Happy reading semuanya! “Pertemanan kita... apa enggak ada artinya?” Pertanyaan singkat itu terucap dari bibir Eva. memang sangat nekad sekali Eva mengunjungi ketiga temannya di tempat biasa mereka dulu berkumpul, sejujurnya perempuan yang sudah menjadi istri dari salah satu dosen di kampus ternama itu ingin membuat keadaannya seperti semula setelah seharian berada di kampus semua dalam keadaan baik-baik saja. Tatapan matanya mengarah pada rekannya yang sama sekali tidak menjawab pertanyaannya barusan, ia tidak tahu apakah pertanyaan yang begitu sulit atau memang pada dasarnya rekan-rekannya itu tidak ingin bertemu dengan dirinya lagi. “ Apakah kalian semua percaya dengan berita bohong itu? Kalian lebih tahu gue dibandingkan berita kosong itu. Berita itu sengaja ingin menjatuhkan gue.” Eva sekarang ini hanya dianggap sebagai angin lalu oleh ketiga temannya, Bahkan kehadirannya saat ini sama sekali tidak diperdulikan. perempuan muda itu hanya menggigit bibirnya keras-keras,
Happy Reading Semuanya! Lelaki yang menjadi suami dari Eva tampak sibuk berjalan ke kanan dan ke kiri hanya untuk menunggu perempuan yang menjadi istrinya. Jam sudah menunjukkan pukul 18.00 dan istrinya belum kembali yang membuatnya memikirkannya setengah mati. Bagaimana jika terjadi sesuatu dengan perempuan kesayangannya itu. Suara pintu gerbang terbuka menampilkan sosok yang ia tunggu sejak tadi dengan tentengan ditangannya, entah kemana saja perginya sang istri sampai tidak memperdulikan rasa khawatir pada dirinya. “Saya menunggu kamu pulang, kamu kemana saja sayang?” nada suara lembut Zaidan membuat Eva memberikan satu bungkus ice cream kepada sang suami. Eva tahu Zaidan akan marah karena ia pergi tanpa kabar dan ia juga tahu jika Zaidan mengkhwatirkannya. “Saya habis jajan di supermarket depan, terus ada ibu-ibu ajak ngobrol dan tanya tentang perkuliahan disana, Saya juga di traktir ice cream 2, satunya sudah saya makan dan yang satu buat Bapak—eh Mas saja. Nanti saya batuk
Happy Reading Semuanya! Tangan Zaidan mengusap lembut kepala sang istri yang kini terlelap di atas ranjang milik mereka, tentu dengan Eva yang menempel pada tubuhnya. Sang istri benar-benar menganggapnya sebagai boneka tidur, tidak masalah ia senang melakukannya dan ia ingat pertama kali saat Eva memeluknnya ketika ingin tidur. Dimana sang istri tampak malu-malu untuk memeluknya.Sangat lucu tapi membuatnya senang. "Saya ingat sewaktu kamu enggak bisa tidur dan kamu malu-malu mendekati saya untuk saya peluk, saya ingat kalau kamu akhirnya bisa tidur dalam pelukkan lembut saya. Sumpah demi apapun saya menyukainya," ungkap Zaidan. Lelaki dengan rahang tegas itu mengecup pipi sang istri sayang, "Tapi saya merasa kalau kamu enggak bisa bahagia dengan saya karena masalah terus datang setelah kamu menikah dengan saya, tapi tenang saja kalau saya akan selalu berusaha untuk membuat kamu bahagia dengan cara saya sendiri." Tubuh Zaidan bangkit dan berjalan menuju lemari pendingin di lantai
Happy Reading Semuanya!Mata yang terpejam itu perlahan terbuka dan membulat terkejut melihat lelaki di depannya tampak mengamati dirinya. Zaidan memang senang sekali membuat dirinya jantungan, Apakah lelaki itu tidak memiliki kerjaan sampai mengganggunya. Perempuan muda itu menghela napas pelan. Suaminya kenapa senang sekali membuatnya seperti ini. “Kenapa Mas tiba-tiba ada di depan saya? Mas mau saya jantungan?” “Karena kamu tidurnya menghadap saya bukan memunggungi saya, jadi sudah pasti kamu ada di depan saya dan begitu pun sebaliknya. Kamu ini kenapa lebay sekali, ” sahut Zaidan santai. “Bukan itu! Saya sebal banget sama Mas! Jangan menatap saya seperti itu,”keluh Eva sembari menghela napas pelan memandang Zaidan yang kini tersenyum manis. Ia tidak bisa ditatap lekat oleh suaminya sendiri. “Kenapa kamu sebal sama saya? Saya enggak melakukan apapun. Bukankah ini sudah menjadi kebiasaan pagi saya? Mengamati kamu sampai kamu terbangun. Apakah kamu nggak sadar?” Eva memutar mata
Happy Reading Semuanya!Membohongi seseorang adalah satu hal yang paling wajib Zaidan lakukan saat ini, ia berbohong jika akan mengadakan rapat dengan kliennya. Padahal kenyataannya, ia justru bertemu seseorang yang amat sangat tidak ingin Zaidan sebut sebagai kakak ipar. Tatapan Zaidan tidak berubah, tetap datar semenjak kedatangannya pada tempat ini. Iris matanya hanya menoleh sekilas makanan di depannya, ia tidak tertarik. sekarang yang menjadi tujuan utamanya adalah masalah ini selesai dan Eva akan kembali seperti semula.“Zaidan sayang!”Tangannya mengepal dengan rahang yang mengeras.“Berhenti memanggil saya dengan panggilan konyol seperti itu, saya enggak akan sudi bersanding dengan kamu. Saya akan to the point saja, apa menurut kamu saya akan diam saja ketika kamu menindas istri saya?” Zaidan mengeraskan rahangnya. Ia benar-benar sangat kesal dan menyimpan amarah serta dendam pada sang kakak ipar.Tidak ada Jawaban, perempuan di depannya hanya memasang wajah penuh minat pada
Happy Reading Semuanya!Iris matanya memperhatikan lelaki yang menjadi suaminya tampak mengantri untuk membeli tiket bioskop saat ini, Eva tidak mengerti. Kenapa Zaidan begitu memperdulikan dirinya yang hanya membuat masalah besar untuk lelaki itu bahkan kemungkinan menghambat, tetapi Zaidan sama sekali tidak mempermasalahkan apa yang terjadi pada dirinya.Bibirnya tersenyum saat Zaidan tampak menunjukkan dua tiket untuk mereka menonton film yang sedang tren saat ini, jujur ia mulai merasa nyaman dengan kehadiran Zaidan sekarang ini disisinya.“Terima kasih ya Mas,”“Semua untuk kamu, kenapa kita harus menonton bersama-sama dengan pengunjung lain? Kalau kamu mau, saya bisa menyewa tempatnya.” Zaidan meskipun mengeluh tetap akan mengutamakan Eva terlebih dahulu, iris matanya memperhatikannya yang digenggam oleh sang istri yang tersenyum lembut.“Saya ingin menonton bersama-sama dengan pengunjung lain, saya merasa nyaman begitu. Enggak ada sensasinya kalau kita hanya menonton berdua, sa
Happy Reading Semuanya!“Bagaimana jika referensi kamu yang ini... di rubah dengan yang ini? Karena menurut saya itu bagian yang paling penting dan pas, atau kamu bisa mencari referensi lainnya.” Eva mempoutkan bibirnya mendengar perkataan dari sang suami barusan.Sudah hampir tiga jam Zaidan mengawasinya untuk mengerjakan skripsi yang belum kunjung ia kerjakan, otak Eva sudah mendidih dan mungkin jika ingin membuat telur goreng di atas kepalanya kemungkinan besar akan matang.Suaminya menguras isi kepalanya.“Lalu bagian ini, bisa kamu tambahkan dengan kerangka berpikir atau sistematika penulisan.” Kepala Eva kini hanya bisa mengangguk lelah, rasa ingin pergi ke suatu tempat ingin ia lakukan sekarang.“Kamu mendengarkan saya?” tanya Zaidan.“Iya,”Alis mata Zaidan menaik sebelah memandang sang istri yang kini hanya memasang wajah lelah, entah apalagi yang diinginkan oleh istrinya. Baru juga ia suruh mengerjakan skripsi tapi sudah seperti ini.“Jadwal sidang pertama itu awal bulan ini
Happy Reading Semuanya! Iris mata Eva memperhatikan lelaki yang menjadi suaminya tampak gugup sendiri, padahal ia sama sekali tidak merasa gugup di sidang pertamanya. Zaidan berjalan kesana kemari merasa panik dengan situasi saat ini, padahal Zaidan akan menyaksikannya langsung di dalam ruangan yang sama dengan dirinya. “Kamu tunda sidangnya saja bagaimana?” Alis mata Eva menaik sebelah, apa yang dikatakan suaminya barusan? Bukankah lebih cepat lebih baik. Memang siapa yang mengusulkan pertama kali untuk mengikuti sidang pertama. Emosi sekali Eva. “Apanya yang ditunda? Saya sudah ada di depan ruangan dan sudah daftar,” sahut Eva sembari cemberut memandang Zaidan kini mengacak rambutnya kesal. “Ini pasti gara-gara saya, kamu sampai sakit seperti ini. Kamu saat ini sedang sakit karena saya, pasti kamu sakit dan gugup bersatu menjadi satu.” Zaidan menangkup wajah sang istri di depannya yang berwajah pucat. Iris matanya memperhatikan pupil mata sang istri yang menatapnya dalam. Tang