James mendesah lelah menatap Nami yang sudah tertidur lelap. Ia tidak menepati janjinya kepada Nami karena James pulang terlambat setengah jam kemudian. Malika yang menghalangi kepulangannya. Ingatan James melayang setengah jam yang lalu di ruang unit gawat darurat ketika Malika yang menangis histeris menghalangi James untuk meninggalkannya."James, aku mohon. Jangan tinggalkan aku. Sudah hampir dua bulan kita tidak bertemu. Saat ini aku sangat membutuhkanmu, please." James diam membeku, tidak mempedulikan tangisan Malika. Pikirannya saat ini memikirkan Nami yang ditinggalkan sendirian di apartemennya. "Doni akan mengurus biaya administrasi dan keperluan lo. Jika lo memerlukan sesuatu hubungi Doni, gue ada urusan.""Urusan apa? Sepenting apakah urusan itu sehingga kamu tidak ingin menemaniku sejenak saja di saat diriku terluka parah."James menghela napas, "bukan urusan lo. Sudah gue bilang lo tidak berhak mengatur hidup gue, "ucap James dingin."Aku tidak masalah jika harus berbagi
Rahang James mengeras ia sangat marah mendengar Malika menyebut nama Nami."Dengar May, gue peringatkan untuk tidak mengusik ketenangan gue. Lo tidak berhak apa-apa tentang hidup gue. Jangan sekali-kali lo membuat kerusuhan di hidup gue dengan mengusik Nami. Gue tidak akan segan untuk memberi lo pelajaran. Anggap ini adalah suatu ancaman dan ingat baik-baik dalam hati lo." Setelah selesai mengatakan ancaman kepada Malika. James segera meninggalkan ruang unit gawat darurat itu lalu ingin segera kembali ke apartemen menemui Nami.James menatap Nami yang sedang tertidur. Ia membuka selimut yang menutup tubuh Nami. Namun kemudian ia tersenyum melihat tubuh Nami yang kini sudah memakai piyama dengan motif kartun Disney. Nami memakai setelan piyama lucu yang berwarna pink dengan gambar kartun seperti anak usia remaja.James terkekeh mengingat pertemuannya dulu dengan Nami untuk yang pertama kalinya. "Dulu gue sangat kesal dengan lo. Menganggap lo gadis kecil yang tidak menarik. Tapi sepertin
Nami tidak bisa menolak. selain rasa cinta ia pun saat ini susah terangsang. James selalu bisa membuatnya menyerah dengan pertahanannya. Mungkin Nami yang telah tergila-gila dengan James sehingga janji di hatinya untuk tidak bercinta dengan James sebelum yakin dengan hatinya tidak sejalan dengan hatinya. Malah saat ini tubuhnya mendamba untuk disentuh lebih oleh James.Tidak hanya Nami, James pun tidak bisa untuk menjauhi gadis itu. Apalagi pagi adalah waktu di mana ia sering merasakan libidonya naik tiba-tiba. Sedangkan terakhir bercinta dengan wanita satu bulan yang lalu ketika ia marathon meniduri Dela, Amanda dan Malika bahkan ada beberapa wanita random yang ditemuinya di klub. Waktu itu James belum yakin dengan perasaannya kepada Nami. Namun saat ini ia sudah yakin dengan keinginan hatinya. Ya hatinya menginginkan Nami, hanya Nami yang bisa membuat hatinya menggila.""Nami, Kakak mau kamu," suara James terdengar serak menandakan jika saat ini ia sudah di puncak birahinya. Tatapan
"Bos, ada apa?" tanya Doni yang penasaran karena James terlihat sangat kesal."Selesaikan sisa pekerjaan gue, Don. Kalau ada berkas yang harus ditandatangani pisahkan saja. Besok pagi gue akan menandatanganinya." James menutup laptop dan map yang berada di hadapannya. Ia harus segera menemui Nami. Gara-gara pesan yang dikirim Nami, pikirannya menjadi kacau."Bos, tapi kurang sedikit lagi.""Besok akan gue selesaikan," jawab James."Tapi apa Anda lupa, satu jam kemudian kita ada meeting dengan klien dari Jakarta.""Gue bilang semuanya tidak penting," Don."Doni tersenyum, ia tahu kenapa James moodnya berubah dan terlihat sangat ketus. "Apa yang terjadi dengan Nona Namida?" Doni mengikuti James yang ingin keluar dari ruangannya."Urus saja pekerjaan lo dan jangan bertanya yang macam-macam," jawab James kesal."Pak," panggil Dela yang was-was jika James akan marah kembali."Ada apa?" James akhirnya berhenti karena Dela menghalangi langkahnya."Saya sudah menyusun schedule Anda hari ini. D
"Cemburu?" Nami menghadap James lalu menatapnya."Ya, aku cemburu jika kamu bersama dengan laki-laki lain. Dan sepertinya kalian sangat akrab." James tidak berbohong kali ini. Hatinya memang tidak suka jika ada laki-laki lain yang berdekatan dengan Nami."Hahaha," Nami terbahak. "Akrab bagaimana? Kakak sendiri bagaimana?" sindir Nami."Aku?" James menunjuk dadanya."Kak Takeshi bilang Kakak dulu adalah seorang playboy. Bahkan Kakak serumah dengan salah satu pacar Kakak. Kakak sendiri pun mengakui hal itu. Sekarang siapa yang harusnya cemburu, aku atau Kakak?" cibir Nami."Sayang, jangan berkata begitu. Sekarang di hati Kakak tidak ada wanita lain selain kamu. Kakak juga tidak ingin untuk menyentuh mereka lagi."Nami menggedikkan bahunya. "Siapa tahu, aku tidak bisa meraba hati Kakak. Mungkin saja Kakak masih ingin merasakan kehangatan wanita lain.""Kakak bersumpah, Kakak tidak pernah menginginkan wanita lain lagi setelah Kakak jatuh cinta padamu. Ya, dulu Kakak akui tidak mencintaimu.
Sedangkan itu di Jakarta. Amanda mengamuk, ia membuang semua barang-barang yang berada di meja riasnya. Ia menarik seluruh saham di perusahaannya James. Namun laki-laki idamannya itu masih tenang dan tidak menghubunginya. Padahal Amanda ingin James menelepon dan mengemis padanya. Meminta bantuannya dan menerima syarat dari Amanda. Mereka kembali bisa bersama. Amanda sangat merindukan James. Berada di pelukan James dan bercinta semalaman adalah hal terindah dalam hidupnya.Namun kenyataan itu hanyalah angan-angan bagi Amanda. Karena nyatanya James tidak menghubunginya hingga detik ini. Amanda menangis sesegukan. Hidupnya sangat mengenaskan. Tidak dianggap oleh suami dan dibuang begitu saja oleh James, pria selingkuhannya. "Sungguh malang nasibku.""James, sungguh kejam dirimu padaku." gumam Amanda dengan suara lirih. Bayangan masa lalu saat pertama kali bertemu dengan James serta saat-saat mereka mulai dekat menari-nari di pelupuk mata Amanda. Apalagi percintaan panas mereka, tidak mung
Mendadak Amanda ketakutan karena menyebut nama James ketika klimaks. Jika Tomi mengetahui dirinya selingkuh. Maka habislah riwayatnya. Mungkin James bisa menyelamatkan diri dengan bantuan orang tuanya. Tapi dirinya pasti akan hancur bersama dengan keluarganya. Tomi adalah sosok yang mengerikan. Apalagi setelah posisi kedudukannya di dunia perpolitikan menguat. Pasti laki-laki itu tidak akan membiarkan Amanda hidup tenang setelah ini."Maaf, Pak, dari tadi klien menelpon menanyakan Anda," sekretaris itu datang kembali ke kamar untuk memanggil Tomi sekaligus menghentikan percintaan antara Tomi dan Amanda.Amanda melirik wajah Tomi yang berada di atasnya. Apakah laki-laki itu mendengarkan desahannya atau mendengarkan sekretarisnya?"Sialan, aku sudah mengatakan padamu untuk menunggu di luar. Kenapa kamu datang menggangguku, hah!" bentak Tomi dengan wajah yang menyeramkan menatap sekretarisnya."M-maaf, Pak. Saya hanya….""Diam! Keluar kamu!" Tomi berteriak sehingga membuat sekretaris itu
"Nona Nami." panggil Doni sedikit keras agar James mendengarnya. Spontan James berdiri lalu mendorong tubuh Dela hingga gadis itu terjatuh."Aduh," Dela mengaduh kesakitan. Namun James tidak sedikit pun peduli."Nami, Sayang." James berlari keluar ruangan."Don, Di mana Nami?""Turun ke bawah.""Sial!" umpat James sambil memencet lift yang tidak datang juga."Harusnya lo cegah kepergiannya." omel James sambil menekan-nekan tombol lift berkali-kali."Saya tadi sudah memberikan kode pada Anda, Bos." "Tetap saja kurang, Bodoh." James segera masuk lift umum karena Nami turun menggunakan lift khusus.Sampai di lobi kantor, James celingukan mencari keberadaan Nami. "Nami, di mana kamu berada, Sayang?" gumam James yang menyusuri lobi kantor seperti induk ayam mencari anaknya. Mata James terbelalak saat melihat Nami melambaikan tangannya. Sepertinya gadis itu sedang menghentikan sebuah taksi."Oh tidak, Nami tunggu!" James secepatnya berlari lalu memeluk Nami dari belakang. Tepat saat se