Kebetulan sekali saat Asha pulang, para tetangga sedang berkumpul di teras rumah, apa lagi yang mereka lakukan selain bertukar informasi terkini. Konon katanya, kalau semakin pelan suaranya, maka informasi tersebut biasanya memang valid. "Huft!! Ada tetangga rempong, pasti deh kalau mereka tau aku pulang bareng dan diantar oleh cowok, mereka bergosip yang tidak-tidak. Serba salah sekali sih jadi calon istri aset negara, ini masih di Indonesia loh, gimana kalau aku di Korea dan beneran nikah dengan Min Yoongi, bisa-bisa aku jadi musuh separuh penduduk bumi," Asha bergumam.Rumah Asha harus melewati sekumpulan ibu-ibu yang sedang bergosip, harus menjawab apa nanti dia kalau ada yang bertanya ia pulang dengan siapa."Sudah sampai, makasih udah anterin aku pulang dan makasih juga sepatunya, tapi lain kali mending belinya di serba 35ribu saja, masih ingat jalan pulang kan?" ucap Asha kala ia mau turun dari mobil milik Damian. Sengaja Asha tak menawarinya untuk sekedar mampir ke rumahnya,
"Ini siapa, Sha? Wah gantengnya kayak Solimin." "Solimin? Siapa itu?" Damian yang memang mempunyai wajah yang lumayan tampan pun menjadi pusat perhatian para tetangga Asha, baru kali ini ia melihat Asha diantarkan pulang oleh seorang cowok, yang kata Asha tadi adalah sopir mobil online."Ya ampun gantengnya, kalau sopirnya kayak gini sih aku mau deh tiap hari harus order mobil online walau cuma mau ke warung depan, yang penting bisa sekalian cuci mata sambil lihat orang ganteng," ujar salah seorang tetangga Asha yang merupakan pecinta sinetron dan drama mandarin. Bahkan mereka sampai tak berkedip melihat Damian yang menurut Asha biasa saja. Ia juga kesal kenapa Damian harus turun dan menyusulnya ke sini. "Maaf, sopir? Maksud Ibu ini apa ya?" tanya Damian tak mengerti. "Iya, Mas ganteng ini sopir taksi online kan? Tadi kata Asha dia pulang naik mobil online, ya udah ayo Mas ganteng, bisa nggak anterin aku dong muter-muter komplek dan jangan panggil Ibu dong, saya kan masih muda."
"Apa??" Mata Asha membulat mendengar ucapan dari Damian, ternyata cowok kulkas itu serius dengan ucapannya tentang perjodohan ini."Asha! Kok kamu terkejut begitu, bagus dong artinya upaya Ibu sama Tante Sulis berhasil, sebentar ya Nak Damian, Ibu ke belakang dulu buat minuman, kalian ngobrol aja dulu biar makin dekat." Bu Hani meninggalkan mereka berdua.Sekarang tinggal Asha dan Damian, setelah memastikan kalau Ibunya sudah masuk ia pun berkata "Apa maksud ucapan kamu tadi? Memangnya kamu pikir aku mau dijodohkan sama manusia kulkas macam dirimu? Masalah sepatu, aku akan ganti saja. Aku tidak mau cepat-cepat apa lagi kita baru saja kenal, aku masih ingin menghabiskan masa mudaku."Akan tetapi, yang diajak berbicara malah terlihat cuek saja dan tak menyahut, Damian sibuk dengan ponsel miliknya hingga tak terlalu mendengarkan Asha berbicara. Sementara Asha dibuat kesal lagi dengan sikap Damian yang seperti ini. "Hey kulkas 7 pintu, dengar tidak?" ucap Asha kesal, disaat yang bersamaa
"Iya, tadi Tante sudah telepon sama Mama kamu, dan Tante sudah bilang kalau kamu sudah setuju, besok Mama dan Papa kamu akan datang buat melamar Asha."Niat ingin mengerjai Asha malah berujung begini, dan besok ia harus melamar cegil macam Asha, gadis aneh pecinta Korea. Ia memang menganggap Asha cewek yang super aneh, sebab ia suka sekali dengan idol-idol Korea yang kerjanya hanya nyanyi sambil berjoget. Yang Damian sendiri tak tahu di mana menariknya."Tapi Bu–"Asha memang menuruti Ibunya saat bilang akan dikenalkan dengan anak dari teman Ibu, tapi ia tak menyangka sama sekali kalau akan secepat ini. Kalau saja jodoh yang dimaksud sesuai dengan kriterianya, ia mau saja menerima, tapi Damian, bahkan Asha juga tak yakin kalau ia akan suka dengannya, sikapnya yang dingin serta kaku walaupun wajahnya lumayan ganteng dan tak memalukan jika diajak ke kondangan. Damian ingin menjawab, namun ponselnya berbunyi tanda ada panggilan telepon yang masuk, ternyata Mama yang menelepon, segera ia
Mata Asha membulat mendengar penuturan Damian barusan, gara-gara tadi ia menyebutnya sebagai calon suami, kini ia dituduh bahwa ia yang ingin segera dilamar. "Sembarangan, enak aja kalau ngomong! Siapa juga yang minta dilamar sama cowok aneh dan nggak jelas kayak kamu, percaya diri sekali ya anda?"Terkadang Damian sedingin es, tapi ada pula saat sikap dinginnya juga mencair, namun ia akan bersikap sangat menyebalkan buat Asha, belum apa-apa saja, Asha sudah berkali-kali dibuat kesal olehnya, ia tak bisa membayangkan kalau nanti mereka berdua beneran menikah, lebih tepatnya terpaksa menikah sebab menuruti orang tua masing-masing tanpa ada perasaan cinta diantara keduanya. "Aku pulang dulu ya, calon istriku!" ucap Damian meledek."Geli banget deh, udah kalau mau pulang ya pulang aja!" Damian beranjak menuju mobilnya, sepanjang ia dijodohkan, baru kali ini ia bertemu dengan perempuan seperti Asha, ia berbeda dengan perempuan kebanyakan, tak suka make up dan memakai high heels, tidak
"Aku mau perawatan, Bu! Bukannya besok aku mau dilamar, masa iya nanti pas lamaran aku kelihatan dekil dan buluk, bisa-bisa Tante Sulis berubah pikiran," ucap Asha, tiba-tiba saja ia punya ide memberikan jawaban seperti itu, semoga saja Ibu percaya dan mengizinkan ia keluar.Bu Hani menatap anak pertamanya heran, karena tak seperti biasanya ia bilang akan perawatan, mandi saja kalah sedang malas bisa sampai 2 hari, namun ia berpikir kalau benar juga yang Asha katakan barusan, akhirnya ia pun mengizinkan anaknya untuk pergi."Baiklah kamu boleh pergi, tapi ingat jangan mampir kemana-mana lagi ya!"'Yes!!!' Asha begitu senang sebab berhasil mendapat izin, padahal ia berniat ingin bertemu Jenny untuk sekedar curhat tentang ia yang akan dilamar oleh cowok aneh yang baru saja dikenalnya hari ini. "Kamu pergi sama siapa? Apa perlu Ibu telepon Tante Sulis biar Damian yang mengantar kamu, Sha?" tanya Bu Hani.Mendengar nama Damian disebut, Asha langsung berubah kesal."Nggak usah Bu, nanti m
Jenny malah bingung sendiri melihat sahabatnya ini, mau dilamar tapi kok nggak ada rasa senang atau bahagia."Udah, Sha! Nggak usah nangis lagi, tuh hapus ingus lo pakai tisu, orang mah ya mau dilamar tuh mukanya sumringah, bahagia, happy. Lah ini malah suram gitu mukanya."Mungkin lain cerita jika yang melamar Asha adalah cowok idamannya, tapi ini ia bahkan baru bertemu tadi siang dan besok ia sudah akan dilamar saja. Ia bahkan sudah membayangkan bagaimana bosannya ia hidup dengan Damian yang kaku dan dingin itu. "Seharusnya lo tuh bersyukur Sha, karena masih ada cowok yang mau sama lo walau cuma dijodohkan, gue jadi penasaran deh kayak apa sih orangnya? Pasti udah tua dan jelek ya Sha? Atau malah om-om kaya raya yang punya tanah berhektar-hektar? Kalau iya sih, saran gue lo terima aja deh, lumayan kan kalau lo dapat warisan," ucap Jenny yang langsung di geplak kepalanya oleh Asha. "Nih anak ya, sembarangan kalau ngomong! Emangnya aku se nggak laku gitu? Cowok yang mau dijodohkan s
"Hai apa kamu tuli?" pekik Asha, jujur ia kesal setiap ia bicara tapi Damian kerap kali hanya diam saja tak menyahut dirinya, seolah-olah ia berbicara dengan tembok saja.Akan tetapi, bukan menjawab pertanyaan Asha, Damian menatap tajam padanya, kemungkinan ia tersinggung pada ucapan Asha barusan yang mengatakan ia tuli."Ups, sorry deh, lagian diajak ngomong diam aja, lagi sariawan?"'Oh Tuhan mimpi apa aku? Bisa-bisanya aku dijodohkan dengan orang seperti dia.'Lagi dan lagi, Damian hanya terdiam, ia tetap fokus mengemudikan mobilnya. Asha yang menyadari jika ini bukanlah jalan menuju rumahnya pun panik, ia takut jika cowok kulkas ini akan melakukan sesuatu yang tidak baik kepadanya, seperti menculik dirinya. "Hey, kamu mau bawa aku ke mana? Ini bukan jalan menuju rumahku! Cepat turunkan aku! Jangan macam-macam kamu ya, gini-gini dulu waktu aku masih sekolah pernah ikut ekstrakurikuler pencak silat," ucap Asha yang tak digubris oleh Damian. Asha makin panik, ia lalu memukul Damian