Nami berusaha mendorong tubuhnya James yang berada di atasnya. Namun ciuman James yang menghanyutkan membuatnya menyerah dan menikmati ciuman itu. 'Sial, kenapa terlena dengan ciumannya?' keluh Nami dalam hati. Menyadari Nami berhenti melawan. James semakin memperdalam ciumannya, tangannya pun reflek menelusup ke dalam gaun Nami lalu meremas buah dadanya. Mata Nami membulat setelah tangan James memilin puncak dadanya. Kulitnya seketika meremang dan gelenyar gairah tiba-tiba datang dalam tubuhnya.James teringat dengan kaki Nami yang berdarah. Ia pun menyudahi ciumannya dan menarik tangannya dari balik gaun Nami. "Maaf Kakak telah berbuat yang menyebalkan. Sebaiknya Kakak obati dulu luka di lututmu. James menarik tubuh Nami untuk duduk lalu mengambil sapu tangan dari celana kainnya. Dengan hati-hati James mengelap bibir Nami yang basah oleh salivanya. Nami hanya mengerjap, ia berusaha mengembalikan kesadarannya. Kedekatan sekretaris itu dengan James. Ia marah, terjatuh lalu baru saja
James kesiap dengan pertanyaan Nami. Ia tidak menyangka jika tunangannya itu akan menanyakan tentang dirinya dan Dela yang pernah bercìnta pada saat ia kembali ke Surabaya beberapa minggu yang lalu."Ayo jawab, Kak. Jangan bohong padaku." tuntut Nami dengan tatapan yang tegas."Tidak, Sayang. Waktu itu Kakak sudah jatuh cinta padamu. Mana mungkin Kakak menyentuh wanita lain, oke?" kali ini James berbohong sedikit karena memang pada waktu itu ia belum yakin akan cintanya kepada Nami. Saat kembali ke Surabaya dia memang bercìnta dengan beberapa wanita termasuk Dela. Namun ia pikir tidaklah curang karena memang pada saat itu ia belum benar-benar jatuh cinta kepada Nami. Jika Nami sudah jatuh cinta padanya saat itu. Itu adalah suatu keberuntungan baginya."Benarkah?" Nami setengah tidak percaya. "Astaga, Sayang. Kakak tidak berbohong, kamu menyuruhku jujur, kan? Dari tadi Kakak sudah berkata jujur."Nami diam beberapa saat. Ia senang mendengarnya. Karena bagaimanapun, ia tidak rela jika s
"Yah," sapa James setelah keluar dari ruang lelang tender sebuah resort baru di kawasan pantai. Kali ini James harus menyerah ketika perusahaan milik ayahnya yang berhasil mengalahkannya. Kredibilitas Bagaskoro Grup dan penjelasan Dimas adalah salah satu kesatuan yang tidak bisa ditolak pihak klien. Sebagaimana keras James memikirkan strategi jitu untuk memikat hati klien agar perusahaannya terpilih. Berakhir sia-sia karena presentasi Dimas yang mewakili Baskoro Grup memang sempurna. Cara Dimas menyampaikan presentasi di dekat proyektor seperti seorang presiden yang tengah memberikan pidato di acara istana keprisedenan. Tenang, lugas dan dapat membidik harapan klien secara tepat. Apalagi ditunjang dengan nama besar Baskoro Grup yang sudah berdiri puluhan tahun dengan stabil tanpa adanya goncangan berarti di tengah-tengah memburuknya dunia bisnis karena resesi. "Bagaimana kabarmu?" Sebenarnya Dimas cukup bangga dengan pencapaian James selama ini. Tanpa dukungannya, putra semata wayangn
James sedang mempertimbangkan permintaan Dela. Namun, jika ia menyetujui permintaannya, itu tidak baik untuknya karena jika Nami mengetahuinya, gadis itu akan marah nantinya."Kumohon James, untuk terakhir kalinya. Setelah itu, aku akan pergi jauh dan tidak akan mengganggumu."***Dan di sinilah James keesokan harinya. Mereka makan malam di sebuah hotel. James memilih sore hari karena dia akan baik-baik saja membuat alasan kepada Nami jika dia pulang terlambat.Dela tersenyum senang melihat James datang. Pria itu memenuhi janjinya. Untuk kencan terakhir mereka, Dela tampil cantik untuk menarik perhatian James. Ia berharap kencan malam ini bisa meluluhkan hati James padanya."Akhirnya, kamu datang," sapa Dela dengan senyum lebar."Maaf, agak terlambat," kata James sambil menarik kursi untuk duduk."Tidak apa-apa, hanya sepuluh menit. Kamu pasti sangat sibuk karena pergantian posisiku sebagai sekretarismu .""Tidak juga. Doni menggantikan posisi lo untuk sementara. Dan sekretaris yang ba
Mata James terbelalak, ia tidak menyangka Dela akan menciumnya. Seketika James mendorong tubuh Dela dengan sentakan emosi. Tidak mengidahkan reaksi kecewa dari Dela."James, aku mohon," Dela memohon dengan tatapan dengan sedih. Ini yang terakhir, ciuman terakhir sebagai perpisahan.""Maaf Dela, gue tidak bisa mengabulkan permintaan lo." James sedikit kesal."Tapi James….""Gue juga tidak ingin tunangan gue dicium oleh laki-laki lain.""Hanya sebuah ciuman, dan dia tidak melihatnya."James mulai kesal, "sejak gue mulai mencintainya, gue berjanji tidak akan menyakiti hatinya. Meski hanya ciuman dengan wanita lain. Gue sudah berkomitmen, tolong mengerti itu. Hubungan kita sudah berakhir; selamat tinggal." James tidak ingin bersama Dela lebih lama lagi. Ia sedikit kecewa karena di sela-sela kesibukannya, ia mencuri waktu untuk mengabulkan permintaan Dela. Namun gadis itu meminta lebih darinya. Meski hanya ciuman, James sangat takut jika Nami mengetahuinya akan merusak hubungan mereka."Jam
James terpaksa membohongi Nami karena tidak ingin membuatnya resah dan curiga. Dia berjanji dalam hatinya bahwa dia akan menyelesaikan masalahnya dengan Malika. James telah bertemu wanita itu dan telah mengakhiri hubungan mereka. Tapi apa yang bisa ia lakukan? Sarah tidak mau menerima kenyataan ini."Jangan pulang terlalu larut, aku menunggu Kakak," kata Nami sebelum James keluar dari apartemen."Kakak akan berusaha," James mencium bibir Nami. "Kakak akan segera kembali."Nami melambaikan tangannya pada James, yang juga melambai padanya.***"Bagaimana, Don?" tanya James setelah sampai di rumah sakit."Semuanya stabil. Apakah kamu ingin bertemu Malika?""Nanti saja, kita masih banyak urusan," kata James sambil menepuk pundak Doni. Namun seorang perawat memanggil mereka ketika mereka hendak meninggalkan tempat itu."Keluarga pasien."Doni dan James menghentikan langkah mereka."Pasien ingin menemui seseorang bernama James Baskoro.""Bos?" tanya Doni.James menghela napas kasar. "Oke, gu
"May," desah James. Ia tahu jika ini adalah hal yang salah. Namun ia tidak bisa menahan ketika lidah Malika sudah bermain-main dengan kejantanannya. James berusaha menolak dan mencoba mengingat wajah Nami agar bisa menghentikan gairahnya yang tiba-tiba saja ingin dilampiaskan kepada Malika Malika semakin agresif, seperti biasanya ia akan melakukan blow job untuk memuaskan James. Malika tahu jika obat perangsang itu sudah mulai bekerja. Nyatanya James tidak menolaknya ketika ia melakukan blow job.'Nami, maafkan, Kakak.' batin James ketika ia merasakan sebentar lagi akan mengalami klimaks. Setelah menahan beberapa menit akhirnya James menyerah setelah ia mengalami órgasme. Cairan kental itu tersembur ke dalam mulutnya Malika."Namida," desah James seiring lega batinnya setelah mengalami klimaks.Malika tersenyum kecut, ia merasa sakit hati karena James mendesahkan nama Nami. Namun sedetik kemudian ia tersenyum penuh kemenangan akhirnya rencananya berjalan dengan mulus. Malika sungguh
James tersenyum lalu mengecup bibir Nami. "Apa yang kamu katakan? Jangan berpikir yang macam-macam. Kakak hanya teringat kepada kedua orangtua Kakak dan orang tuamu." James menarik Nami dalam pelukannya. Supaya Nami tidak melihat kebohongan di matanya. "Kenapa tiba-tiba? Maksudku sudah beberapa hari ini… Kakak baik-baik saja, kan?" tanya Nami memastikan. "Kamu tidak merindukan kedua orang tuamu?" tanya James mengalihkan kecurigaan Nami. "Sejujurnya aku penasaran dengan mereka. Aku juga rindu," ucap Nami sambil mengelus dada bidang James. "Kamu ingin bertemu mereka? Jika iya Kakak akan mengantarmu minggu besok." Nami menggeleng. "Nanti saja, aku ingin bersama Kakak saat ini." "Tidak apa, kamu bisa melihat mereka sebentar lalu kembali lagi ke sini." "Tidak mungkin hanya waktu sehari dua hari untuk bertemu dengan mereka. Bagaimanapun sudah dua tahun aku tidak bertemu mereka. Pasti banyak hal yang akan kami bicarakan. Tentu saja aku juga harus membangun sebuah chemistry agar setel