Pulang kerja Tania langsung pergi ke rumah Rayhan, wanita itu hendak bertemu Eva. Kebetulan saat ini Eva juga belum pulang, karena sedang pergi belanja dengan Papah Andi. "Tante Eva ada gak?" tanya Tania, ketika Claudia membukakan pintu untuknya. "Belum pulang, Mbak," jawab Claudia dengan lembut. "Oh ... " sahut Tania sembari melihat ke sekeliling. Claudia mengajak Tania masuk ke dalam rumah, ia mencoba bersikap biasa saja tidak menaruh curiga yang berlebihan pada wanita itu. Ia juga membuatkan teh hangat untuk Tania. Suara ketukan pintu, membuat Claudia segera beranjak dari duduknya. "Mas, sudah pulang? Tumben cepet, biasanya pulang malam," ujar Claudia. "Tidak ada lembur, Sayang," bohong Rayhan padahal ia menghawatirkan Claudia. Rayhan mencium kening istrinya di depan Tania, dan membuat gadis itu kesal. Dengan sengaja ia menumpahkan minuman yang diberikan oleh Claudia, sehingga membuat cangkir itu pecah dan berserakan di lantai. "Aduh ... maaf aku tidak sengaja," ucap Tania
Rayhan menjelaskan ke Mamah Eva, kalau menantunya itu bukan tipe wanita pengadu. Walaupun banyak orang yang menyakitinya, Claudia akan tetap menahan dan tidak akan pernah mengungkit atau menceritakan perlakuan orang tersebut. "Buat Papah, Claudia itu menantu yang cukup baik. Mau membantu Mamah mengerjakan pekerjaan rumah, zaman sekarang mana ada menantu seperti itu," sahut Papah Andi. "Tapi, dia ... "Miskin maksud, Mamah," ujar Rayhan tersenyum. Eva merasa dipojokan oleh Suami dan Anaknya, ia tidak bisa terima semua itu. Dalam hatinya Claudia yang nanti akan menjadi sasaran, atas kemarahannya. Papah Andi berpesan agar keluarganya akur, tidak bertengkar. Kalau ada masalah beliau meminta untuk dibicarakan, agar masalah itu teratasi. Pesawat yang hendak beliau tumpangi akhirnya datang, membuatnya harus segera berpamitan lagi. ***"Kakak ipar, boleh tanya sesuatu tidak?" tanya Aruna masuk ke dalam kamar Rayhan. "Boleh, Runa. Kalau kakak bisa jawab kenapa tidak," balas Claudia terse
Rayhan mengatakan kalau tadi ia pergi ke dokter, untuk menanyakan keadaan Claudia yang ternyata terpengaruh obat perangsang. "Mas, aku tidak mengonsumsi obat apapun!" tegas Claudia teringat dengan jus buah yang hanya diaduk-aduk oleh Aruna, dan diberikan padanya. Claudia hendak bangkit dari duduknya, tapi ia mengurungkan niatnya karena ada Rayhan. Ia ingin bertanya pada Aruna, tanpa sepengetahuan Rayhan, agar adik iparnya tidak terkena marah. "Mas percaya, Sayang," ujar Rayhan mengecup kening istrinya. Rayhan bersyukur kejadian itu berada di rumah, jadi Claudia melampiaskan kepadanya. Kalau terjadi di luar rumah, entah semarah apa dia. Claudia kemudian berpamitan ke dapur, ia hendak menyiapkan makan malam. Sekarang Aruna, yang terlihat seperti menghindari Claudia. Saat makan bersama, gadis itu melirik ke arah Claudia. "Aruna, aku ingin bicara," kata Claudia. "Iya, boleh," balas Aruna sambil melihat sekeliling seperti takut ada orang. Ia kemudian menyeret tangan Claudia, masuk ke
Eva mengirimkan video Claudia, yang sedang digoda oleh Sean. Hal itu membuat Rayhan tidak bisa berkonsentrasi dengan tenang, ia kemudian memanggil Diki untuk menggantikan meeting. Rayhan segera pulang ke rumah, ia mengendarai mobilnya dengan kencang. Sampai di rumah, ia mendapati istrinya sedang menyiapkan makan siang. "Mas, kenapa tidak bilang kalau pulang cepat," ucap Claudia tersenyum bahagia. Melihat kebahagiaan terukir di wajah sang istri, membuat Rayhan mengurungkan kemarahannya. "Ada berkas ketinggalan," kata Rayhan tersenyum ke arah Claudia. Claudia segera mempercepat pekerjaannya, saking senangnya bisa makan siang bersama suaminya. Sedangkan Rayhan menuju ke ruang kerjanya, ia mengambil berkas yang sudah tidak dipakai agar istrinya tidak curiga. Diam-diam Rayhan menemui Mamah Eva di teras belakang, kebetulan beliau sedang santai sambil berkirim pesan dengan Papah Andi. "Mah, maksudnya apa ini?" tanya Rayhan menunjukkan video yang dikirim oleh Mamah Eva tadi. "Lihat saj
Mamah Eva mengizinkan Claudia mengantikan pembantu di rumah Risma, dengan syarat jam kerja jam 08.00 pagi sampai jam 03.00 sebelum Rayhan pulang kantor. Risma menyetujui syarat dari Eva, karena dia tidak serius hanya iseng saja. Beliau sengaja meminjam Claudia setelah melihat raut wajah Claudia seperti tertekan. Selesai makan, Risma mengantarkan Eva pulang. Kebetulan taksi yang dinaiki Claudia juga baru sampai, Eva tersenyum karena Claudia sudah datang. Claudia membawa belanjaan Eva dibantu oleh supir taksi itu, ia tidak bisa membawa belanjaan yang berat dalam jumlah banyak. "Claudia, cepat bawa masuk!" bentak Eva. Dari kejauhan Risma masih memperhatikan Claudia, dan merasa kasihan. Ingin rasanya ia turun dari mobil dan membantunya mengangkat barang-barang itu masuk ke dalam rumah. "Pak, ayo kita jalan," pinta Risma kepada sang sopir. "Baik, Nyonya," sahut sopir Risma. ***Eva sama sekali tidak membantu Claudia, menata barang-barang itu. Claudia memasukkan bahan makanan ke kul
Risma tidak mengizinkan Claudia pulang, dia masih membutuhkan teman untuk bercerita. Berhubung Sean terus menggoda Claudia, Risma turun tangan. Ia meminta agar Sean pergi ke tempat temannya, kalau sampai menolak jatah bulanan Sean akan dipotong. uang "Mamah, lupa kalau Sean punya penghasilan sendiri," kata Sean. "Claudia pulang saja, Bu. Kapan-kapan lagi kita bertemu," sahut Claudia merasa tidak nyaman. Risma sangat kecewa dengan keputusan Claudia, yang memilih untuk pulang. Beliau juga marah dengan Sean, yang seenaknya menggoda orang. "Claudia, ini upah kamu hari ini," kata Bu Risma sambil memberikan beberapa lembar uang ratusan ribu. Claudia menolak dengan halus, dia menemani Bu Risma dengan tulus. Tanpa mengharapkan imbalan apapun.Risma meminta Pak Slamet mengantarkan Claudia pulang, Risma tidak tega melihat Claudia pulang sendiri. Apalagi seorang wanita, takutnya terjadi apa-apa di jalan. "Mah, kenapa Claudia pulang? Aku belum selesai bercanda dengannya, dia cantik sekali ya,
Kedua insan yang sudah selesai mandi bersama itu, kini sudah rapi dengan pakaian rumahan. Claudia menuju ke dapur untuk menyiapkan makan malam, karena Mamah mertuanya belum juga menyiapkan. "Claudia, rambutmu sudah basah lagi! Kamu masih minum obat itu kan? Awas saja kalau sampai hamil," cetus Eva menatap sengit menantunya. "Mah, Claudia ingin mempunyai keturunan dari orang yang paling Claudia sayang," ungkap Claudia. "Mulai berani kamu menentang!" marah Eva. "Salah Claudia apa, Mah? Semua orang yang berkeluarga pasti menginginkan keturunan, keinginan Mas Rayhan juga sama," jelas Claudia. "Salah kamu miskin! Jangan berlagak kamu!" tegas Eva. Hampir setiap hari Claudia dicaci, dimaki, dihina. Kali ini ia merasa sudah lelah, ingin rasanya menyerah dan meninggalkan semuanya. Claudia menyelesaikan pekerjaannya sambil menitihkan air mata. Saat makan malam Claudia hanya diam, dia masih merasa sakit hati dengan Mamah mertuanya. "Sayang, makan yang banyak. Jangan cuma dilihat," ujar R
Papah Andi mengusir Tania dengan cara yang halus, agar wanita itu tidak tersinggung. Beliau melakukan semua ini demi Claudia, agar tidak terganggu dalam menjaga Rayhan. Seandainya Tania tidak mempunyai perasaan terhadap putranya, beliau tidak akan mengusir. "Claudia, kamu dari tadi belum makan. Ayo makan dulu, biar Aruna dan Mamah yang jaga Rayhan," ajak Papah Andi. "Claudia ingin makan nanti, Pah. Nunggu Mas Rayhan sadar, biar kita bisa makan berdua," tolak Claudia. "Nanti kalau kamu sakit, gak bisa jaga Rayhan. Kesehatan kamu juga penting," bujuk Papah Andi. "Halah, entar kalau lapar juga makan!" cibir Eva. Dalam situasi seperti ini Mamah Eva, masih saja mencibir Claudia. Membuat menantunya meneteskan air mata kembali. Sekarang gantian Aruna yang membujuk Claudia, ia mulai sadar setelah melihat Claudia yang begitu cinta dengan Rayhan. Aruna tidak bisa membayangkan kalau nanti sudah menikah, dan diperlakukan seperti Claudia. Dokter memanggil Claudia, untuk masuk ke dalam ruang