Share

27. Penyakit miskin

“Jadi kemarin, aku nelfon papaku. Dia sempat kaget.”

“Karena kamu bilang mau nikah.”

“Itu juga, tapi lebih kagetnya lagi karena aku masih hidup.”

“Kenapa?”

“Ceritanya panjang. Singkatnya, aku sejak merantau ke sini sengaja ganti nomor supaya nggak bisa dihubungi. Aku sempat bikin janji lewat sms sama beliau bakal mengabari keadaan kalau aku sudah sukses nanti, tapi sekarang ternyata malah kasih kabar mau nikah. Jadi papaku marah. Beliau kira aku dihamili orang. Kalau bisa secepatnya aku di suruh pulang ke Manado dulu katanya.”

Esa tenggelam di ambang kesadaran. Aku mengangkat bahu untuk memastikan keadaan.

“Jadi
. gimana? Kita jadi nikah 
. atau gimana?”

“Jadi lah,” paparnya tegas. Nyaris menyemburkan jus jeruk yang sedang diminumnya.

“Kita sama-sama pergi temui orang tuamu dulu, untuk minta restu.”

“Yakin?”

“Yakin.”

“Kenapa?”

Ia sedikit bingung. “Kok, kenapa?” lalu berjalan mengikutiku mengambil gelas di meja bar dekat kolam renangnya. Ia menuangkan jus jeruk itu untukku.

“Karena seb
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status