Share

19. Tanda Merah di Pundak Laili

"Mari, saya pamit ya, Om, Tante," pamit Suci pada Arya dan juga Ririn, setelah mereka bersalaman. Tak ada suara yang keluar dari bibir Ririn, bagai terkunci rapat. Suci dan lelaki yang bernama Salman pun berlalu dari hadapan mereka. Laili masih sempat melambaikan tangan pada Suci yang kini sudah di dalam mobil.

"Ayo, masuk!" ajak Arya sambil mendorong kursi roda Ririn.

"Iya, Pa. Duluan saja, saya tutup pagar dulu," sahut Laili sambil tersenyum manis dan tentu saja membuat Ririn jengah.

Arya pun mendorong kursi roda Ririn masuk ke dalam, meninggalkan Laili yang masih sibuk menutup pintu pagar. 

"Teteeeh!" pekik Anes senang sambil menghambur ke pelukan Laili.

"Aduh, adik Teteh. Kangen banget tahu gak?" Laili mencium gemmas pipi Anes.

"Teteh ke mana aja? Anes juga rindu."Anes menggelayut manja pada Laili.

"Teteh menginap di rumah teman."

"Aku juga kangen, Teh. Apalagi PR aku banyak," sela Doni yang tiba-tiba muncul dari pintu

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Yunita Anisyah
masuk angin deh Laili....
goodnovel comment avatar
Siah Tomtom
Cara arya membagi jatah dgn kedua istri x salah,,, seharusnya satu mlm khusus utk satu istri saja, mlm besok br dgn istri yg lain. Kalo cara x begini ya jelas istri pertama kesal, keliatan jelas arya lebih memilih istri kedua yg lebih muda dan sehat . Jgn cuma menyalahkan istri pertama x🙏🙏🙏
goodnovel comment avatar
Khair
jadi laki gk tegas...jatah bermalam kok atas ijin istri... mau satu istri silahkan..kalo poligami ya jalankan dengan benar....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status