Share

18. Malaikat penolong

“Ini kartu namamu,” ucap Esa saat memberikan beberapa padaku. Aku menyimpannya di dalam dompet.

“Hati-hati simpannya. Jangan sampai hilang.”

“Iya,” kataku sedikit jengah. Kemudian beranjak dari tempat duduk sendiri. “Aku boleh ke toilet sebentar?”

“Boleh... tempatnya persis di samping bawah anak tangga itu, ya.”

“Hm,” jawabku mengangguk, kemudian dengan cepat berjalan menuju tempat itu. Akibat over dosis minuman gratis dari Richie, aku jadi kebelet pipis. Pria manis itu seenaknya memberikan minuman mahal dengan gratis beberapa kali mentang-mentang tidak dimarahi yang punya. Kalau aku yang punya café ini, sudah kupastikan ia hanya akan menyisakan namanya di sini.

“Kak…”

“Oh!” Aku menoleh ketika merasakan seseorang menarik kemejaku dan terkejut melihat sosoknya yang polos.

“Saya lupa taruh tisu di kamar mandinya tadi, mohon maaf,” katanya sambil menyodorkan tisu gulung utuh padaku. Rautnya tidak dibuat sebagaimana semest

Sun🌅

nggak mau bilang apa-apa, sih. Semangat aja buat kalian di manapun yang sedang bosen hidup. Sama sepertiku.

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status