupun wajahnya lumayan ganteng dan tak memalukan jika diajak ke kondangan. Damian ingin menjawab, namun ponselnya berbunyi tanda ada panggilan telepon yang masuk, ternyata Mama yang menelepon, segera ia