Galang membuka master plan , konsep rencana pembangunan kantor perusahaan yang menyatu dengan tempat tinggal mereka dan beberapa karyawan. Gedung berlantai tiga beraristerktur gaya Lamin dimana ada kantor bersatu dengan tempat tinggal karyawan serta pemukiman warga.Gedung perkantoran dan pemukiman terletak di tengah hutan kecil . “ Tidak semua area hutan yang kami beli, pohonnya dibabat ,menyisakan sebagian di pinggir hutan untuk kelestarian lingkungan hidup.Menurut pak Jasminto hutannya banyak pohon dan tanaman lindung yang akan kami lestarikan. Kami akan buat kantor dan pemukiman sebagai kawasan konservasi bernilai tinggi , bebas polusi.” Kata Galang dengan nada bangga. " Sayang bagaimana pendapatmu ? " tanya Galang. " Siapa yang membuat semua ini mas?" tanya Ghea membuka lembaran-lembaran “ Mas serahkan seluruhnya kepada jasa konsultan dibantu pak Jasminto dan anaknya. Mereka akan bekerjasama untuk mendirikan perusahaan yang bergerak dalam bidang kontraktor.Lokasinya di K
Saat mengalami kegagalan, Galang merasakan kehancuran hati dan hampir menyerah . Dia merasa mustahil untuk bangkit kembali dari keterpurukannya. Tapi Ghea selalu menyemangatinya dari hari ke hari , minggu ke minggu mencuci otak Galang yang dipenuhi dendam dan kebencian agar melepaskan dendam dan benci yang ada di pikiran dan hatinya. " Bebaskan hatimu dari dendam dan benci. Akar kebencian bermula dari dalam hati. Kecenderungan hati yang benci akan membuahkan dendam. Sama sepertiku , benci pada tante Joani dan Frenya membuahkan dendam yang sulit kulepaskan. " Kata Ghea. Kedatangan Gatot ke rumah mereka membuka pikiran Galang, hinaan dan masalah yang dihadapinya telah mengubah Galang menjadi lebih humanis. Galang yang superior berubah, kata maaf dan terima kasih terasa mudah mengalir dari mulutnya. Kehadiran Gatot, disusul dengan kedatangan Galley akhirnya ketiga sahabat kembali berkumpul .Mereka sepakat mengadakan crowndfunding, penggalangan dana dari sejumlah orang untuk memodal
Malam menjelang kepergian Galang keesokan paginya, mereka tidur sambil menatap satu sama lain. Ghea memandang Galang seakan-akan mereka akan berpisah lama, Galang menatapnya penuh cinta, menciumnya lama sekali, rasanya sulit melepaskannya. Galang meraih tubuh Ghea membaringkannya di atas tubuhnya, berbisik lembut, “ Aku akan memberimu kepuasan , agar kamu yakin aku saja yang bisa membuatmu puas. Wanita yang selalu puas setelah berhubungan intim, bisa membuatnya bahagia.” “ Mmm… kamu selalu sukses membuatku puas.” bisik Ghea manja. “ Mas, aku ingin punya anak denganmu,” bisik Ghea di telinga Galang menggunakan kesempatan ini merayu Galang. Galang menatap Ghea,” Kamu kan tahu aku tidak ingin punya anak lagi. Aku takut nanti anak kita seperti Sinar.” Gumam Galang tanpa henti tangannya mempermainkan favoritnya.” “ Sudah setahun aku sabar menunggu, aku yakin anak kita sempurna.” Bisik Ghea agak keras. Galang tidak bereaksi atas perkataan Ghea, tetap sibuk dengan keasyikannya sendir
Dua minggu kepergian Galang membuat Ghea selalu diliputi resah berkepanjangan. Matahari perlahan-lahan bergeser memberi tempat kepada bulan untuk menerangi cahaya di bumi. Melalui kaca jendela, Ghea memandang bulan yang redup dibungkus awan hitam , tanda hujan akan turun diawali guntur yang menggelegar , kilatan cahaya petir membuat Ghea ketakutan.Biasanya kalau ada guntur dan petir, dia langsung berlari ke pelukan Galang, disambut Galang dengan tertawa, menggodanya membuat Ghea tersipu malu ketika Galang mengatakan, " Seperti anak kecil saja." Ghea kemudian beringsut ke tempat tidur, duduk bersandar di kepala tempat tidur, jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam, berkali-kali mencoba menghubungi Galang melalui nomor baru yang diberikan Galang tapi tidak bisa terhubung. Terdengar suara mobil memasuki halaman rumah , Ghea memasang telinganya, “ Sepertinya berhenti di depan teras.” Bisik Ghea. Tidak lama terdengar pintu ruang tamu terbuka, Ghea segera berlari ke pintu kamar, mengun
Pagi hari masih menyisakan kesedihan Ghea. Bujuk rayu Galang untuk melakukan morning s*ks tidak ditanggapi. Membuat Galang marah. " Aku menginginimu, mengapa kau tolak?" Ghea bergeming, hanya menatap langit. Dia tidak bisa bergerak karena tubuhnya dikungkung Galang. " Pelu kau melakukan kekerasan?" tanya Galang memagut tubuh Ghea ke dalam tubuhnya dengan kekuatan penuh. " Percuma tubuh kita menyatu, jika tidak ada hasil." kata Ghea. " Kau ingin hasil? Apakah desahan, erangan dan terikan nikmat itu bukan hasil?" tanya Galang. " Aku ingin hamil." " Itu lagi yang kau utarakan. aku sudah katakan aku belum ingin punya anak." " Kalau begitu kita tidak perlu berhubungan intim." " Tatap aku Ghea," perintah Galang dengan suara serak . Mata Ghea terpaku pada mata Galang, Ghea melihat rasa mendamba yang kuat di mata Galang. Matanya berbinar , memohon. Sebenarnya dalam hati kecil Ghea ada keinginan yang sama, tapi dia berusaha agar Galang merubah keputusannya, ditahannya keinginannya y
Ghea yang terbaring di rumah sakit khawatir jika Galang bertindak berlebihan dapat membuat Galang masuk dalam jeratan hukum. Jemarinya menggali telapak tangannya, tanda ada kegelisahan hebat di dadanya.Suster masuk untuk memberi susu hangat buat Ghea , “ Ada apa bu ? Ibu kelihatannya gelisah.” Tanya perawat“ Hmm.. tidak apa-apa sus.” Jawab Ghea . “ Ibu minum susunya mumpung masih hangat,” terdengar suara lembut suster. “ Terima kasih sus,” kata Ghea lalu mengambil susu dari tangan suster langsung meneguk sampai habis agar suster cepat pergi dari hadapannya. Ghea mengurut dahinya dengan kedua tangannya, ketakutan merajai pikirannya membuatnya semakin terlihat lemah. Galang yang sedang dipikirkan Ghea sudah masuk dalam kamar apartemen keluarga Saputra. “ Jadi begini rupanya tingkah keluarga Saputra menyembunyikan diri setelah melukai isteriku ? Mana nyonya Sukma !” berang Galang. “ Nak..., " seru pak Basuki. “ Jangan panggil aku nak, jika bapak tidak bisa mengendalikan isteri bap
Setelah prahara yang dibuat Galang , hubungan bapak Saputra dengan Galang menjadi dingin. Pak Saputra tidak terima dengan perlakuan Galang yang menyakiti, melecehkan isterinya. Keenan berniat melapor ke polisi, tapi pengacara mereka menyarankan hendaknya jangan dilakukan mengingat ancaman dan kekerasan yang dilakukan Galang karena ulah ibu Sukma. Ghea sudah kembali ke rumah meskipun masih menyisakan tanda luka jahitan di kakinya. Galang berjanji akan mencari dokter operasi plastik agar luka jahitan di kaki Ghea yang mulus tidak terlihat. Sudah seminggu Galang kembali ke Kalimantan Timur, menyelesaikan pekerjaannya, bertemu dengan pengusaha-pengusaha konstruksi yang akan diajak kerjasama dan bertemu beberapa pejabat daerah setempat mengenai rencananya ingin mengembangkan Kalimantan Timur khususnya wilayah yang akan menjadi ibukota Negara. Kedatangan dan pemikirannya disambut antusias beberapa pejabat daerah, meskipun ada kekuatan tangan tak terlihat yang tidak menyukai kehadirannya. “
Tanpa ingin membuang waktu lebih lama lagi, Ghea matanya terus menatap ke televisi meraih ponselnya, ingin mendapatkan berita terakhir dan akurat . Media sosial sibuk menceritakan tentang pesawat Cesnaa yang jatuh , lebih fokus pada figure Galang dan pak Jasminto. Disaat kesendiriannya yang terpuruk, Ghea ingat Nyali. Nyali sampai sekarang belum menghubunginya, meskipun Galang, Gatot dan Galley telah bersatu dalam proyek yang sama. “ Malam bu, ada ingin bertemu dengan ibu. Katanya teman ibu, namanya Nyali,” Kata Rio. “ Nyali?” teriak Ghea. “ Oh, biarkan dia masuk dik.” Kata Ghea , meletakkan kembali ponselnya ke meja , menyambut kedatangan Nyali yang sempat berkelebat dalam pikirannya, tiba-tiba muncul di hadapannya. Ghea langsung menyongsong Nyali, di samping Nyali seorang anak laki-laki berumur dua tahun menggenggam erat tangan Nyali. Mereka saling berpandangan, akhirnya mereka berpelukan, Ghea tak mampu menahan tangisnya. Nyali dengan lembut menepuk pundak Ghea, “ Sabar Ghe,