Selamat membaca❤️°°“Mama tidak menerima alasan apa pun, paham? Pokoknya Mama hanya ingin ditemani oleh Damara, tak mau dengan yang lain. Tetapi kalau kamu tetap memaksa, terserah saja. Mama tidak akan mau makan dan minum obat, biar Mama sakit terus seperti ini.”Si keras kepala itu kembali berulah.Ya, Liana berhasil melontarkan ancamannya pada Arka, pun berhasil pula membuat yang mendengarnya mendengus — kesal, marah, tak percaya kalau pada akhirnya mereka akan kembali berhubungan dengan Damara.Pasti, sudah pasti. “Jangan mengada-ada begitu, Ma. Sudah, ya? Arka mohon. Kesehatan Mama itu tergantung diri Mama sendiri loh, tidak ada hubungannya dengan orang lain. Mama fikir menginap di rumah sakit begini enak? Tidak, Ma. Arka dan Dahayu pun tidak tega melihatnya,” tutur Arka menasehati, “Arka mohon kerjasamanya, ya? Jangan menyusahkan diri sendiri, tolong turunkan ego Mama. Bisa, kan?” lanjutnya“Turunkan ego Mama, katamu?” tanya Liana diakhiri dengan tawanya, “Aduh, apa tidak terbal
Selamat membaca❤️°°“Tidak! Mama tidak akan membiarkan kamu pergi. Kamu itu harus tetap di sini, temani Mama dan Damara. Memangnya kamu tega membiarkan kami berdua di sini? Tolong jangan egois ya, Arkatama Maheswara!”Tolong jangan egois, katanya? Apa tidak salah?Ya, saat sudah menyebut nama Sang anak secara lengkap, maka sudah dapat dipastikan jika puncak emosi dari orang itu sudah berada di titik paling tinggi — amarahnya saat itu sudah sangat membara, terlebih lagi saat ia tahu jika Sang anak akan pergi meninggalkannya — dalam keadaan yang sedang tidak baik-baik saja.“Arkatama, apa kamu tidak takut kalau nyatanya malam ini adalah malam terakhir kamu untuk bertemu Mama?” tanya Liana lagi, “Bagaimana kalau besok Mama sudah tidak ada? Atau mungkin nanti malam? Atau bahkan 1 jam lagi? Mama yakin hanya penyesalan yang bisa kamu rasakan nantinya.”Terkejut — itu yang bisa dirasakan oleh ketiga orang lainnya yang ada di dalam ruangan itu, merasa tak menyangka jika Liana akan mengucapka
Selamat membaca❤️°°“Assalamualaikum, Hani. Saya ingin kasih kabar kalau Mama harus dirawat di rumah sakit sejak malam ini atas saran dari Dokter, jadi saya dan Mas Arka tidak akan pulang ke rumah.”Sekiranya itu pesan singkat yang Dahayu buat dan kirimkan untuk Hani, sebelum ia serahkan kembali benda canggih itu pada Sang suami.Ya, mungkin banyak dari kalian yang membacanya merasa bingung dengan kalimat ; jadi saya dan Mas Arka tidak akan pulang ke rumah. Iya, kan? Jelas, karena kenyataannya saat itu mereka sedang berada di dalam kamar hotel, salah satu hotel mewah bintang 5 yang cukup terkenal — Kempinski.Arkatama Maheswara, lelaki itu memang sengaja mengajak Sang istri untuk pergi dan menginap di sana — walau hanya satu malam, pun hal itu dilakukan demi untuk melepas rasa penat yang sedang melanda.“Sudah dikirim, sayang?” tanya Arka sembari meraih ponsel Dahayu“Sudah, Mas. Sudah aku kirim,” jawab Dahayu“Pintarnya, istriku.” Arka tersenyum lebar sembari mencium pipi Dahayu, lal
Selamat membaca❤️°°“Apa? Sekarang sudah jam 8 pagi? Yang benar saja?”Ya, apa yang Dahayu lihat saat itu tidak salah — jarum pada jam yang menempel di dinding kamar hotel yang ia tempati sudah menunjukan tepat pukul 8 pagi, pun dapat dibuktikan pula dari sinar matahari yang masuk lewat sela-sela gorden kamar, yang mana gorden itu sendiri juga memang sengaja dibuka karena semalam mereka berdua — Arka dan Dahayu bermain-main di sana sembari menikmati betapa indahnya Ibu Kota Jakarta pada malam hari dari lantai 38.Tubuh Dahayu pun menggeliat — menggigil karena suhu AC yang menyala saat itu cukup rendah, terlebih lagi saat itu ia sama sekali tak menggunakan pakaian apa pun ; tubuhnya benar-benar polos dengan hanya dibungkus oleh selimut — mengingat kalau nyatanya semalam mereka berada dalam suasana yang cukup panas.“Ya ampun, dingin sekali ya udaranya? Aku jadi malas untuk mandi lagi.” Helaan nafas kasar pun berhembus — tidak lain dan tidak bukan Dahayu pelakunya, sebelum pada akhirnya
Selamat membaca❤️°°“Pokoknya Mama ingin kamu menikah dengan Damara, titik! Tidak boleh ada penolakan. Paham kamu?”“Permintaan macam apa itu, Ma? Menikah dengan Damara? Yang benar saja! Arka itu sudah menikah, sudah ada wanita lain di dalam hati dan hidup Arka. Jangan mengada-ada!”“Hey, Mama tidak peduli dengan hal itu! Yang paling penting untuk saat ini adalah kamu menikah dengan Damara, kamu harus menikahi Damara secepatnya!”Jarum jam terus berputar hingga akhirnya kini menunjukkan tepat pukul 8 pagi. Ibu Kota Jakarta yang seharusnya terasa dingin dan sejuk karena baru saja selesai diguyur oleh hujan itu pun nyatanya tidak mampu membuat suasana hati Arka menjadi ikut tenang — justru sebaliknya.Ya, sepagi itu emosi dalam diri seorang Arkatama nyatanya sudah berhasil untuk terpancing — membuat hatinya panas akibat amarah yang membara saat mendapati permintaan yang sangat amat tidak masuk di akal dari Sang Mama.Terlebih lagi, wanita paruh baya itu kembali membentaknya — berbicara
Selamat membaca❤️°°“Ada satu hal yang harus kalian tahu. Untuk sekarang, nama Damara di dalam hati dan hidupku sudah tak ada. Posisinya sudah digantikan oleh Dahayu, untuk selamanya. Jadi, lebih baik kalian diam dan buang jauh-jauh harapan itu. Paham? Karena sampai kapan pun aku tidak akan mau menikahkan Damara.”“Memang dasar keras kepala! Ya sudah, terserah kamu saja, Mama pasrah. Tapi ingat ya, jangan pernah kamu menyesal dengan keputusan bodoh yang sudah kamu ambil. Camkan itu, Arkatama!”Memang dasarnya sama ; anak dan Ibu itu sama-sama tak ada yang mau mengalah — mereka tetap berpegang teguh dengan pendirian masing-masing. Karena memang seperti itulah kepribadiannya.“Lihat saja, kamu akan kehilangan Mama! Mama akan pergi jauh dari hidup kamu kalau kamu tetap tidak mau menuruti apa yang Mama katakan!” Liana kembali mengancam Arka, “Mama tidak akan mau makan dan minum obat agar cepat mati!”Ya, kembali terulang untuk yang kedua kalinya. Saat itu Arka dan Damara kembali dikejutk
Selamat membaca❤️°°“Makanya kamu jangan nakal, Mas! Kan sudah aku katakan tadi, jangan asal cium begitu. Walau ini di rumah kita, tetap saja ini tempat terbuka. Bagaimana kalau ada yang lihat?”“Ya tidak apa-apa, sayang. Lagi pula rasanya enak, kan?”Suhu tubuh Dahayu seketika saja memanas — merasa malu akan pertanyaan yang sudah Arka berikan untuknya, karena sejujurnya jawaban atas pertanyaan itu adalah iya ; Dahayu tak bisa membohongi perasaannya sendiri.“Huh, menyebalkan!” Dengan wajah yang memerah Dahayu tetap mencoba untuk melawan — wanita itu menghentakan kaki sebagai bentuk atas rasa kesalnya, sebelum akhirnya ia memutuskan untuk melangkah masuk ke dalam rumah“Sayang, aku ditinggal?”Arka bertanya dengan intonansi suara yang tinggi, berharap agar Dahayu segera menghentikan langkah kakinya, namun nihil hasilnya karena wanita itu tetap berjalan, bahkan tanpa mau untuk menoleh dan merespon pertanyaannya.“Ah, aku diamkan saja, biar dia tahu rasa!”Dengan percaya diri Dahayu ter
Selamat membaca❤️°°“Ya, semoga saja hidupku setelah ini akan jauh lebih baik.”Diakhiri dengan helaan nafasnya, Liana langsung menutup rapat koper itu dan bersiap untuk segera keluar dari dalam kamar. Dan saat ia baru saja ingin memegang kenop pintu, tiba-tiba rungunya mendapati adanya suara klakson mobil sebanyak 2 kali dari arah halaman depan rumah.Dan, ya. Sudah dapat dipastikan jikalau itu adalah Damara.“Nah, itu pasti Damara. Aku yakin karena mobil yang datang pertama tadi adalah Arka.”Senang bukan main rasanya, yang ditunggu-tunggu sedari tadi akhirnya tiba. Dengan menampilkan senyumnya, Liana langsung saja mempercepat langkah kakinya untuk segera keluar dari dalam kamarnya — pun hal itu sendiri pula yang menandakan jika suara klakson mobil yang didengar oleh sepasang suami istri tadi berasal dari mobil milik Damara.“Hey, Ma. Assalamualaikum.”“Waalaikumsalam, sayang. Aduh, cantik sekali anak Mama.”“Ah, Mama bisa saja. Mama itu selalu memuji aku seperti itu, padahal Mama