"Aurel?"
Baru saja aku masuk, Tante Windy sudah berdiri sigap ke arah pintu. Mungkin ia sedang menungguku?
"Tante? Om?"
Mereka, yang datang adalah Om dan Tanteku dari Kanada. Selama beberapa tahun kami tak pernah bersua. Lalu mereka datang tiba-tiba. Mereka adalah adik almarhum papa.
"Hallo, Aurel? How are you?" katanya apa kabar sambil berjalan mendekat lalu memelukku.
"Baik, Tante, Aurel baik-baik saja."
"Om?" Kusapa Om Idris adik ipar almarhum papa. "Rel?" Ia menghampiri. Lalu kukecup punggung tangannya seusai cipika-cipiki dengan Tante Windy.
"Siang, Om, Tente, Rel?"
Aku terkejut. Si Arjuna datang dari arah belakang. Ini seperti sebuah rencana. Om dan Tante Windy pun tak kaget dengan kedatangan pria jahat itu.
"Hallo, Arjuna?" Arjuna mengecup punggung tangan Tante Windy. Mereka kenal? Seperti sudah kenal dekat?
"Non? Ada den Arjuna sudah menunggu." Simbok lapor. Biasanya Bi Atun, mungkin ia sedang sibuk nyuci."Oh, oke. Suruh tunggu ya, Mbok.""Non sekarang mau pergi sama den Juna? Simbok pikir Non ora mau di joddohi?" Komentar Simbok. Ia nampak heran.Aku tersenyum kecil. "Biar itu jadi urusanku, Mbok. Mbok santai saja. Gak usah khawatir." Simbok bingung. Lalu ia garuk kepalanya."Non beneran?" Ia memastikan. Aku mengangguk hepi. "Ya sudah, Mbok suruh dia tunggu saja, ya?" titahku. "Hem, yo wes, lah," katanya iya.Aku masih bingung dengan sikap Tante Windy dan Om Idris. Tak ada cara lain lagi supaya aku dikira menuruti mereka. Aku harus pura-pura mau di dekati Arjuna. Sekalian kuselidiki, apa rencana mereka. Supaya langkahku tidak mereka curigai.Ting ...Ada panggilan masuk."Ya? Hallo?" Yang masuk adalah nomor anak buahku."Non Aurel. Kam
Mohon kasih like dan komen ya, Kak. Biar aku semangat 🙏🙏♥️♥️♥️***Anak buahku sudah tes kebenaran tentang kejiwaan mantan ibu mertua yang terganggu. Pun mereka datangi rumah saudaranya berpura-pura menagih hutang. Mereka katanya tak mau jawab. Tak mau ada urusan lagi dengan mantan ibu mertua. Bahkan mereka bilang 'wanita gila pembawa susah saja' tentang mantan ibu mertua.Setelah kami pantau, ibu mertua nyatanya hanya diam di pinggir jalan. Dia benar-benar kurang waras. Dan saat itu juga aku segera menelepon rekan yang ahli mengurus ODGJ. Ia pun datang dan kusuruh bawa mantan ibu mertua supaya hidupnya tidak terlantar. Tanpa ibu tahu kalau aku yang menyuruh orang membawanya.Awalnya kelihatan ibu tidak mau, tapi setelah di beri pengertian, akhirnya dia mau masuk ke dalam mobil khusus untuk menarik orang-orang yang jiwanya terganggu.
PoV Arjuna****Sebelum papa meninggal."Jun. Papa punya klien. Dia seusia kamu. Tapi dia sudah ditinggal oleh kedua orang tuanya menghadap Sang Pencipta.""Hemh." Aku menanggapi papa dengan cuek. Seperti biasa. Sejak aku tahu kalau papa memadu mama, aku jadi tak ingin bersikap baik padanya.Tapi ...Kasih sayang papa baru kusadari beberapa Minggu sebelum ia kecelakaan dan meninggal dunia. Gara-gara ingin mengurusi masalah si Aurel."Papa mau keluar dulu. Mau ke rumah Aurel." Dia mengelus kepalaku. Juga kepala Tania adikku yang saat itu sedang duduk bersama menonton televisi. Kami pun seraya menjawab."Pah?" Aku memanggilnya."Ya?" Papa menoleh. Tak banyak bicara, aku langsung memeluk papa. Ia nampak kaget dan menepuk-nepuk punggungku sambil bilang terima kasih
Disangka Masih Hilang IngatanPart 53***PoV Aurel**********"Mbok? Mbok tahu apa soal tante Windy dan om Idris? Bukannya sebelum aku lahir Mbok sudah kerja disini?" tanyaku pada Simbok sambil menyeruput susu jahe buatan dirinya. Ia sangat pandai menyuguhkan hidangan supaya otak ini memunculkan inspirasi.Simbok sedang membereskan benda rawan pecah ke rak. Aku menemuinya di dapur. Dan ia sudah siapkan susu jahe."Gak tahu banyak, Non. Kan mereka jarang kesini. Paling satu tahun sekali. Dan mereka seringnya pergi keluar negeri." Dan ternyata Sim
PoV Aurel**********"Apa ini?" kembali batinku bergema kala melihat sebuah surat penangkapan yang di tujukan untuk ..."Om Idris? Tante Windy? Apa ini maksudnya?"Aku terus selidiki semuanya. Apapun yang membuatku penasaran terus kucari. Tak ingin ada keganjilan.Aku mencari kembali siapa tahu ada yang mama simpan atau rahasia yang tak pernah ia beritahu padaku. Nihil. Tak ada lagi. Aku hanya menemukan surat keterangan dari kepolisian mengenai sebab kecelakaan papa, juga surat penangkapan untuk Tante Windy dan Om Idris.Aneh. Kenapa ada surat penangkapan di rumah? Apa mereka berdua yang telah buat papa celaka dulu? Lalu mama tak jadi tuntut mereka?Astaghfirullah.Bathin ini berkecamuk menduga kalau yang kupegang adalah bukti kecelakaan papa di akibatkan oleh kegilaan Tante Windy dan Om Idris mengenai kecemburuan mer
****♥️♥️♥️"Non? Mau pergi ma siapa?" Simbok bertanya saat aku sudah selesai bersolek dan memakai gaun sederhana berwarna putih. Aku menuruni tangga."Sendiri saja," jawabku masih terus melangkah."Loh? Kok sendiri? Hem ... makanya cepet-cepet nyari gebetan, Non! Biar ada yang dampingin." Bi Atun tiba-tiba menyambar dari samping. Aku sudah sampai lantai bawah."Enak sendiri. Mau pergi gak ada yang kepo." Kujawab cuek."Biasanya ada den Juna, Non? Kok dia gak jemput?" tanya Bi Atun. Pun dengan Simbok. "Iyo!""Sepertinya gak di undang. Cuma Feri saja yang di undang." Kujawab lagi."Suruh den Feri jemput saja, Non?" ide Simbok. "Iyo, betul!" tanggap Bi Atun. Kepala ini hanya menggeleng saja. "Ah, bisa sendiri, kok," jawabku sambil duduk di sofa. Terlihat jam dinding masih men
PoV Feri*****Setelah kucari-cari, ternyata wanita yang mengenakan gaun putih kutemui. Dia sepertinya Aurel. Dari kejauhan perawakannya memperlihatkan bahwa itu adalah ciri-ciri seorang Aurel."Sedang apa dia?" Hatiku berbisik saat melihat dia sedang termenung sendiri di pinggir danau. Duduk di kursi pendek yang terbuat dari kayu atau entah itu adalah sebuah batu artifisial yang sengaja dibuat, aku tak tahu.Dia tidak nampak sedang di sekap atau di culik orang. Dia cukup santai sambil terus melemparkan batu kerikil ke danau. Percikan airnya makin terdengar karena langkah kaki ini kudorong makin mendekatinya. Dia melamun. Aneh. Ada apa?Cluk!Cluk!Suara kerikil menembus permukaan air danau. Tatapan anak itu kosong. Dia tidak takut kesambet? Apa ada makhluk ya
PoV Feri*****Terlihat dari belakang roda empat Aurel masih mengikutiku. Dia hari ini akan kubawa ke sebuah makam. Dimana aku akan mengajarkan dirinya bagaimana cara supaya dia bisa move on.Aku sudah turun."Fer? Kok ajak aku ke makam, sih?" Dia turun pula dari mobilnya. Menghampiriku dan langsung bertanya perihalku yang mengarahkan langkah kita ke sebuah area pemakaman."Ayok. Aku mau ajak kamu temui seseorang." Aurel nampak masih heran. Wajahnya bingung. Netranya menyapu setiap sudut area pemakaman yang sebagian besar di penuhi dengan pohon-pohon beringin dan kamboja."Di makam? Ketemu orang?" herannya."Ayok. Ikut saja. Siang bolong kayak gini penghuni makam gak bakalan keluar, kok." Aku berjalan lebih dulu."Ih, tunggu, Feri!" Wanita itu seperti ketakutan. Dia