Manusia adalah makluk yang terbatas , sering dalam kelemahan, keletihan, kelesuan dan berbeban berat. Masalah yang dihadapi Galang membuat Galang akhir-akhir ini semakin tak terkendali.Galang menjadi impulsif, kadang-kadang tanpa memikirkan akibatnya membuat Ghea was-was, belum lagi Sinar yang akhir-akhir semakin minta perhatian lebih pada Ghea dan Galang karena selama ini suster yang selalu mendampinginya telah dipecat Ghea. Sejak kembali dari Surabaya, Galang berubah menjadi sensitif, kesalahan sedikit, salah bicara, meninggalkannya sedetik saja sudah membangkitkan emosinya. Sebagai isteri ,Ghea berusaha memberikan yang terbaik bagi suaminya dan anaknya, Sinar. Salah satu kelemahan Ghea adalah tidak kuasa menolak, apa yang diminta Galang selalu diikutinya. Galang semakin posesif , Ghea harus didekat Galang, tidak boleh jauh dari pandangan mata Galang, begitu Ghea sibuk dengan pekerjaan rumah, menidurkan Sinar, terdengar suara Galang berteriak memenuhi seluruh rumah. “ Ghea..!!”
Ketika mereka sedang meraih puncak kenikmatan, terdengar suara-suara sekuriti dan jeritan tante Sukma masuk ke kamar tidur mereka. Galang yang mendengarnya langsung emosi karena kenikmatannya yang sudah di ujung puncak, dilibas oleh suara-suara yang mengganggu konsentrasinya. Ghea tahu jika Galang emosi, ledakan emosinya bisa berakibat menjadi beberapa puing kata-kata tidak sopan , lemparan dasyat, apa yang ada di depan matanya dan menghalangi dirinya ditendang, dibanting dan dilemparnya. Ghea menatap Galang, " Jangan dengarkan, kita selesaikan . Sudah hampir mencapai puncaaakk," bisik Ghea memagut tubuh Galang , mengajaknya meneruskan permainan cinta mereka. Mendengar perkataan Ghea, tanpa mengurangi frekwensi goyangannya, Galang terus menggoyangkan tubuhnya, mereka saling menatap seolah mengajak mata mereka bercumbu, bibir mereka saling berpagut, tubuh mereka bersatu, kaki mereka saling melilit tidak ingin melepaskan kenikmatan yang sedang menjalari seluruh tubuh mereka. Akh
Galang kemudian menceritakan kejadian sewaktu keluar dari tahanan kepolisian, sementara pengawalnya membeli kopi di coffe shop, Galang menunggu di depan swalayan . Karena mengantuk sebab sulit tidur di sel tahanan dengan beberapa tahanan, Galang tertidur di kursi yang didudukinya. Dia terbangun ketika seseorang menyentuhnya , dilihatnya ada dua kaleng bir di samping travel bag, langsung diambil, akan diteguknya, tapi dua orang memakai masker dan jaket menghampirinya menyenggol tangannya kaleng bir yang akan diteguknya jatuh. Tidak lama pengawalnya datang membawa kopi pesanan Galang, Galang yang linglung tidak tanggap atas kejadian tadi hanya bingung melihat kaleng bir yang akan diteguknya jatuh ke lantai teras swalayan. Pengawalnya langsung berlari mendekat melihat keadaan yang mencurigakan, mengamankan Galang. Kedua pria misterius itu berbisik,” Jangan sentuh kaleng bir baik yang jatuh maupun yang masih utuh, sudah diracuni, cepat bawa bosmu ke bandara.” “ Jadi mas bukan mab
Galang membuka master plan , konsep rencana pembangunan kantor perusahaan yang menyatu dengan tempat tinggal mereka dan beberapa karyawan. Gedung berlantai tiga beraristerktur gaya Lamin dimana ada kantor bersatu dengan tempat tinggal karyawan serta pemukiman warga.Gedung perkantoran dan pemukiman terletak di tengah hutan kecil . “ Tidak semua area hutan yang kami beli, pohonnya dibabat ,menyisakan sebagian di pinggir hutan untuk kelestarian lingkungan hidup.Menurut pak Jasminto hutannya banyak pohon dan tanaman lindung yang akan kami lestarikan. Kami akan buat kantor dan pemukiman sebagai kawasan konservasi bernilai tinggi , bebas polusi.” Kata Galang dengan nada bangga. " Sayang bagaimana pendapatmu ? " tanya Galang. " Siapa yang membuat semua ini mas?" tanya Ghea membuka lembaran-lembaran “ Mas serahkan seluruhnya kepada jasa konsultan dibantu pak Jasminto dan anaknya. Mereka akan bekerjasama untuk mendirikan perusahaan yang bergerak dalam bidang kontraktor.Lokasinya di K
Saat mengalami kegagalan, Galang merasakan kehancuran hati dan hampir menyerah . Dia merasa mustahil untuk bangkit kembali dari keterpurukannya. Tapi Ghea selalu menyemangatinya dari hari ke hari , minggu ke minggu mencuci otak Galang yang dipenuhi dendam dan kebencian agar melepaskan dendam dan benci yang ada di pikiran dan hatinya. " Bebaskan hatimu dari dendam dan benci. Akar kebencian bermula dari dalam hati. Kecenderungan hati yang benci akan membuahkan dendam. Sama sepertiku , benci pada tante Joani dan Frenya membuahkan dendam yang sulit kulepaskan. " Kata Ghea. Kedatangan Gatot ke rumah mereka membuka pikiran Galang, hinaan dan masalah yang dihadapinya telah mengubah Galang menjadi lebih humanis. Galang yang superior berubah, kata maaf dan terima kasih terasa mudah mengalir dari mulutnya. Kehadiran Gatot, disusul dengan kedatangan Galley akhirnya ketiga sahabat kembali berkumpul .Mereka sepakat mengadakan crowndfunding, penggalangan dana dari sejumlah orang untuk memodal
Malam menjelang kepergian Galang keesokan paginya, mereka tidur sambil menatap satu sama lain. Ghea memandang Galang seakan-akan mereka akan berpisah lama, Galang menatapnya penuh cinta, menciumnya lama sekali, rasanya sulit melepaskannya. Galang meraih tubuh Ghea membaringkannya di atas tubuhnya, berbisik lembut, “ Aku akan memberimu kepuasan , agar kamu yakin aku saja yang bisa membuatmu puas. Wanita yang selalu puas setelah berhubungan intim, bisa membuatnya bahagia.” “ Mmm… kamu selalu sukses membuatku puas.” bisik Ghea manja. “ Mas, aku ingin punya anak denganmu,” bisik Ghea di telinga Galang menggunakan kesempatan ini merayu Galang. Galang menatap Ghea,” Kamu kan tahu aku tidak ingin punya anak lagi. Aku takut nanti anak kita seperti Sinar.” Gumam Galang tanpa henti tangannya mempermainkan favoritnya.” “ Sudah setahun aku sabar menunggu, aku yakin anak kita sempurna.” Bisik Ghea agak keras. Galang tidak bereaksi atas perkataan Ghea, tetap sibuk dengan keasyikannya sendir
Dua minggu kepergian Galang membuat Ghea selalu diliputi resah berkepanjangan. Matahari perlahan-lahan bergeser memberi tempat kepada bulan untuk menerangi cahaya di bumi. Melalui kaca jendela, Ghea memandang bulan yang redup dibungkus awan hitam , tanda hujan akan turun diawali guntur yang menggelegar , kilatan cahaya petir membuat Ghea ketakutan.Biasanya kalau ada guntur dan petir, dia langsung berlari ke pelukan Galang, disambut Galang dengan tertawa, menggodanya membuat Ghea tersipu malu ketika Galang mengatakan, " Seperti anak kecil saja." Ghea kemudian beringsut ke tempat tidur, duduk bersandar di kepala tempat tidur, jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam, berkali-kali mencoba menghubungi Galang melalui nomor baru yang diberikan Galang tapi tidak bisa terhubung. Terdengar suara mobil memasuki halaman rumah , Ghea memasang telinganya, “ Sepertinya berhenti di depan teras.” Bisik Ghea. Tidak lama terdengar pintu ruang tamu terbuka, Ghea segera berlari ke pintu kamar, mengun
Pagi hari masih menyisakan kesedihan Ghea. Bujuk rayu Galang untuk melakukan morning s*ks tidak ditanggapi. Membuat Galang marah. " Aku menginginimu, mengapa kau tolak?" Ghea bergeming, hanya menatap langit. Dia tidak bisa bergerak karena tubuhnya dikungkung Galang. " Pelu kau melakukan kekerasan?" tanya Galang memagut tubuh Ghea ke dalam tubuhnya dengan kekuatan penuh. " Percuma tubuh kita menyatu, jika tidak ada hasil." kata Ghea. " Kau ingin hasil? Apakah desahan, erangan dan terikan nikmat itu bukan hasil?" tanya Galang. " Aku ingin hamil." " Itu lagi yang kau utarakan. aku sudah katakan aku belum ingin punya anak." " Kalau begitu kita tidak perlu berhubungan intim." " Tatap aku Ghea," perintah Galang dengan suara serak . Mata Ghea terpaku pada mata Galang, Ghea melihat rasa mendamba yang kuat di mata Galang. Matanya berbinar , memohon. Sebenarnya dalam hati kecil Ghea ada keinginan yang sama, tapi dia berusaha agar Galang merubah keputusannya, ditahannya keinginannya y