Wajah-wajah penasaran bercampur geli meliputi para desainer Chokusen, yang ditujukan kepada Sofie dan Rakha yang didudukkan di tengah ruangan."Sungguh mengerikan, baru kali ini terjadi penembakan di dalam kantor, di dalam jam kerja.""Ini kalian serius? Bukan drakor versi kantor Indonesia kan?"Dengan tatapan sinis dan wajah jutek andalan, dengan santai Sofie menjawabnya, "Kalian ngapain sih? Apa kurang proyek sampai harus aku dijadikan proyek?""Lebih tepatnya, kami kurang hiburan. Buruan jawab deh! Kha, kamu seriusan nembak Sofie?" tanya Felix.Tanpa sedikitpun keraguan, Rakha menjawab, "Iya, habisnya aku dicuekin terus, kan kesel, tembak aja sekalian."Mendengar jawaban Rakha, ruangan kembali penuh dengan suara."Wah parah nih bocah!""Rakha udah bosan hidup.""Ya Tuhan, salah apakah diriku hingga terjebak di dalam love office seperti ini?""Heh, bukan kamu, Mel!""Oiya bukan ya, ih kalian bikin jealous! Aku kan pingin ngerasain love office juga!"Dengan cepat dan santai, Sofie me
Wajah-wajah penasaran bercampur geli meliputi para desainer Chokusen, yang ditujukan kepada Sofie dan Rakha yang didudukkan di tengah ruangan. "Sungguh mengerikan, baru kali ini terjadi penembakan di dalam kantor, saat jam kerja." "Ini kalian serius? Bukan drakor versi kantor Indonesia kan?" Dengan tatapan sinis dan wajah jutek andalan, Sofie menjawab, "Kalian ngapain sih? Apa kurang proyek sampai harus aku dijadikan proyek?" "Lebih tepatnya, kami kurang hiburan. Buruan jawab deh! Kha, kamu seriusan nembak Sofie?" tanya Felix. Tanpa sedikitpun keraguan, Rakha menjawab, "Iya, habisnya aku dicuekin terus, kan kesel, tembak aja sekalian." Mendengar jawaban Rakha, ruangan pun kembali ramai dengan celotehan para desainer. "Wah parah nih bocah!" "Rakha udah bosan hidup." "Ya Tuhan, salah apakah diriku hingga terjebak di dalam love office seperti ini?" "Heh, bukan kamu, Mel!" "Oiya bukan ya, ih kalian bikin jealous! Aku kan pingin ngerasain love office juga!" Dengan ce
Di malam harinya, gudang gelap itu kembali bercahaya dengan kedatangan si empunya. Para pengawal yang sedang beristirahat pun dikejutkan dengan kedatangan Ryuji. "Bangun semuanya! Kita latihan!" seru Ryuji dengan lantang. Ryuji yang tengah memegang pedang bambu di tangan kirinya, memandang ke arah pengawalnya dengan tatapan bengis, seakan ingin melumat menjadi bubur. "Ayo, ambil senjata kalian semua! Cepat!" teriak Ryuji sambil melemparkan pedang bambunya ke arah pengawalnya. Satu persatu pengawal mengambil pedang bambu yang berjajar rapi di salah satu sisi gudang dan mulai menyerang Ryuji tanpa ampun. Sebuah perkelahian yang tidak seimbang jumlahnya pun terjadi dengan sengitnya. Ryuji dengan tangan kosong berhasil melumpuhkan satu persatu pengawalnya, berbekal dengan semua jurus yang telah ia kuasai dalam sepuluh tahun terakhir. "Ayo! Hanya seginikah kemampuan kalian?! Aku tidak ingin menang! Aku ingin merasakan kekalahan! Serang aku tanpa ampun!" teriak Ryuji. Sontak sa
"Mbak! Ih buka-buka kaki orang!" protes Rakha.Dengan cepat, Rakha menurunkan kembali kain celananya, tapi hal itu tidak dipedulikan oleh Sofie yang masih penasaran dengan luka lebam pada tubuh Rakha.Dengan kedua lengan dilipat di dada, Sofie kembali berucap, "You are not okay, Kha. Nggak mungkin lebam seperti itu nggak sakit. Just tell me, ada apa?""Seperti yang tadi aku bilang, aku habis latihan tanding sama teman-teman aku. Teman yang biasa ngikutin aku pakai mobil hitam itu," jelas Rakha."Kamu sama yang kamu sebut teman itu, aneh banget! Mana ada latihan tanding menghasilkan lebam-lebam diseluruh tubuh!""Beneran Mbak, aku tuh biasanya kalau latihan tanding sama mereka, itu sudah seperti tawuran karateka. Semua jurus dikeluarin, semua senjata juga dipakai," jelas Rakha.Felix yang sedari tadi diam mengamati, akhirnya ambil suara, "Benar kata Sofie, kalau latihan tanding, biasanya nggak sampai lebam seperti itu. Ini sih seperti habis tawuran.""Siapa yang tawuran?" tanya Ryan y
"Sof, aku tahu aku punya dosa segunung ke kamu, tapi aku juga nggak sejahat itu," ucap Adrian membela diri. "Terserah. Langsung aja to the point, mau kamu apa ngajak aku makan siang?" tanya Sofie dengan ketus. "Ya cuma mau makan siang bareng. Memangnya nggak boleh? Apa jangan-jangan ada yang cemburu kalau kamu makan siang bareng aku?" goda Adrian. "Yang cemburu jelas banyak, dari dulu juga begitu," jawab Sofie santai. Adrian pun menarik nafas dan membuangnya dengan kasar, sambil menggelengkan kepalanya dan membatin, kamu memang nggak berubah, cantik-cantik jutek. "Iya deh, dari dulu yang namanya Sofie Anastasya paling banyak fansnya, tapi aku sudah lapar nih. Silahkan dibaca pilihan menunya," jawab Adrian sambil memberikan buku menunya. Tetapi, Sofie bahkan tidak melihat buku menunya sama sekali dan mendorongnya kembali ke arah Adrian, sembari berucap, "Kamu yang pesankan." "Serius? Tanpa protes, ya?" tanya Adrian. Sofie menjawabnya hanya dengan bahasa tubuhnya tanpa kata-kata
Suasana makan siang Sofie nampak kian memanas dengan kehadiran Rakha. Terlebih setelah ia menunjukkan lengannya yang kekar dan penuh luka lebam layaknya seorang petarung.Sofie pun dibuat salah tingkah ketika melihat lengan Rakha yang biasanya tertutup oleh kemejanya dan dalam hatinya bertanya, "Lengannya gede amat?! Itu otot kawat, tulang besi?""Lebam sih lebam, tapi putih amaaat! Pantesan selalu pakai lengan panjang, kalau cewek-cewek lihat, auto histeris!" batin Sofie."Kha, turunin lengan kemejanya. Kamu jadi kayak muridnya Jackie Chan, nggak cocok sama muka kamu yang ...""Imuut," potong Rakha sambil mengedipkan satu matanya.Tak ayal, sabetan kain alas dinner set dilayangkan Sofie ke arah Rakha yang tergelak.Adrian pun semakin terbakar oleh api cemburu, ketika menyaksikan kehangatan yang ditunjukkan oleh Sofie dan Rakha. Tentu saja, kehangatan yang tidak pernah ia rasakan saat dahulu ketika masih berstatus suami dari Sofie."Kalian berdua buruan nikah aja, dulu kamu kan anti
Sofie berjalan cepat menuju kantornya dengan harapan Rakha tidak mengejarnya dan beberapa saat setelah istirahat makan siang usai, Rakha belum juga menampakkan batang hidungnya."Kemana si bocah satu itu? Apa dia tiba-tiba kabur?" lirih Sofie.Hingga suara Ryan dari tengah ruang, memberikan pengumuman. "Rakha mendadak cuti karena ada sesuatu hal yang harus ia selesaikan. Untuk itu, saya minta kesediaan salah satu dari kalian untuk menggantikan Rakha dalam proyek MnG.""Wait, what? Rakha cuti? Bang, kamu serius?" tanya Sofie."A hundred percents," jawab Ryan."Kenapa kok tiba-tiba? Perasaan tadi pas makan siang dia nggak ngomong apa-apa tentang cuti.""I have no idea, tapi yang jelas barusan dia ijin dan minta cuti, untuk alasannya aku nggak bisa spill disini," jawab Ryan."Well, saya tunggu nama pengganti Rakha untuk sementara. Jangan lama-lama mutusinnya, buruan!" seru Ryan yang kemudian berjalan kembali ke ruangannya.Suasana yang tenang pun berubah menjadi riuh dengan pengumuman d
"Aku minta cerai! Ceraikan aku secepatnya!" Dua kalimat yang merubah kehidupan Sofie, seorang ibu rumah tangga dengan satu putra. Sebuah skenario kehidupan yang tidak pernah terbayangkan oleh Sofie, bahwa dirinya akan menjadi salah satu korban perselingkuhan dari sebuah pernikahan. Mimpi membangun kehidupan bersama, hingga akhir hayat dengan Ardian, pria yang telah memberinya seorang putra, ternyata benar-benar hanya mimpi. Setelah tujuh tahun membina rumah tangga, Ardian mengungkapkan bahwa ia telah berselingkuh. "Ada seseorang yang aku cintai, dia janda akibat KDRT," tutur Ardian bak petir di siang bolong. Mendengar pengakuan Ardian, Sofie hanya mematung, tanpa bereaksi apapun. Hal ini membuat Ardian merasa jika Sofie tidak lagi mencintainya. "Sof....""Sof? Sof?! Apa Ar?! Kamu mau ngaku kalau kamu selingkuh?! Selingkuh sama janda? KDRT?!" hardik Sofie dengan hati yang hancur berkeping-keping. "Anu Sof, begini... de...," ucap Ardian terbata, tetapi belum sempat ia menyelesaika