Share

Dikontrak Jadi Istri Tuan Presdir
Dikontrak Jadi Istri Tuan Presdir
Author: Dyowanti

01. Kekuatan Orang Dalam

"Mm ... anu ... peran Mbak Karina yang sebelumnya dikasih sama produser terpaksa harus digantiin."

Karina Lavina yang sedari tadi menunduk membaca script film di ruang make up, sontak mengerutkan kening.

Dia tidak paham akan ucapan perempuan yang diketahuinya merupakan salah satu staf produksi film terbarunya.

"Maksudnya gimana, ya, Mbak?"

"Peran sebagai Sita di film 'Ada Apa Denganmu?' yang sebelumnya dikasih ke Mbak Karina, terpaksa harus diganti sama talent yang lain. Ini kemauan dari produser film ini sendiri," tukas staf itu pada Karina.

Seperti tersambar petir di siang bolong, tubuh Karina tiba-tiba menjadi kaku, tidak bisa digerakkan. Lalu, tidak lama kemudian Karina tertawa keras seraya memegang perutnya.

"Mbak, jangan suka bercanda kaya gitu, ah. Saya sampe ketawa keras tadi," ucap Karina setelah menghentikan tawanya.

Sayangnya, staf perempuan tersebut justru menatap serius. "Saya serius."

Deg!

Tanpa mengatakan apa pun lagi, Karina pergi dari ruang make up dengan langkah lebar.

Jelas, dia tidak terima dengan keputusan sepihak yang dilayangkan oleh sang produser.

Sekitar lima meter dari Karina berada, produser film itu tampak tengah berbincang dengan seorang perempuan.

Segera saja, Karina menghampiri pria paruh baya itu.

Namun samar-samar, dia mendengar ucapan si perempuan pada si produser.

"Terima kasih banyak, ya, Pak Yana. Udah masukin saya ke projek film Bapak yang ini."

"Malahan saya yang harusnya terima kasih sama kamu, Bel. Anggaran yang awalnya cuman sedikit bisa jadi gede, karena kamu gabung ke projek film saya yang ini. Oh iya, kabar Pak Hendrawan gimana? Sehat?"

"Kabar Ayah baik, kok, Pak."

"Syukurlah. Nanti sampaikan rasa terima kasih saya ke Pak Hendrawan."

Karina sontak menghentikan langkahnya ketika si produser menyebut nama tersebut.

Pak Hendrawan adalah salah satu donatur yang rela menggelontorkan dana tinggi untuk pembuatan film si produser.

Sekarang, dia tahu alasan dirinya diberhentikan mendadak seperti ini.

Tangan Karina mengepal.

Rasanya dia ingin mengamuk di depan wajah si produser dan memaki-makinya karena tidak profesional dalam bekerja.

Namun, mengingat bahwa kemungkinan besar kelakuannya nanti akan berakibat fatal di masa depan, Karina mengurungkan keinginannya itu.

Dia pun berbalik, kembali menuju ruang make up untuk mengambil tasnya, lalu meninggalkan kawasan yang akan dipakai sebagai lokasi pembuatan film.

Memang benar apa kata orang, jika ingin berkerja di suatu tempat yang bergengsi kalian harus memiliki koneksi.

Skill? Itu menjadi urutan terakhir, atau bisa saja diabaikan jika kamu beruntung.

*****

Karina duduk di kursi panjang halte bus yang sepi.

Perempuan 28 tahu itu menatap kosong pada jalanan di depannya dengan pikiran yang semrawut.

Kenapa hanya untuk meraih secuil kesuksesan terasa sangat sulit digapai?

Walaupun hanya lulusan SMA, Karina selalu berusaha keras untuk menjadi aktris terkenal sejak muda.

Dia tidak kenal lelah pergi dari casting satu ke casting lain supaya dapat menghidupi keluarganya. Terutama, sejak ayahnya meninggal.

Sayangnya, Karina selalu mendapatkan peran kecil.

Barulah setelah 10 tahun berkecimpung dalam dunia seni peran, Karina mendapatkan tawaran untuk berperan sebagai karakter pendukung pemeran utama yang diproduseri oleh Yana Siswanto, salah satu produser yang tengah naik daun dua tahun belakangan ini.

Namun, baru saja mencecap sedikit rasa bahagia, dirinya harus terhempas begitu saja hanya karena status 'Orang Dalam'.

Tanpa terasa satu bulir air mata meluncur tanpa hambatan di pipi putih Karina. Tidak lama terdengar isakan lirih yang keluar dari bibir perempuan itu.

Isakan yang awalnya lirih, semakin lama semakin terdengar nyaring.

Karina menangis, mengeluarkan beban yang telah ia simpan sejak keluar dari kawasan pembuatan film.

Dia tidak memedulikan pengguna jalan yang menatapnya aneh, termasuk seorang pria yang baru saja bergabung di halte bus dengannya.

Kalimat mendadak dari pria itulah yang membuat Karina tersadar dan tertegun.

"Menikahlah denganku, Karina Lavina."

"Hah?"

Sinting.

Satu kata itulah yang sangat ingin sekali Karina ucapkan pada sosok pria yang tengah berdiri di depannya.

Hanya orang sinting yang mau menerima ajakan tersebut. Namun, dia menahannya.

Di dunia entertainment, reputasi adalah nomor satu.

Jadi, diam-diam Karina meneliti wajah serta tubuh sosok pria asing di depannya ini.

Tampak sempurna di mata perempuan yang mengidolakan boyband asal Korea Selatan.

Namun, ada sesuatu yang mengusik Karina sedari tadi. Kenapa pria asing ini tahu nama aslinya?

Dia yakin tidak pernah bertemu, dan berbincang santai dengan pria asing ini sebelumnya.

Akibat dari rasa penasaran tersebut Karina mengajukan sebuah pertanyaan pada pria asing itu. "Maaf, apa kita sebelumnya pernah bertemu? Tadi saya dengar Anda memanggil nama saya. Padahal saya sangat yakin kita tidak pernah bertemu sebelumnya, apalagi berbincang."

"Itu tidak penting," balas si pria asing dengan tatapan datar.

Apa?

Tidak penting?

Astaga.

Ingin sekali Karina mengamuk saat ini juga.

Kenapa semua orang yang dia temui hari ini selalu menguji kesabarannya?

Tidak si produser sialan itu, dan tidak juga si pria asing yang sok akrab dengannya ini.

Dengan kesabaran yang masih tersisa, Karina berusaha untuk tersenyum formal. "Maaf, tapi itu sangat penting bagi saya."

Pria asing itu melihat ke kanan, dan ke kiri.

Melihat gelagat tidak nyaman dari si pria asing, diam-diam membuat Karina tersenyum puas.

Terlihat dari gestur yang ditunjukkan oleh si pria asing, Karina bisa mengerti bahwa si pria asing itu tidak nyaman akan keramaian.

Bosan menunggu respon dari si pria asing, Karina menyambar dan menyampirkan tasnya di bahu kanan. "Anda tidak mau menjawab? Ok, saya akan pergi seka--"

"Tunggu." Pria asing itu mencegah niatan Karina yang akan berdiri.

Pria asing itu berdeham, "Saya selalu melihat kamu di beberapa sinetron dan beberapa film yang kamu mainkan."

Bolehkan Karina merasa terharu sekarang? Karena ada orang yang mengingatnya dalam dunia seni peran.

"Oh begitu. Ok," sahut Karina singkat karena tidak tahu harus melakukan apa.

Maka, beberapa saat kemudian Karina menghela napas sejenak, dan menyematkan senyum formal pada pria asing yang masih berdiri di depannya. "Maaf, tapi saya tidak tertarik dengan apa yang Anda ucapkan. Saya, permisi."

Karina pun berdiri dan bergegas pergi dari halte dan pria asing tersebut.

Namun, pria asing itu kembali menghentikan langkahnya dengan berkata, "Saya memiliki sesuatu yang kamu inginkan."

Karina sontak berbalik. "Maksudnya?" tanyanya dengan kening yang berkerut.

Pria asing itu berdeham sekali lagi, lalu menatap keadaan di sekitar halte bus. "Lebih baik kita pindah tempat. Saya tidak ingin ada orang lain yang ikut mendengar," tukasnya.

"Saya jamin apa yang saya ucapkan nanti, kamu akan mengerti maksud dari ajakan saya sebelumnya."

Bersambung.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status