Share

81. Dua Pilar Cinta

“Coba lu paksa gue bicara,” tantang Ramon.

Sedetik setelah kalimat itu menguap dari bibir, dua anak manusia itu berlari dalam satu garis lurus, berhadap-hadapan. Di tengah angin berembus, di saat dua pasukan saling beradu, di waktu jingga sudah tumpah di luasnya cakrawala, di kala suara burung dan serangga malam mulai bersahutan, keduanya saling berbalas pukulan dan tendangan.

Debu menjadi saksi bagaimana dua pasang kaki itu bergerak lincah. Kedua pasang mata tak sekalipun surut dari pergerakan rival. Baik Ramon dan Raihan, keduanya melakukan ritme yang sama, menyerang lalu bertahan, mendominasi lalu cepat membalikkan keadaan. Kala wajah terkena hantaman, lawan harus mendapat balasan setimpal. Bak lenguhan kerbau, embusan napas mereka saling bersahutan. Tak hanya sudut bibir dan hidung yang berdenyut ripuh, sudut mata keduanya tak jauh berbeda rasa. Lelehan keringat yang menetes menjadi bumbu penambah luka.

“B*ngsat!” maki keduanya ketika

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status