Happy Reading Semuanya! Tangan Zaidan mengusap lembut kepala sang istri yang kini terlelap di atas ranjang milik mereka, tentu dengan Eva yang menempel pada tubuhnya. Sang istri benar-benar menganggapnya sebagai boneka tidur, tidak masalah ia senang melakukannya dan ia ingat pertama kali saat Eva memeluknnya ketika ingin tidur. Dimana sang istri tampak malu-malu untuk memeluknya.Sangat lucu tapi membuatnya senang. "Saya ingat sewaktu kamu enggak bisa tidur dan kamu malu-malu mendekati saya untuk saya peluk, saya ingat kalau kamu akhirnya bisa tidur dalam pelukkan lembut saya. Sumpah demi apapun saya menyukainya," ungkap Zaidan. Lelaki dengan rahang tegas itu mengecup pipi sang istri sayang, "Tapi saya merasa kalau kamu enggak bisa bahagia dengan saya karena masalah terus datang setelah kamu menikah dengan saya, tapi tenang saja kalau saya akan selalu berusaha untuk membuat kamu bahagia dengan cara saya sendiri." Tubuh Zaidan bangkit dan berjalan menuju lemari pendingin di lantai
Happy Reading Semuanya!Mata yang terpejam itu perlahan terbuka dan membulat terkejut melihat lelaki di depannya tampak mengamati dirinya. Zaidan memang senang sekali membuat dirinya jantungan, Apakah lelaki itu tidak memiliki kerjaan sampai mengganggunya. Perempuan muda itu menghela napas pelan. Suaminya kenapa senang sekali membuatnya seperti ini. “Kenapa Mas tiba-tiba ada di depan saya? Mas mau saya jantungan?” “Karena kamu tidurnya menghadap saya bukan memunggungi saya, jadi sudah pasti kamu ada di depan saya dan begitu pun sebaliknya. Kamu ini kenapa lebay sekali, ” sahut Zaidan santai. “Bukan itu! Saya sebal banget sama Mas! Jangan menatap saya seperti itu,”keluh Eva sembari menghela napas pelan memandang Zaidan yang kini tersenyum manis. Ia tidak bisa ditatap lekat oleh suaminya sendiri. “Kenapa kamu sebal sama saya? Saya enggak melakukan apapun. Bukankah ini sudah menjadi kebiasaan pagi saya? Mengamati kamu sampai kamu terbangun. Apakah kamu nggak sadar?” Eva memutar mata
Happy Reading Semuanya!Membohongi seseorang adalah satu hal yang paling wajib Zaidan lakukan saat ini, ia berbohong jika akan mengadakan rapat dengan kliennya. Padahal kenyataannya, ia justru bertemu seseorang yang amat sangat tidak ingin Zaidan sebut sebagai kakak ipar. Tatapan Zaidan tidak berubah, tetap datar semenjak kedatangannya pada tempat ini. Iris matanya hanya menoleh sekilas makanan di depannya, ia tidak tertarik. sekarang yang menjadi tujuan utamanya adalah masalah ini selesai dan Eva akan kembali seperti semula.“Zaidan sayang!”Tangannya mengepal dengan rahang yang mengeras.“Berhenti memanggil saya dengan panggilan konyol seperti itu, saya enggak akan sudi bersanding dengan kamu. Saya akan to the point saja, apa menurut kamu saya akan diam saja ketika kamu menindas istri saya?” Zaidan mengeraskan rahangnya. Ia benar-benar sangat kesal dan menyimpan amarah serta dendam pada sang kakak ipar.Tidak ada Jawaban, perempuan di depannya hanya memasang wajah penuh minat pada
Happy Reading Semuanya!Iris matanya memperhatikan lelaki yang menjadi suaminya tampak mengantri untuk membeli tiket bioskop saat ini, Eva tidak mengerti. Kenapa Zaidan begitu memperdulikan dirinya yang hanya membuat masalah besar untuk lelaki itu bahkan kemungkinan menghambat, tetapi Zaidan sama sekali tidak mempermasalahkan apa yang terjadi pada dirinya.Bibirnya tersenyum saat Zaidan tampak menunjukkan dua tiket untuk mereka menonton film yang sedang tren saat ini, jujur ia mulai merasa nyaman dengan kehadiran Zaidan sekarang ini disisinya.“Terima kasih ya Mas,”“Semua untuk kamu, kenapa kita harus menonton bersama-sama dengan pengunjung lain? Kalau kamu mau, saya bisa menyewa tempatnya.” Zaidan meskipun mengeluh tetap akan mengutamakan Eva terlebih dahulu, iris matanya memperhatikannya yang digenggam oleh sang istri yang tersenyum lembut.“Saya ingin menonton bersama-sama dengan pengunjung lain, saya merasa nyaman begitu. Enggak ada sensasinya kalau kita hanya menonton berdua, sa
Happy Reading Semuanya!“Bagaimana jika referensi kamu yang ini... di rubah dengan yang ini? Karena menurut saya itu bagian yang paling penting dan pas, atau kamu bisa mencari referensi lainnya.” Eva mempoutkan bibirnya mendengar perkataan dari sang suami barusan.Sudah hampir tiga jam Zaidan mengawasinya untuk mengerjakan skripsi yang belum kunjung ia kerjakan, otak Eva sudah mendidih dan mungkin jika ingin membuat telur goreng di atas kepalanya kemungkinan besar akan matang.Suaminya menguras isi kepalanya.“Lalu bagian ini, bisa kamu tambahkan dengan kerangka berpikir atau sistematika penulisan.” Kepala Eva kini hanya bisa mengangguk lelah, rasa ingin pergi ke suatu tempat ingin ia lakukan sekarang.“Kamu mendengarkan saya?” tanya Zaidan.“Iya,”Alis mata Zaidan menaik sebelah memandang sang istri yang kini hanya memasang wajah lelah, entah apalagi yang diinginkan oleh istrinya. Baru juga ia suruh mengerjakan skripsi tapi sudah seperti ini.“Jadwal sidang pertama itu awal bulan ini
Happy Reading Semuanya! Iris mata Eva memperhatikan lelaki yang menjadi suaminya tampak gugup sendiri, padahal ia sama sekali tidak merasa gugup di sidang pertamanya. Zaidan berjalan kesana kemari merasa panik dengan situasi saat ini, padahal Zaidan akan menyaksikannya langsung di dalam ruangan yang sama dengan dirinya. “Kamu tunda sidangnya saja bagaimana?” Alis mata Eva menaik sebelah, apa yang dikatakan suaminya barusan? Bukankah lebih cepat lebih baik. Memang siapa yang mengusulkan pertama kali untuk mengikuti sidang pertama. Emosi sekali Eva. “Apanya yang ditunda? Saya sudah ada di depan ruangan dan sudah daftar,” sahut Eva sembari cemberut memandang Zaidan kini mengacak rambutnya kesal. “Ini pasti gara-gara saya, kamu sampai sakit seperti ini. Kamu saat ini sedang sakit karena saya, pasti kamu sakit dan gugup bersatu menjadi satu.” Zaidan menangkup wajah sang istri di depannya yang berwajah pucat. Iris matanya memperhatikan pupil mata sang istri yang menatapnya dalam. Tang
Happy Reading Semuanya! Mereka rencana memang akan pergi ke Switzerland harus gagal karena kejadian tidak diinginkan terjadi, Eva tidak mengerti dengan keadaan kakaknya dan sang suami juga begitu. Mereka sudah siap untuk pergi tapi orang tuanya mengabarinya jika sang kakak kecelakaan dan tidak ingin melakukan pengobatan jika Zaidan tidak berada di sisinya. Eva tidak mengerti. Sangat tidak mengerti. Apa hubungannya dengan sang suami serta kecelakaan ini? Memang suaminya dokter. “Saya bukan seorang dokter, bagaimana bisa mengobati seseorang? Saya juga bukan suami dari Livy. Untuk apa saya berada di sisi dia? Saya memiliki seorang istri dan ada hati yang harus saya jaga.” Perempuan dengan nama Eva itu terdiam menatap sang kakak yang merintih kesakitan, ia sendiri tidak bisa mengeluarkan sepatah kata apapun. Ia bingung melihat keduanya, sebenarnya Eva tidak rela tapi ia kasihan dengan sang kakak.“Kakak kesakitan Mas, saya enggak masalah sama sekali jika Mas harus membantu Kak Livy. D
Happy Reading Semuanya! Eva menyentuh pipi sang suami yang hanya mempoutkan bibirnya, sudah hampir dua jam suami sekaligus dosen pembimbingnya tidak ingin buka suara dan berbicara dengannya selama perjalanan. Alhasil Eva hanya bersandar nyaman pada lengan Zaidan sembari mempoutkan bibirnya dan sekarang ia sudah memikirkan caranya supaya sang suami mau bicara lagi dengan mencolek pipi Zaidan. “Sayang... sudah dong ngambeknya,” rengek Eva. “Kamu enggak adil Eva, kamu memanggil Kevin dengan sebutan ‘Mas’ di pertemuan kalian yang kedua dan kamu membutuhkan banyak waktu untuk membuat panggilan ‘Mas’ ke saya. Itu enggak adil Eva,” Kevin yang mendengar perkataan dari rekannya itu hanya menggeleng, ribut sekali keduanya. Tetapi lelaki dengan wajah tampan itu tahu kalau tatapan mata Zaidan dengan Eva sama sekali tidak bisa dibohongi, begitupun sebaliknya. Mereka akan bahagia dengan pernikahan ini, kan? Kevin tidak yakin karena kakak dari Eva terlihat tidak bisa diam untuk merusak pernikaha