Semua anggota keluarga menyambut baik lamaran Andrew pada Eleanor. Kedua orang tua Eleanor pun makin menyukai Andrew, sedangkan Xander dan Sena pun ikut bahagia mendengarnya. "Sekali lagi selamat ya, Andrew! Selamat karena kau akan segera menikah!" seru Sena sumringah. "Haha, ya, Sena! Segera! A
Dua bulan berlalu sejak lamaran Andrew dan persiapan pernikahan pun akhirnya selesai dilakukan. Semua orang pun begitu antusias menyongsong hari bahagia itu, terutama sang calon pengantin, Andrew dan Eleanor. Di umur kehamilannya yang sudah memasuki empat bulan lebih, perut Eleanor masih rata ka
"Kau gagah sekali, Andrew!" Xander menatap bangga pada Andrew yang sudah memakai setelan formalnya hari itu. Hari ini adalah hari yang spesial bagi Andrew dan Eleanor karena hari ini mereka akan mengikat janji suci pernikahan dan semua orang sudah begitu menantikan hari ini. Perasaan Xander pu
Acara pernikahan akhirnya dimulai dengan Andrew yang akhirnya memasuki venue acara. Para tamu undangan pun langsung berdiri menyambut sang mempelai pria. Andrew pun langsung tersenyum dan mengangguk menatap semua orang. Beberapa orang bersahutan mengucapkan selamat untuk Andrew dan Andrew pun me
Atmosfer penuh kebahagiaan masih terasa di acara pernikahan Andrew dan Eleanor. Setelah resmi menikah, mereka pun turun dari panggung untuk menyapa semua orang, sedangkan di panggung sendiri ditampilkan banyak acara untuk memeriahkan suasana. Andrew dan Eleanor pun berkeliling menyapa semua reka
"Jangan bertingkah seperti perawan!" "Tidak! Hentikan! Aku bukan Giana! Kau salah orang!" Sena menangis begitu pilu saat seorang pria bengis terus menghentakkan tubuhnya di atas tubuh Sena. Sena terus mendorong tubuh pria itu, tapi tenaganya sudah habis untuk melawan sampai kini ia hanya bisa mer
Sena tidak pernah benar-benar ingat bagaimana ia bisa tiba di rumahnya malam itu. Yang bisa Sena ingat hanyalah dirinya menangis sepanjang perjalanan dan ia mulai berhalusinasi seolah semua orang menatapnya jijik dan mencemooh dirinya yang kotor.Sena pikir, malam kelamnya sudah berakhir begitu ia t
Sena menatap kosong ke salah satu sudut kamarnya malam itu. Rasanya hampa sekali, semuanya mendadak hilang dalam semalam. Kehormatannya dan juga rumahnya. Sena pun tertawa sambil menangis dengan sangat frustasi di sana. Sena jijik pada dirinya. Bahkan, setelah Sena mandi dan menggosok tubuhnya samp