Share

41. Dua Belaa Juta yang Melayang

Waktu melesat seperti anak panah yang terlepas dari busurnya. Tepat mengenai sasaran saat dilakukan oleh seorang profesional. Hari pertama bekerja dengan segudang tanya pun terlewati begitu saja.

Semua terasa lebih singkat karena tak ada ruang untukku bersedih.

Kamar kos pemberian Bos Teo terus kutinggali hingga hari ke tujuh setelah aku kembali ke kota. Semalam Arga sudah menjelaskan terkait proposal pengajuan daftar menu untuk makan siang di perusahaan Aditama. Arga juga sudah resmi mengundurkan diri dari pekerjaannya di tempat lama.

"Pagi, Mbak," sapanya saat aku datang ke ruang kerja. Bos Teo tidak memberiku kunci lagi. Beliau membuka kantor lebih pagi.

"Pagi, Ga," jawabku seraya menyalakan komputer.

"Mbak Amira sudah siap?" tanya Arga begitu aku duduk di kursi kerjaku. Seakan tak yakin aku bisa melakukannya.

"Siap gak siap tetap harus siap, 'kan, Ga?"

"Iya, deh. Ya udah print dulu proposal yang semalam aku kirim, Mbak. Jam sembilan nanti kita berangkat." Arga memerhatikan jam
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status