Sophie tidak mengira jika Jack akan mampu menahan tinju dari preman. Terlihat sangat jelas jika tubuh preman itu begitu kekar.Tidak hanya itu, ekspresi wajah Jack juga terlihat santai, seolah dia tidak mengalami kesulitan apa pun saat mencengkeram tangan preman. Sebaliknya, wajah preman berkaos hitam itu tampak rumit. Urat-urat di lehernya mencuat sebagai tanda dia sedang mengeluarkan seluruh tenaga untuk lepas dari cengkeraman Jack.BUG!Belum habis keterkejutan Sophie, matanya segera membesar selagi kedua tangannya berpindah ke depan mulut atas apa yang tejadi.Sebuah tinjuan keras telah mendarat di pipi preman berkaos hitam hingga membuatnya terhuyung. Lelaki itu meringis kesakitan memegang ujung bibirnya yang berdarah. Tidak hanya itu, dia bahkan merasa pukulan Jack telah membuat tulang rahangnya bergeser.“Bajingan!” umpat preman lainnya setelah beberapa saat tertegun melihat rekannya terluka. Dia mengangkat tinjunya untuk membalaskan. Namun, dengan sigap tangan Jack mencengker
Pada akhirnya, rasa manusiawi membuat Jack mengelus kepala Sophie juga. Dia membiarkan wanita itu memeluknya hingga tenang.“Ma-maaf,” kata Sophie saat menyadari tindakannya. Dia segera melepas pelukannya. Sophie mengusap air matanya. Wanita itu menunduk karena malu. Pria yang selama ini dia hina telah menjadi pahlawan yang menyelamatkannya.“Aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika kamu tidak menolongku. Terima kasih banyak karena masih peduli padaku. Aku pikir kamu membenciku. Oleh karena itu, kamu menunjukku sebagai pacar David di auditorium tadi.”Jack tidak mengatakan apa pun. Dia melepas jasnya untuk diletakkan di tubuh Sophie.Sophie mengangkat padangan. Dia memandang wajah Jack lekat-lekat. Entah bagaimana, mantan pacarnya itu terlihat sangat tampan. ‘Apa selama ini debu telah menutup mataku hingga aku tidak bisa melihat ketampanan Jack? Dia lebih tampan daripada David. Kenapa aku baru menyadarinya setelah begitu lama?’ Sophie ingin memukul keningnya sendiri karena merasa
Hari ini Jack menjalankan tugasnya seperti biasa. Dia kembali ke King Pizza di siang hari setelah mengantarkan pizza pesanan pelanggan. Dia baru saja memasuki kedai ketika seseorang memanggilnya dengan lantang, "Jack!"Jack mengernyitkan keningnya. Tampak olehnya seorang wanita dengan kemeja dan rok sepanjang lutut duduk di salah satu kursi pelanggan. Dia sedang melambaikan tangan pada Jack.Jack berdiri di tempatnya. Dia sedang berusaha mengingat-ingat, siapakah wanita yang menyapanya itu. Wanita itu berdiri dan menghentakkan sepatu haknya. Itu seperti gerakan wanita yang sedang kesal, tetapi dia malah menyunggingkan senyum lebar. "Hei, kenapa masih di sana? Cepat ke mari, Jack!" Dia sangat bersemangat.Jack tidak kunjung mengingat siapa wanita itu. Dia berjalan mendekat dan tersenyum pada pelanggan-pelanggan lain yang dilewati. Setelahnya, Jack membungkuk hormat pada wanita asing seperti sedang berhadapan dengan pelanggan kedai. "Mohon maaf, apa kita pernah bertemu, Nona?"Wanita
Jack masih berdiri menatap ke depan. Dia tersenyum karena merasa senang atas perubahan drastis Elena. Dia mengakui, wanita itu terlihat jauh lebih menarik daripada saat masih kuliah dulu. Selain itu, Jack juga turut senang mengetahui kesuksesan yang dicapai teman kelasnya itu.Akan tetapi, beberapa detik berlalu, kedua mata Jack tiba-tiba membesar. “Oh tidak, aku harus segera pergi!” lirihnya sebelum berlari ke belakang.Karena terlalu fokus melihat ke belakang, Jack tidak melihat Claire yang sedang berjalan. Akibatnya, benturan tidak bisa dihindari.“Ouch!” desis Claire sambil memegangi lengannya.“Claire, aku minta maaf.”“Kenapa kamu berlari di dalam kedai, Jack? Dan, wajahmu seperti baru saja melihat hantu. Apa seorang gadis memintamu menikahinya karena sudah kamu hamili?”“Claire!” Jack ingin menjentikkan jarinya di kening Claire yang kini tertawa. “Dengar, jika ada yang mencariku, katakan saja aku tidak ada di kedai. Mengerti, Nona Manajer?”“Hei, memangnya siapa yang datang?” P
Sophie tahu Jack adalah lelaki yang setia. Itu sebabnya, ketika Claire mengaku sebagai kekasih Jack, bukannya kecewa atau kesal, dia justru tersenyum lebar. Jika memang dia telah berpacaran dengan manajer First Style, tidak mungkin berpacaran juga dengan manajer King Pizza. ‘Rupa-rupanya Jack berbohong padaku malam itu. Dia pasti sengaja melakukannya untuk membuatku cemburu.’ Shopie kegirangan dalam hati. Mengapa?Entahlah, dia sendiri masih belum mengerti mengapa harus bahagia saat tahu Jack masih jomblo.“Di mana Jack?” “Apa kamu mengalami ketebelakangan mental? Aku sudah mengatakan kalau dia tidak ada di sini. Kenapa tidak mengerti juga?”Sophie tidak peduli dengan ucapan Claire yang semakin kasar. Dia justru menjadi sangat bersemangat. “Jika kamu tidak memberitahuku, tidak masalah. Aku akan mencarinya sendiri.” Sophie berjalan santai melewati Claire. “Jack, kamu di mana?”“Wanita ini benar-benar menguji kesabaranku!” Tanpa mengatakan apa-apa lagi pada Sophie, Claire menarik baj
Karena masih belum bertemu Jack juga, Sophie memutuskan untuk pergi ke kos lelaki itu. Di waktu semalam ini, tidak mungkin Jack keluar.Itu adalah kunjungan keduanya. Sophie masih sangat ingat, pada kunjungan pertama dulu, yakni ketika mereka masih berpacaran, dia memaki dan memarahi Jack karena membuatnya pergi ke tempat sekumuh itu. Dia menolak untuk masuk dan memilih menunggu saja di depan kos. Sophie bahkan bersumpah untuk tidak akan pernah mengunjungi kos Jack lagi. Sekarang, semua berubah. Entah bagaimana, tapi Sophie tidak lagi peduli pada rasa jijiknya dulu. Dia juga mengabaikan rasa malu, canggung, dan lain sebagainya. Yang terpenting, dia bisa bertemu Jack! Terkait alasan apa yang mendasarinya tidak bisa menunggu besok jika ditanya nanti, Sophie akan memikirkannya kemudian.Kini, wanita itu telah berdiri di depan pintu kos Jack. Dia tersenyum lebar melihat banyak perubahan di tempat tersebut. Itu terlihat jauh lebih baik.Entah bagaimana Sophie berpikir bahwa Jack telah m
StarIn Shine Hotel merupakan hotel dengan anggota paling besar di kawasan Rhineland. Hotel itu diminati banyak orang karena dilengkapi dengan area mall, restoran, kolam renang super megah, dan fasilitas lain yang memanjakan para pengunjungnya. Seseorang harus menjadi anggota di hotel tersebut supaya bisa menikmati berbagai fasilitas yang tersedia. Opsi lainnya agar bisa masuk ke sana adalah melalui undangan dari anggota dengan tingkat minimal Gold. Terdapat empat tingkat keanggotaan, yakni mulai dari anggota biasa, Silver, Gold, Platinum, dan yang paling tinggi adalah Diamond. Masing-masing memiliki hak dan ketentuan yang berbeda. Sayangnya, menjadi anggota tingkat Gold saja bukanlah hal yang mudah. Seseorang yang mendapatkannya biasanya merupakan orang penting dengan status sosial yang tinggi. Kini, Jack telah berdiri di halaman hotel tersebut untuk menghadiri undangan reuni yang diadakan teman kelas satu kampusnya dulu. Penampilannya terlihat kasual dengan mengenakan kaos abu-abu
Tidak ingin diseret seperti waktu itu saat malam pertunangan, Jack memilih untuk berjalan turun sendiri. Sepanjang jalan, penjaga tidak berhenti menghina dirinya."Belum lagi jika Tuan Lechter tahu kamu menginjak marmer di hotelnya. Aku sangat yakin, dia akan mengacungkan revolver ke kepalamu! Lalu, boom! Kepalamu meledak! Hahaha," kata penjaga ketika hampir sampai di pintu utama."Tunggu, apa yang kamu maksud itu adalah Tuan Robert Lechter?" Jack menghentikan langkah kakinya."Memangnya siapa lagi? Semua orang tahu, beliau adalah pemilik StarIn Shine Hotel. Dia terkenal dingin dan tidak segan berbuat keji jika diperlukan. Jadi, jika kamu masih ingin hidup, menyingkirlah dari hotel ini. Cepat keluar!"Jack melanjutkan langkahnya hingga melewati ambang pintu. Di depan sana, penjaga lainnya telah menunggu mereka."Bagaimana?"Penjaga yang bersama Jack menggeleng dengan senyum mengejek atas pertanyaan rekannya. "Seperti penampilannya, dia sangat payah. Berbohong tapi tidak cukup cerdas."