Share

37. Pertanyaan Seram

Rumah sakit. Hal yang pertama kali kulihat saat mata ini terbuka adalah langit-langit kamar rawat inap rumah sakit dan Maurer. Anak itu tersenyum padaku sebelum kemudian beranjak membuka jendela kamar agar sinar mentari bisa masuk. Sudah pagi rupanya.

“Kakak sudah merasa baikan?” tanyanya. Aku melihat jarum infus yang menusuk punggung tanganku.

“Aku sakit apa?” Ia pun menjawab. “Anemia.” Membuatku sadar akan tubuhku yang terasa lemas. Pelan-pelan kepalaku pusing dan detak jantungku berdenyut tidak karuan, sedangkan rol memori di kepalaku bergulir lambat menampilkan kejadian-kejadian tak mengenakan yang membuatku begini. Aku ingin bertanya tapi tidak berani. Yang bisa kulakukan hanya fokus untuk pulih agar cepat pulang.

Pulang? Pulang, ya. Kenapa semua orang ingin pulang saat bahkan tempat untuk pulang pun tidak ada. Di kos tidak ada orang. Di rumah Esa, tidak ada anak-anak. Kepada siapa aku harus berpulang? Apakah harus menelpon orang-orang di Manado? Kenapa rasanya seperti tidak puny
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status