"Non? Mas Arjuna sudah pulang?" Bi Atun bertanya sambil menghampiriku yang baru saja masuk ke dalam rumah.
"Udah, Bi." Aku langsung duduk melepas lelah.
"Dari tadi dia disini?" imbuhku.
"Iya, Non. Kekeh pengen nunggu. Udah hampir tiga jam lebih. Gak pulang-pulang. Eh, Non balik malah pulang," jelas Bi Atun.
"Aku yang suruh." Kujawab sambil meraih gelas bersih lalu menuangkan air putih ke dalamnya. Sudah tersedia di meja sejak tadi. Tapi bukan bekas Arjuna.
"Oh, pantesan."
"Gak tahu tuh orang keseringan banget datang." Kusimpan gelas air setelah setengahnya di teguk untuk melepas dahaga.
"Kayaknya mas Juna suka sama Non, ya?" kata Bi Atun sambil mengelap vas bunga dan bunganya.
"Katanya sih gitu. Tapi aku gak suka sama dia." Kujawab dengan santai nan sedikit kesal.
"Jadi bener? Mas Arjuna sudah ungkapkan perasaannya sama No
Feri nampaknya mengikuti mobilku dari belakang. Aku gak bakalan berhenti Feri. Tetap, aku akan temui ibumu.Mobil Feri meluncur cepat hingga ia mampu mengejarku. Dia tidak tahu kalau aku seorang wanita yang lumayan jago ngegas. Terus saja ikuti aku sampai ke rumah sakit. Aku harus tahu apa masalahnya, Feri.Feri terus mengejar mobilku dengan cepat. Nihil. Aku tidak terkejar olehnya. Sempat makin mendekat, namun kini aku sudah sampai di parkiran rumah sakit. Mobilku sampai lebih dulu.Segera tubuh ini kudorong ke meja administrasi untuk menanyakan dimana Tante Sandra di rawat setelah keluar dari mobil tanpa basa-basi."Permisi, Mbak, pasien VVIP bernama bu Sandra ada di ruangan mana ya?""Bu Sandra Susilawati yang mengidap penyakit jantung?" Staff admin memastikan. Aku mengangguk."Beliau berada di
Tok tok tok!"Permisi!" sahutku setelah mengetuk pintu. Pintu rumah Tante Sandra tertutup rapat. Tadi kata security bilang, ada beberapa asisten rumah tangga di dalam.Krek.Pintu akhirnya membuka."Assalamualaikum, Bi?" salamku setelah salah satu asisten rumah tangga Feri membukakan pintu. Ia memakai pakaian khusus asisten. Pun aku sedikit masih mengingat kala dulu aku di bawa makan malam ke rumah ini."Waalaikum salam. Cari siapa ya, Non?" tanyanya setelah menjawab salam."Hem. Bibi masih ingat saya, kan?"Ia terdiam dan mengingat. "Hemm. Oh, Non yang dulu pernah di bawa majikan saya den Feri kesini ya? Aduh, maaf, Non, den Feri sedang tidak ada di rumah. Begitupun dengan ibu." Ia menjawab lalu menjelaskan.Aku tersenyum sambil mengangguk tanda mengerti. "Iya, Bi, saya tahu kok. Saya kesini mau bicara sama Bibi. Bukan sama Feri atau sama
"Aurel?"Baru saja aku masuk, Tante Windy sudah berdiri sigap ke arah pintu. Mungkin ia sedang menungguku?"Tante? Om?"Mereka, yang datang adalah Om dan Tanteku dari Kanada. Selama beberapa tahun kami tak pernah bersua. Lalu mereka datang tiba-tiba. Mereka adalah adik almarhum papa."Hallo, Aurel? How are you?" katanya apa kabar sambil berjalan mendekat lalu memelukku."Baik, Tante, Aurel baik-baik saja.""Om?" Kusapa Om Idris adik ipar almarhum papa. "Rel?" Ia menghampiri. Lalu kukecup punggung tangannya seusai cipika-cipiki dengan Tante Windy."Siang, Om, Tente, Rel?"Aku terkejut. Si Arjuna datang dari arah belakang. Ini seperti sebuah rencana. Om dan Tante Windy pun tak kaget dengan kedatangan pria jahat itu."Hallo, Arjuna?" Arjuna mengecup punggung tangan Tante Windy. Mereka kenal? Seperti sudah kenal dekat?
"Non? Ada den Arjuna sudah menunggu." Simbok lapor. Biasanya Bi Atun, mungkin ia sedang sibuk nyuci."Oh, oke. Suruh tunggu ya, Mbok.""Non sekarang mau pergi sama den Juna? Simbok pikir Non ora mau di joddohi?" Komentar Simbok. Ia nampak heran.Aku tersenyum kecil. "Biar itu jadi urusanku, Mbok. Mbok santai saja. Gak usah khawatir." Simbok bingung. Lalu ia garuk kepalanya."Non beneran?" Ia memastikan. Aku mengangguk hepi. "Ya sudah, Mbok suruh dia tunggu saja, ya?" titahku. "Hem, yo wes, lah," katanya iya.Aku masih bingung dengan sikap Tante Windy dan Om Idris. Tak ada cara lain lagi supaya aku dikira menuruti mereka. Aku harus pura-pura mau di dekati Arjuna. Sekalian kuselidiki, apa rencana mereka. Supaya langkahku tidak mereka curigai.Ting ...Ada panggilan masuk."Ya? Hallo?" Yang masuk adalah nomor anak buahku."Non Aurel. Kam
Mohon kasih like dan komen ya, Kak. Biar aku semangat 🙏🙏♥️♥️♥️***Anak buahku sudah tes kebenaran tentang kejiwaan mantan ibu mertua yang terganggu. Pun mereka datangi rumah saudaranya berpura-pura menagih hutang. Mereka katanya tak mau jawab. Tak mau ada urusan lagi dengan mantan ibu mertua. Bahkan mereka bilang 'wanita gila pembawa susah saja' tentang mantan ibu mertua.Setelah kami pantau, ibu mertua nyatanya hanya diam di pinggir jalan. Dia benar-benar kurang waras. Dan saat itu juga aku segera menelepon rekan yang ahli mengurus ODGJ. Ia pun datang dan kusuruh bawa mantan ibu mertua supaya hidupnya tidak terlantar. Tanpa ibu tahu kalau aku yang menyuruh orang membawanya.Awalnya kelihatan ibu tidak mau, tapi setelah di beri pengertian, akhirnya dia mau masuk ke dalam mobil khusus untuk menarik orang-orang yang jiwanya terganggu.
PoV Arjuna****Sebelum papa meninggal."Jun. Papa punya klien. Dia seusia kamu. Tapi dia sudah ditinggal oleh kedua orang tuanya menghadap Sang Pencipta.""Hemh." Aku menanggapi papa dengan cuek. Seperti biasa. Sejak aku tahu kalau papa memadu mama, aku jadi tak ingin bersikap baik padanya.Tapi ...Kasih sayang papa baru kusadari beberapa Minggu sebelum ia kecelakaan dan meninggal dunia. Gara-gara ingin mengurusi masalah si Aurel."Papa mau keluar dulu. Mau ke rumah Aurel." Dia mengelus kepalaku. Juga kepala Tania adikku yang saat itu sedang duduk bersama menonton televisi. Kami pun seraya menjawab."Pah?" Aku memanggilnya."Ya?" Papa menoleh. Tak banyak bicara, aku langsung memeluk papa. Ia nampak kaget dan menepuk-nepuk punggungku sambil bilang terima kasih
Disangka Masih Hilang IngatanPart 53***PoV Aurel**********"Mbok? Mbok tahu apa soal tante Windy dan om Idris? Bukannya sebelum aku lahir Mbok sudah kerja disini?" tanyaku pada Simbok sambil menyeruput susu jahe buatan dirinya. Ia sangat pandai menyuguhkan hidangan supaya otak ini memunculkan inspirasi.Simbok sedang membereskan benda rawan pecah ke rak. Aku menemuinya di dapur. Dan ia sudah siapkan susu jahe."Gak tahu banyak, Non. Kan mereka jarang kesini. Paling satu tahun sekali. Dan mereka seringnya pergi keluar negeri." Dan ternyata Sim
PoV Aurel**********"Apa ini?" kembali batinku bergema kala melihat sebuah surat penangkapan yang di tujukan untuk ..."Om Idris? Tante Windy? Apa ini maksudnya?"Aku terus selidiki semuanya. Apapun yang membuatku penasaran terus kucari. Tak ingin ada keganjilan.Aku mencari kembali siapa tahu ada yang mama simpan atau rahasia yang tak pernah ia beritahu padaku. Nihil. Tak ada lagi. Aku hanya menemukan surat keterangan dari kepolisian mengenai sebab kecelakaan papa, juga surat penangkapan untuk Tante Windy dan Om Idris.Aneh. Kenapa ada surat penangkapan di rumah? Apa mereka berdua yang telah buat papa celaka dulu? Lalu mama tak jadi tuntut mereka?Astaghfirullah.Bathin ini berkecamuk menduga kalau yang kupegang adalah bukti kecelakaan papa di akibatkan oleh kegilaan Tante Windy dan Om Idris mengenai kecemburuan mer