Rayhan berlari menuju ke butik tadi, ia hendak membeli gaun untuk istrinya. "Mbak, tolong bukus yang rapi," pinta Rayhan memberikan gaun yang ia pilih, lalu diberikan kepada pelayan butik. "Baik, Pak. Tolong tunggu sebentar," ucap pelayan itu. Tak lama kemudian, gaun itu sudah selesai dibungkus. Rayhan kemudian membayar ke kasir, kemudian kembali ke taman di mana Claudia menunggunya. Claudia yang duduk di bangku taman melihat Rayhan mendekatinya dengan senyum cerah di wajahnya. Rayhan memberikan bungkusan gaun yang indah itu pada Claudia, yang langsung terlihat bahagia dan terkejut."Dari aku untukmu, sayang," kata Rayhan sambil tersenyum.Claudia terharu dengan kejutan itu dan segera memeluk Rayhan erat. Mereka berdua duduk di taman, menikmati suasana senja yang indah sambil berbincang-bincang ringan.Gaun yang dibeli Rayhan ternyata sangat pas dan cantik di badan Claudia. Mereka berdua kemudian berjalan-jalan di taman sambil tertawa dan bercanda. Kebersamaan dan cinqta di antara
"Aruna, tante sebenarnya tidak tega melihat perusahaan Papah kamu bangkrut. Saya sudah menawarkan bantuan, tapi beliau menolak," jelas Mamah Risma menatap iba Aruna yang nampak sedih. "Iya, Tante. Terimakasih banyak atas tawaran buat Papah," ungkap Aruna tersenyum getir. "Kapan kamu mulai tinggal di rumah ini?" tanya Mamah Risma, beliaulah yang menawarkan rumah untuk Aruna dan Eva. "Sean tidak setuju Aruna tinggal di sini, Mah!" seru Sean baru saja keluar dari dalam kamarnya. "Sean!" kaget Mamah Risma, terkejut dengan penolakan putranya. Padahal mereka berdua sudah membicarakan hal ini, dan Sean sudah menyetujui. Dalam diam yang dalam, Aruna mengalami kebingungan dan kekecewaan menyelimuti hatinya. Meskipun terpukul atas penolakan tegas Sean, Aruna tidak menyalahkan Mamah Risma yang telah berusaha menjelaskan segala keadaan dengan baik.Sean yang teguh pada pendiriannya membuat Aruna terdiam dalam ketidakpastian. Meskipun Aruna berusaha untuk memahami dan mencari jalan keluar, na
Mendengar pernyataan Claudia, Rayhan tertegun. Selama ini, ia begitu yakin bahwa Claudia adalah satu-satunya wanita yang bisa membahagiakannya. Namun, tampaknya Claudia sudah tidak lagi memiliki keyakinan yang sama.Suasana menjadi senyap untuk beberapa saat, sebelum akhirnya Rayhan memberanikan diri untuk kembali berbicara. "Aku mengerti perasaanmu, Sayang. Tapi bisakah kita sekali lagi mencoba mencari solusi bersama-sama? Aku tidak ingin kehilanganmu," pintanya dengan nada memohon.Claudia terdiam sejenak, mempertimbangkan ucapan Rayhan. Ia tahu, di balik sikap tegas Rayhan, tersimpan cinta yang tulus untuknya. Namun, luka yang telah tertoreh membuatnya berputus asa dalam mempertahankan rumah tangga mereka. "Mas Rayhan, aku mencintaimu. Tapi aku sudah tidak yakin apakah kita masih bisa mempertahankan hubungan ini," ujar Claudia perlahan, sorot matanya menyiratkan keraguan.Rayhan dapat merasakan jantungnya berdebar kencang. Selama ini, Claudia adalah segalanya baginya. Kehilangan C
Dengan wajah penuh kekhawatiran, Rayhan membimbing Mamah Eva perlahan-lahan memasuki ruang gawat darurat rumah sakit. Meskipun terlihat lemah, Mamah Eva menyimpan senyum kemenangan di balik raut wajahnya yang menyiratkan kepura-puraan."Jangan khawatir, Ray. Aku hanya tergelincir sedikit tadi," ujar Mamah Eva dengan nada lembut, berusaha menenangkan Rayhan.Dalam hati, Mamah Eva merasa lega. Rencana buruknya telah berhasil. Dengan pura-pura terjatuh dan tak bisa berdiri, ia telah berhasil menarik perhatian Rayhan sepenuhnya, mengalihkannya dari mengejar istrinya yang meninggalkan rumah.Rayhan, yang masih diselimuti rasa khawatir, segera mendaftarkan Mamah Eva untuk mendapatkan perawatan medis. Sementara itu, Mamah Eva terus meyakinkan dirinya bahwa semua akan berjalan sesuai rencana.Ketika dokter memeriksa Mamah Eva, tidak ditemukan adanya luka serius. Namun, Mamah Eva bersikeras bahwa ia tidak bisa berdiri. Rayhan, yang begitu menyayangi Mamah Eva, tidak curiga sedikitpun dan seger
"Rayhan, apa kamu tidak ada rencana untuk mencari istri mu?" tanya Papah Andi, ketika berada di kantor. "Kemungkinan Claudia pulang ke kampung, Pah. Rayhan tidak akan mengajaknya kembali, sudah dia kali Claudia dengan sengaja meninggalkan rumah," jelas Rayhan, walaupun sebenarnya dalam hati khawatir. "Sebagai seorang laki-laki yang bertanggung jawab, kamu harus bisa membawa istri mu kembali ke rumah," kata Papah Andi, tersenyum tipis. Rayhan ragu dengan keputusannya sendiri, dalam hati kecilnya sangat berharap kehadiran Claudia. Namun, ia memikirkan ancaman Mamah Eva jika membawa Claudia pulang ke rumah. "Rayhan, sebentar lagi Aruna juga menikah dengan Sean. Lebih baik bawa istri mu pulang secepatnya," kata Papah Andi lagi. "Iya, Pah," sahut Rayhan. Pulang dari kerja Rayhan menuju ke kampung Claudia, ia berniat untuk memperbaiki hubungannya dengan sang istri. Namun, ketika sampai di depan rumah Ayah Claudia langsung mengusirnya. Beliau sakit hati dengan sikap keluarga Rayhan, ya
Sean dan Aruna akhirnya memilih pulang ke kota, mereka merasa kecewa dengan keputusan orang tua Claudia. Namun, mereka mencoba memahami perasaannya. Di sepanjang perjalanan Sean hanya diam, ia fokus menjalankan mobilnya. "Runa, kita makan malam dulu," ujarnya menghentikan mobilnya di depan restoran. Aruna menganggukkan kepalanya, ia turun dari mobil dan mengikuti Sean masuk ke dalam restoran. Mereka memilih tempat duduk paling ujung, agar terasa nyaman. "Pilih yang kamu suka," kata Sean sambil memberikan daftar menu makanan. "Samain aja, Sean. Apapun yang kamu makan, pasti aku makan," ujar Aruna tersenyum lembut. "Baiklah kalau gitu! Aku ingin makan steak," ucap Sean. "Minumnya aku air putih saja," kata Aruna. Sean memesan steak dan teh hangat untuk dirinya dan Aruna, ia tidak memesankan air putih seperti permintaan gadis itu. Setelah menunggu beberapa menit, makanan pesanan mereka diantar oleh seorang pelayan yang sangat ramah. "Mbak, air putih saya mana?"
Malam ini adalah malam yang terindah untuk pasangan pengantin baru, Claudia dan Rayhan sudah resmi menjadi pasangan suami istri. Mereka mengadakan pesta pernikahan di sebuah hotel berbintang, bahkan pesta mereka terbilang sangat mewah. Kamar pengantin sudah disiapkan dengan nuansa yang begitu romantis, banyak bunga bertaburan di atas ranjang itu. "Claudia, sebenarnya saya tidak setuju anak saya menikah dengan kamu. Sudah miskin, memalukan lagi," ujar Eva sang mertua menatap Claudia sinis. Deg ... deg ... Sebelum pernikahan ini terjadi, Eva mengatakan sudah merestui putranya menikah dengannya. Namun, ia tidak menyangka sikap mertuanya berubah begitu saja. Eva memberikan sebutir obat untuk mencegah kehamilannya, ia memperbolehkan Claudia melayani putranya selayaknya seorang istri tapi tidak memperbolehkan untuk hamil. "Ingat Claudia, jangan sampai rahim kamu mengandung benih cucuku! Aku tidak sudi mempunyai keturunan miskin," kata Eva dengan keras. "Baik, Mah," ucap Claudia menun
Ucapan Mamah mertua selalu terngiang di telinga Claudia, ia berpikir setelah menikah akan hidup dengan bahagia. Mempunyai anak dari seorang yang dia sayangi, tapi kenyataannya jauh berbeda. Ia tidak diperbolehkan untuk mempunyai keturunan dari suaminya sendiri, membuatnya sangat terpukul. Claudia kemudian mengambil handuk, lalu membersihkan diri. Setelah itu ia mencari pakaian yang pantas untuk digunakan makan malam. "Mas, tadi Mamah minta Claudia untuk dandan. Emang siapa yang datang?" tanya Claudia sambil mengoleskan lipstik ke bibirnya di depan kaca. "Sahabat Mamah sayang, tidak dandan kamu terlihat cantik kok," balas Rayhan mencolek dagu istrinya. "Mas, jangan ganggu dong," ucap Claudia. Rayhan lalu memeluk istrinya dari belakang, ia lalu membenamkan wajahnya dan mengecup leher istrinya yang jenjang. Claudia pun merasa geli, dan langsung membalikkan badannya. "Mas, jangan ganggu dulu. Nanti kita terlambat lagi," ujar Claudia. "Sayang, aku sudah tidak sabar mempunyai anak ya