Share

#65 Menjadi Dewasa

“Pi—maksudnya Pak Bayu, apa nggak pa-pa Olin ikut? Nanti kalau tiba-tiba ketemu kenalan Pak Bayu gimana?” tanya Olin ketika menemui Bayu di area lapangan golf.

Bayu tersenyum mendengkus. “Tenang aja sayang, hari ini cuma ada kami di lapangan golf ini.”

“Kami?”

“Iya, teman-teman saya,” ucap Bayu. Tatapannya meneliti penampilan Olin dari atas sampai bawah, kemudian meletakkan tangannya di pundak Olin. “Nggak percuma saya minta kamu datang. Saya suka baju kamu hari ini.”

Tank top putih dan rok senada di atas lutut yang kontras dengan warna kulit Olin seolah mengumbar daya tarik wanita itu. Dia amat percaya diri dalam memilih pakaian dan senang menonjolkan kelebihan yang dimilikinya. Meski tidak terlalu tinggi, tidak berkulit putih, tapi Olin memiliki pesonanya sendiri.

“Oh ya? Berarti pilihan Olin tepat, dong. Olin udah nebak, ini pasti sesuai selera Papi,” kata Olin, melepaskan satu tangan Bayu dari pundaknya dan menggenggamnya.

“Kamu tau, senyum manis kamu itu bahaya?”

“Kenapa?”
Lunetha Lu

Pernah ngga sih, merasa orang tua terlalu mengatur kita waktu kecil? Mereka mengharapkan yang terbaik, tapi kadang caranya salah. Setelah dewasa saya berpikir, saya harus jadi orang tua yang bisa memahami dan gak cuma marah waktu anak berbuat salah. Buat readers yang sudah menjadi orang tua, kalian hebat. Tetap sabar ya, membimbing anak-anak <3

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status