Happy Reading Semuanya!!Sudah dua hari pasca membersihkan nama Eva, belum ada tanda-tanda akan bangunnya perempuan yang menjadi mantan istri dari Zaidan itu. Tidak ada pergerakan sama sekali dan membuat mereka harus kembali menyetok rasa sabar untuk menghadapi kenyataannya.Bahkan rekan dari Eva yang dulu sempat bermusuhan kini datang untuk meminta maaf, mereka rela datang dari Indonesia ke Switzerland. Semuanya tidak ada tanda selain menunggu takdir yang tuhan berikan untuk Eva agar bisa kembali bersama dengan keluarganya.“Daniel, kamu sudah makan? Mari makan bersama disini,” Daniel yang baru saja masuk ke dalam ruangan Eva tersenyum saat mendengar sambutan ramah dari keluarga Eva. Ini salah satunya untuk mendapatkan restu dari kedua orang tua Eva untuk menikah kembali dengan putri bungsu di keluarganya.“Baby Z, sudah bisa di jenguk. Nanti akan ada perawat yang membawanya kemari, dia semakin besar tubuhnya dan dia seakan paham jika orang tuanya sedang berjuang. Jadi dia berhasil
Happy Reading Semuanya! “Aku mau namakan dia Ansell Zivan Rivandar, dipanggil Ansell.” Tangan Eva menyentuh wajah bocah lelaki yang ada di pelukannya saat ini, tentu saja bocah lelaki itu seakan merespon Eva dengan senyuman kecil. Benar-benar tampan. Daniel yang melihat interaksi antara keduanya hanya tertawa pelan, ini adalah impiannya dulu dengan mendiang istrinya. Berbahagia menyambut kelahiran anak. “Keponakan aku yang lucuuuu... Ansell...” Ana tampak berjalan menghampiri mereka dengan senyum sumringah sembari membawa peralatan untuk dirinya dengan sang bayi. Sekarang disini yang paling bahagia adalah perempuan itu bukan orang lain dan itu membuat Eva merasa senang. “Akhirnya gue bisa panggil dia dengan panggilan Ansell, capek panggil dia baby Z.” “Kalau Lo tahu gue bakalan kasih nama dia begitu, kenapa Lo ga bantu gue?”tanya Eva. Ana menggeleng dan duduk bersebelahan dengan Eva yang sibuk menimang putra semata wayangnya itu. “Itu hak Lo sebagai ibu dari Ansell. Lo yang b
Happy Reading Semuanya! Daniel akan mendapatkan shift malam dan harus berjaga di lantai bawah, sedangkan Ana menemani Kevin di ruang perawatan lantai dua. Kini dirinya hanya bersama dengan kedua orang tuanya, tidak banyak pembicaraan. Lebih tepatnya Eva yang tidak mengeluarkan sepatah kata apapun mencoba untuk menetralkan perasannya saat ini. "Kamu mau makan apa? Mama sudah siapkan makanan kesukaan kamu," "Eva tadi sudah makan dari perawat, tapi nanti Eva pasti akan makan lagi. Sekarang aku adalah ibu menyusui jadi... pasti mudah lapar. Terima kasih sudah mau datang kemari," ungkap Eva. "Jangan sungkan begitu, kamu adalah anak kami. Dan kami meminta maaf dengan kamu, maaf karena enggak percaya dengan kamu dan mudah termakan sama ucapan itu. Semua sudah terungkap, itu adalah kakak kamu dan kakak kamu mengakui semuanya secara tidak langsung." "Dia merencanakan sesuatu yang jahat agar kamu dan Zaidan berpisah, dan sekarang dia sudah terkena karma. Dia bilang dia hamil anak Zaidan...
Happy Reading Semuanya! Chupp! "Kamu sangat jahil rupanya!" Eva terkekeh geli melihat Daniel tampak memasang wajah malunya. Mungkin Eva tidak sadar jika sekarang ini mereka berada di ruang tunggu menunggu obat untuk Eva dan bayi di pelukannya, setelah seminggu memastikan semuanya. Pada akhirnya Eva bisa kembali ke rumah dan pergi ke tempat yang jauh. Tatapan matanya berdalih pada kedua orang tuanya yang hanya bisa menghela napas pelan melihat kelakuan dari kedua pasangan yang sedang di mabuk cinta itu. "Pastikan untuk meminum obat, untuk yang ini kamu minum tiga kali sehari dan jika di Indonesia tidak ada... kamu bisa memintaku mengirimkannya kembali jika kamu ingin lebih lama disana. Karena aku memesannya untuk berlaku selama dua minggu," jelas Daniel. "Tenang saja, aku hanya pergi selama satu minggu sampai urusannya selesai dan paling lama dua minggu. Tenang saja pasti aku akan kembali," ucap Eva sembari mengecup pipi bayi di dekapan Daniel saat ini, bocah lelaki itu begitu ten
Happy Reading Semuanya!!Iris matanya memperhatikan rumah yang dulu di tempatinya dengan Zaidan, ia tidak tahu kenapa melangkahkan kakinya kemari dan tidak ingin tinggal di rumah orang tuanya. Mereka sebagai orang tua tentu saja mempertanyakan alasannya dan Eva beralasan jika rumah itu tidak nyaman dan ia juga tidak bisa pergi ke hotel, jadilah ia memilih untuk menetap di rumah ini. Sekalian mengingat rumah yang pernah ia tepati, toh hampir delapan puluh persen barang miliknya ada di rumah ini.Rumah ini tampak bersih ketika ia menginjakkan kakinya disini dan tidak ada debu sedikitpun. Rumah yang sepertinya di rawat oleh Zaidan dengan apik meskipun lelaki itu tidak kembali ke rumah ini. Tangannya membuka handle pintu sembari menggendong Ansell yang berada di dekapannya, pintu rumah ini tidak terkunci dan semuanya seperti aman dan damai.Foto antara dirinya dengan Zaidan pun masih terpasang dengan apik di dinding rumah mereka, jujur ia sedikit merindukan rumah ini. Dan masih banyak ken
Happy Reading Semuanya! “Maaf merepotkan kalian, seharusnya kalian melakukan aktivitas lainnya. Tapi malah harus mengurus Ansell, aku enggak bisa bawa dia ke rumah sakit karena banyak sesuatu yang enggak diinginkan. Lebih aman di rumah,” Eva menatap kedua orangtuanya yang sibuk menimang bayi yang ada di baby swing bouncer, mereka tampak tidak keberatan tetapi tetap saja membuat Eva tidak enak. Ayahnya seharusnya berada di Kampus untuk bekerja, tetapi malah di rumah untuk mengasuh putranya. “Sesekali papa sibuk menimang cucu dan tidak perlu datang ke kampus, Ansell adalah cucu kami dan sangat ingin dekat dengan dia. Jangan merasa sungkan sedikit pun, lagian kamu seperti dengan siapa saja. Papa senang mengasuh cucu Papa, selama di Swiss Papa takut untuk menggendong karena ada Daniel. Dia lebih paham tentang bayi yang prematur seperti Ansell,” ungkap Heru "Daniel enggak pernah melarang Papa buat menggendong Ansell, itu hanya ketakutan Papa saja." Jawaban Eva tampak begitu lembut dan
Happy Reading Semuanya!Kepalanya menunduk dan mengigit bibirnya kencang, semua tampak menunggu di depan ruangan Zaidan yang sudah di sterilkan. Keadaan Zaidan mendadak menurun setelah ia berbicara tanpa jawaban dengan Zaidan, ibu adalah salahnya. Dan sekarang ia tidak berani menatap orang tua dari Zaidan, Eva menyadari jika semua ini adalah kesalahannya.Kemarahan itu sepertinya semakin buruk dengan dirinya yang hanya bisa mematung di kursi tunggu. Tubuhnya terasa di tubruk dan iris matanya kini menatap orang yang sudah membuat kehidupannya hancur dengan kenyataan yang tidak di sangka-sangka.“Kamu yang membuat semua masalah ini!! Seharusnya kamu mati saja! Aku sangat tidak sudi mempunyai adik seperti kamu. Kalau Zaidan tidak menemukan kamu, dia tidak mungkin akan menjadi seperti ini. Kamu penyebab awal semuanya dan kamu yang membuat Mas Zaidan seperti ini!!” Eva menangis tepat di hadapan sang kakak yang mengguncang tubuhnya.“Bukankah sudah dari awal Kak Livy tidak pernah mengangga
Happy Reading Semuanya! Sudah hampir tiga hari sejak Eva datang ke rumah sakit kemarin, perempuan yang menjadi mantan istri dari Zaidan itu belum datang lagi. Eva tidak siap untuk kembali atas segalanya dan sekarang ia lebih sibuk berdoa di rumah saja, meskipun sedikit merindukan lelaki itu. Dan kesibukannya masih terus bertambah dengan mengurus Ansell juga yang dibantu dengan ibunya yang datang ke rumah.“Apa kamu enggak mau memaafkan mereka? Sejujurnya dari Mama lihat jika mereka menyesal. Sudah waktunya Ansell bertemu dengan Kakek serta nenek, bahkan ayahnya sendiri. Ingat tujuan kamu datang kemari untuk apa? Semakin cepat kamu memikirkannya untuk memaafkannya dan masalah itu akan selesai, ”Eva menghela napas pelan, ia juga menangis melihat mantan ibu mertuanya dan ayah mertuanya juga tampak bersimpuh dengan wajah penuh air mata. Eva bukan orang yang sejahat itu dan masih ada secuil perasaan untuk membuat orang yang sudah menyakitinya berbahagia melihat sudah sejauh mana ia berad