Happy Reading Semuanya!Kepalanya menunduk dan mengigit bibirnya kencang, semua tampak menunggu di depan ruangan Zaidan yang sudah di sterilkan. Keadaan Zaidan mendadak menurun setelah ia berbicara tanpa jawaban dengan Zaidan, ibu adalah salahnya. Dan sekarang ia tidak berani menatap orang tua dari Zaidan, Eva menyadari jika semua ini adalah kesalahannya.Kemarahan itu sepertinya semakin buruk dengan dirinya yang hanya bisa mematung di kursi tunggu. Tubuhnya terasa di tubruk dan iris matanya kini menatap orang yang sudah membuat kehidupannya hancur dengan kenyataan yang tidak di sangka-sangka.“Kamu yang membuat semua masalah ini!! Seharusnya kamu mati saja! Aku sangat tidak sudi mempunyai adik seperti kamu. Kalau Zaidan tidak menemukan kamu, dia tidak mungkin akan menjadi seperti ini. Kamu penyebab awal semuanya dan kamu yang membuat Mas Zaidan seperti ini!!” Eva menangis tepat di hadapan sang kakak yang mengguncang tubuhnya.“Bukankah sudah dari awal Kak Livy tidak pernah mengangga
Happy Reading Semuanya! Sudah hampir tiga hari sejak Eva datang ke rumah sakit kemarin, perempuan yang menjadi mantan istri dari Zaidan itu belum datang lagi. Eva tidak siap untuk kembali atas segalanya dan sekarang ia lebih sibuk berdoa di rumah saja, meskipun sedikit merindukan lelaki itu. Dan kesibukannya masih terus bertambah dengan mengurus Ansell juga yang dibantu dengan ibunya yang datang ke rumah.“Apa kamu enggak mau memaafkan mereka? Sejujurnya dari Mama lihat jika mereka menyesal. Sudah waktunya Ansell bertemu dengan Kakek serta nenek, bahkan ayahnya sendiri. Ingat tujuan kamu datang kemari untuk apa? Semakin cepat kamu memikirkannya untuk memaafkannya dan masalah itu akan selesai, ”Eva menghela napas pelan, ia juga menangis melihat mantan ibu mertuanya dan ayah mertuanya juga tampak bersimpuh dengan wajah penuh air mata. Eva bukan orang yang sejahat itu dan masih ada secuil perasaan untuk membuat orang yang sudah menyakitinya berbahagia melihat sudah sejauh mana ia berad
Happy Reading Semuanya! Ana menaruh makanan tepat di hadapan Daniel yang hanya memasang wajah bingung, sudah empat kalinya dalam satu hari perempuan cantik yang menjadi rekan dekat dari kekasihnya tampak menjamu makanan di ruang kerjanya. Keadaan Kevin memang sedang memburuk dan dalam keadaan buruk, tidak ingin stress maka inilah yang dilakukan oleh Ana untuk mengusir kebosanan. “Kapan Eva akan kembali? Aku merindukan dia,”ungkap Ana sembari duduk di kursi berhadapan dengan Daniel. “Urusannya belum selesai dan kebetulan mantan suaminya belum sadar, mungkin Minggu depan. Aku juga merindukan bayi kecil Ansell, dia bertambah gemuk sekarang.” Ana terdiam membayangkan bayi menggemaskan itu. Keponakannya yang lucu dan membuatnya bahagia. Daniel memperhatikan tempat makan yang ada di depannya, entah apalagi yang dibuat oleh Ana. Dia yang memenuhi nutrisinya selama Eva tidak ada disini. “Kamu membuat apalagi? Apakah tadi tidak cukup?” tanya Daniel. Ana menghela napas kasar, “Aku bosan d
Happy Reading semuanya! Hubungan mereka mendadak canggung, ini memang salah Daniel karena memiting Ana dan salah Ana juga yang memancing lelaki seperti Daniel. Mereka salah dan dua-duanya merasa bersalah. “Kalian kenapa? Bukankah sebelumnya kalian saling goda? Kenapa sekarang malah menjadi batu? Ayo temani aku minum, aku sudah mengundang Joshua kemari.” Ana hanya menghela napas pelan dan mengangguk memang salah mereka sampai seperti ini. Sepertinya ketika Eva pulang nanti dia harus meminta maaf pada temannya itu. Bagaimana bisa dirinya begitu bodoh dengan memeluk lelaki yang sudah menjadi kekasih orang lain. Dan bagaimana bisa Daniel tampak begitu menyebalkan dan membuatnya menjadi seperti ini. Pandangan mereka berdalih pada pintu rumah mereka yang terbuka, menampilkan Joshua yang menjadi teman tapi mesra dari Lusi. Ana tidak tahu menahu tetapi hanya secuil itu yang bisa ia ketahui karena curhatan dari Lusi. “Kenapa kalian hanya diam-diam saja? Apa ada sesuatu yang aku lewatkan?”
Happy Reading Semuanya! "Morning... Om dan Tante," Panggilan untuk orang tua Zaidan telah berubah, Eva tidak bisa memanggil lagi sebutan keduanya dengan panggilan dulu seperti Mami dan Papi. Tatapan kecewa itu ada, tetapi mereka mencoba untuk menghargai tentang keputusan Eva dan ingin melakukan yang terbaik pada kesembuhan Zaidan juga. Eva menjadi lebih rajin hadir dengan membawa Ansell sebagai upaya Zaidan agar sadar. Skin to skin mereka lakukan, bayi tampan itu sudah tahu jika saat ini ia berada di pelukan ayahnya. "Sudah makan? Kalau belum ingin makan apa biar Mami pesankan?" tanya perempuan paruh baya itu membuat Eva tersenyum tipis. "Enggak perlu Tante, tadi di rumah sudah makan sama Mama dan Papa. Nanti siang juga Mama akan datang kemari membawa makan siang," jawab Eva sembari memberikan Ansell pada lelaki yang bersedia menggendong putranya. Ansell benar-benar tumbuh dengan baik. Dia anak yang pengertian dan tidak menyusahkan orang-orang meskipun sedang sakit, bocah lelaki
Happy Reading Semuanya!“Mas, kenapa enggak tidur? Ini sudah jam 2 malam,”Eva benar-benar tidak mengerti kenapa lelaki yang menjadi mantan suaminya masih membuka matanya dan sibuk memperhatikan dirinya bukan beristirahat. Posisinya yang sakit disini adalah lelaki itu bukan dirinya kenapa Zaidan masih membuka matanya.“Kenapa? Mas ada yang sakit?” tanya Eva sekali lagi.Kepala Zaidan menggeleng dan menarik Eva kedalam pelukannya saat ini satu anak itu menghampirinya, Eva sama sekali tidak melarang lelaki itu memeluknya. Ia juga masih merindukan Zaidan yang semakin terlihat tampan.“Mas masih merindukan kamu,” ungkap Zaidan.“Mas bisa melakukannya besok, aku juga masih ada disini. Ansell juga ada disini, kami enggak akan pergi. Sekarang mas tidur disini posisinya mas sedang sakit... jadi lebih baik istirahat dulu. Kita bisa melakukannya besok lagi,”Zaidan menggeleng, ia masih merasa jika ini adalah mimpi dan maka dari itu ia tidak ingin bangun dalam tidurnya.Mereka tampak saling tatap
Happy Reading Semuanya! Eva memperhatikan Rendi yang duduk terdiam tanpa mengatakan sepatah kata apapun di kursi tempat biasanya ia menunggu. Zaidan juga baru saja terlelap tidur setelah mengkonsumsi obat, lelaki itu begitu gila dengan tidak tidur karena begitu takut ia akan pergi bersama Ansell. Pada ia sama sekali tidak memiliki niatan untuk pergi sedikitpun. “Mas Rendi,”panggil Eva. “Iya, kenapa?” Eva mengatupkan bibirnya sembari menghela napas pelan memperhatikan lurus dinding yang ada di depannya itu. “Sebenarnya aku harus gimana? Aku bingung dengan yang aku lihat sekarang ini. Semuanya buat aku bimbang,” ungkap Eva pelanRendi menatap bingung Eva yang ada di sebelahnya, ia bingung kenapa Eva bicara seperti ini. “Nyonya kenapa harus bingung dan kenapa bimbang?” tanya Rendi “Kehidupan dengan mas Zaidan. Apalagi sekarang Kak Livy juga menghilang, dia pergi kemana sebenarnya? Bukankah dia masih menjadi istri dari Mas Zaidan? Mereka belum bercerai dan aku enggak bisa terlalu l
Happy Reading Semuanya!Kepulangannya menuju Swittzerland semakin dekat, ia sudah menyiapkan semua barang untuk kembali tanpa sepengetahuan dari Zaidan. Dan sekarang adalah waktunya, ia akan kembali setelah berpamitan dengan Zaidan dan menunggu Daniel menjemputnya untuk kembali ke rumah. Ini adalah kali terakhir ia fokus melihat Zaidan, orang tercintanya dan ayah dari anaknya. Ia harus membuat kakaknya kembali, harus ada yang menjaga Zaidan selain dirinya. Tatapannya benar-benar tidak lepas dari lelaki yang ada di depannya itu. Mantan suaminya bisa memakan makanan di depannya dengan lahap, lelaki itu tidak seperti orang sakit. Tangannya mengusap lembut kepala Ansell yang tertidur di dalam pelukannya, bocah lelaki tampan itu baru saja menyusu pada dirinya.“Kamu enggak mau makan lagi? Mau mas belikan pizza? Kamu pasti lapar lagi setelah menyusui Ansell. Kamu mau pizza? Pasta?” tawar Zaidan.“Apakah ada orang yang makan pizza dan pasta di pagi hari? Ini baru jam 8 pagi dan mas sudah me