Selamat membaca❤️°°“Apa? Sekarang sudah jam 8 pagi? Yang benar saja?”Ya, apa yang Dahayu lihat saat itu tidak salah — jarum pada jam yang menempel di dinding kamar hotel yang ia tempati sudah menunjukan tepat pukul 8 pagi, pun dapat dibuktikan pula dari sinar matahari yang masuk lewat sela-sela gorden kamar, yang mana gorden itu sendiri juga memang sengaja dibuka karena semalam mereka berdua — Arka dan Dahayu bermain-main di sana sembari menikmati betapa indahnya Ibu Kota Jakarta pada malam hari dari lantai 38.Tubuh Dahayu pun menggeliat — menggigil karena suhu AC yang menyala saat itu cukup rendah, terlebih lagi saat itu ia sama sekali tak menggunakan pakaian apa pun ; tubuhnya benar-benar polos dengan hanya dibungkus oleh selimut — mengingat kalau nyatanya semalam mereka berada dalam suasana yang cukup panas.“Ya ampun, dingin sekali ya udaranya? Aku jadi malas untuk mandi lagi.” Helaan nafas kasar pun berhembus — tidak lain dan tidak bukan Dahayu pelakunya, sebelum pada akhirnya
Selamat membaca❤️°°“Pokoknya Mama ingin kamu menikah dengan Damara, titik! Tidak boleh ada penolakan. Paham kamu?”“Permintaan macam apa itu, Ma? Menikah dengan Damara? Yang benar saja! Arka itu sudah menikah, sudah ada wanita lain di dalam hati dan hidup Arka. Jangan mengada-ada!”“Hey, Mama tidak peduli dengan hal itu! Yang paling penting untuk saat ini adalah kamu menikah dengan Damara, kamu harus menikahi Damara secepatnya!”Jarum jam terus berputar hingga akhirnya kini menunjukkan tepat pukul 8 pagi. Ibu Kota Jakarta yang seharusnya terasa dingin dan sejuk karena baru saja selesai diguyur oleh hujan itu pun nyatanya tidak mampu membuat suasana hati Arka menjadi ikut tenang — justru sebaliknya.Ya, sepagi itu emosi dalam diri seorang Arkatama nyatanya sudah berhasil untuk terpancing — membuat hatinya panas akibat amarah yang membara saat mendapati permintaan yang sangat amat tidak masuk di akal dari Sang Mama.Terlebih lagi, wanita paruh baya itu kembali membentaknya — berbicara
Selamat membaca❤️°°“Ada satu hal yang harus kalian tahu. Untuk sekarang, nama Damara di dalam hati dan hidupku sudah tak ada. Posisinya sudah digantikan oleh Dahayu, untuk selamanya. Jadi, lebih baik kalian diam dan buang jauh-jauh harapan itu. Paham? Karena sampai kapan pun aku tidak akan mau menikahkan Damara.”“Memang dasar keras kepala! Ya sudah, terserah kamu saja, Mama pasrah. Tapi ingat ya, jangan pernah kamu menyesal dengan keputusan bodoh yang sudah kamu ambil. Camkan itu, Arkatama!”Memang dasarnya sama ; anak dan Ibu itu sama-sama tak ada yang mau mengalah — mereka tetap berpegang teguh dengan pendirian masing-masing. Karena memang seperti itulah kepribadiannya.“Lihat saja, kamu akan kehilangan Mama! Mama akan pergi jauh dari hidup kamu kalau kamu tetap tidak mau menuruti apa yang Mama katakan!” Liana kembali mengancam Arka, “Mama tidak akan mau makan dan minum obat agar cepat mati!”Ya, kembali terulang untuk yang kedua kalinya. Saat itu Arka dan Damara kembali dikejutk
Selamat membaca❤️°°“Makanya kamu jangan nakal, Mas! Kan sudah aku katakan tadi, jangan asal cium begitu. Walau ini di rumah kita, tetap saja ini tempat terbuka. Bagaimana kalau ada yang lihat?”“Ya tidak apa-apa, sayang. Lagi pula rasanya enak, kan?”Suhu tubuh Dahayu seketika saja memanas — merasa malu akan pertanyaan yang sudah Arka berikan untuknya, karena sejujurnya jawaban atas pertanyaan itu adalah iya ; Dahayu tak bisa membohongi perasaannya sendiri.“Huh, menyebalkan!” Dengan wajah yang memerah Dahayu tetap mencoba untuk melawan — wanita itu menghentakan kaki sebagai bentuk atas rasa kesalnya, sebelum akhirnya ia memutuskan untuk melangkah masuk ke dalam rumah“Sayang, aku ditinggal?”Arka bertanya dengan intonansi suara yang tinggi, berharap agar Dahayu segera menghentikan langkah kakinya, namun nihil hasilnya karena wanita itu tetap berjalan, bahkan tanpa mau untuk menoleh dan merespon pertanyaannya.“Ah, aku diamkan saja, biar dia tahu rasa!”Dengan percaya diri Dahayu ter
Selamat membaca❤️°°“Ya, semoga saja hidupku setelah ini akan jauh lebih baik.”Diakhiri dengan helaan nafasnya, Liana langsung menutup rapat koper itu dan bersiap untuk segera keluar dari dalam kamar. Dan saat ia baru saja ingin memegang kenop pintu, tiba-tiba rungunya mendapati adanya suara klakson mobil sebanyak 2 kali dari arah halaman depan rumah.Dan, ya. Sudah dapat dipastikan jikalau itu adalah Damara.“Nah, itu pasti Damara. Aku yakin karena mobil yang datang pertama tadi adalah Arka.”Senang bukan main rasanya, yang ditunggu-tunggu sedari tadi akhirnya tiba. Dengan menampilkan senyumnya, Liana langsung saja mempercepat langkah kakinya untuk segera keluar dari dalam kamarnya — pun hal itu sendiri pula yang menandakan jika suara klakson mobil yang didengar oleh sepasang suami istri tadi berasal dari mobil milik Damara.“Hey, Ma. Assalamualaikum.”“Waalaikumsalam, sayang. Aduh, cantik sekali anak Mama.”“Ah, Mama bisa saja. Mama itu selalu memuji aku seperti itu, padahal Mama
Selamat membaca❤️°°“Hey, apa kamu lupa kalau saat ini Damara juga sudah sah untuk menjadi istri kamu?”“Ma, hentikan! Tolong jangan bahas hal itu dulu, aku masih membutuhkan waktu untuk mempersiapkan diri!”Dahayu mengerti dengan apa yang sedang diobrolkan oleh suami dan Ibu mertuanya, namun hati dan fikirannya masih belum bisa digunakan untuk mencerna situasi yang sedang terjadi. Ah, tidak. Mungkin tepatnya begini ; wanita itu hanya takut salah dalam menerka keadaan, bahkan sekedar untuk mempersiapkan perasaannya sendiri.“Itu bukan hal yang mudah bagi Arka, Ma! Itu bukan sesuatu hal yang sepele, dan sekarang juga bukan waktu yang tepat untuk membahas tentang hal itu. Biarkan itu menjadi urusan Arka. Mama tidak perlu ikut campur,” sambung Arka“Bukan waktu yang tepat? Hey! Cepat atau lambat, dia pasti akan tahu. Jadi, untuk apa kamu membuang-buang waktu? Aneh!” saut Liana, lalu ia melemparkan tatapan tajamnya ke arah Dahayu, “Bagaimana? Saya rasa kamu tak sebodoh itu untuk mengerti
Selamat membaca❤️ °° “Kenapa jadi begini? Sakit sekali rasanya. Aku benar-benar tak menyangka kalau hubungan rumah tanggaku dengan Mas Arka akan sesulit ini. Kenapa semesta sama sekali tak berpihak pada kami?”Saat itu kedua netra Dahayu hanya terfokus pada satu titik, yaitu sebuah pigura yang tergeletak di atas laci kecil dekat kasur, yang mana di dalam pigura itu sendiri berisikan foto dirinya dan Arka saat mereka sedang bulan madu di negeri tetangga — Singapore, beberapa bulan yang lalu.“Ya Allah, haruskah hidup semenyakitkan ini?”Rasanya saat itu Dahayu sudah tak bisa untuk mengatakan hal apa-apa, nafasnya pun juga terasa begitu sesak karena pacuan di dadanya yang berhasil membuatnya terasa sulit untuk berbicara. Sampai tiba-tiba terdengar suara notifikasi pesan dari ponselnya, dan tanpa mau untuk berfikir panjang lagi — dengan cepat ia langsung mengambil benda kecil itu dan membaca isi dari pesan yang masuk.“Hallo, Dahayu. Ini aku, madumu. Sudahlah, lebih baik kamu menyerah
Selamat membaca❤️ °° “Loh, ternyata di sini ada Damara juga ya?” Terkejut bukan main rasanya.Belum sempat bagi Arka untuk menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba saja ada satu suara yang datang dan menyapa rungunya dengan baik, begitu pula dengan Damara, yang mana hal itu sendiri membuat keduanya langsung terdiam sembari menoleh ke arah sumber suara.“Sayang?”Arka yang sudah tahu siapa pemilik suara itu pun langsung melepaskan tangan Damara dari lengannya dengan paksa, dan Damara sendiri yang diperlakukan seperti itu tentu saja merasa tak terima, membuatnya — dengan nekat, kembali melingkarkan tangannya di lengan Arka.“Hallo, Dahayu. Ah, sudah lama sekali ya kita tidak bertemu? Bagaimana kabarmu? Apa kamu baik-baik saja?”Ya, Dahayu Ishvara. Seseorang yang datang saat itu adalah Dahayu, yang mana ia memang dengan sengaja datang ke sana untuk mengajak Sang suami makan siang bersama — rindu, begitu lebih tepatnya, mengingat jika memang sudah cukup lama keduanya tidak melakukan hal itu.