Jangan lupa berikan ulasan dan komentar ya, kak. Biar tambah semangat nulisnya.
"Bu, ibu… di depan rumah kita ada mobil bagus, loh." Pekik Keyra kegirangan."Kata tante cantik itu, dia nyariin ibu." Timpal Keyla tampak antusias sekali.Maklum, selama ini si kembar memang jarang diajak bepergian ke keramaian. Jadi saat ada sesuatu yang baru, mereka berdua akan bersikap heboh dan terkesan sedikit kampungan."Siapa, ya?" Perasaan aku tak punya kenalan yang memiliki mobil bagus.Aku bergegas meninggalkan aktivitas ku di dapur dan menuju ke halaman depan. Rencananya sore ini Sita akan berkunjung ke rumah dengan membawa ketiga anaknya, otomatis aku sedari tadi sibuk di dapur membuat kue untuk suguhan Sita dan anak-anaknya. Sayang, kalau beli pasti mahal, kan. Jadi mending buat sendiri."Loh, Sita!!" Ucapku keheranan. Aku tak menyangka tamu yang dimaksud oleh si kembar adalah Sita, tamu spesial yang kedatangannya sudah ku tunggu sejak kemarin.Lebih tak percaya lagi, ia kemari dengan mengemudikan sendiri mobil berwarna hitam mengkilap. Sepertinya mobil itu baru keluar d
Dan inilah aku yang sekarang. Maya Rosita dengan warung makanan online yang menjual makanan Mie Tek-Tek bumbu special. Warung online ini kuberi nama warung mie tek-tek spesial mama kembar. Alhamdulillah, tak perlu harus menunggu sampai sebulanan, pendaftaran aplikasi jualan makanan online pun sudah disetujui oleh pihak penyedia jasa. Tanpa diduga aku langsung mendapatkan pelanggan pertama setelah dua jam aplikasi kuaktifkan. "Bismillah semoga ini adalah awal yang baik." Gumamku seraya mengerjakan pesanan pertama yang masuk dari akun bernama 'Raden Angga Wijaya'. Dua porsi pesanan mie tek-tek sudah siap saat driver aplikasi datang menjemput. Ternyata sistem jualan seperti ini lumayan menjanjikan bagi ibu rumah tangga sepertiku yang tak punya modal untuk menyewa ruko dan pegawai. Hanya saja aku butuh ekstra modal karena uang yang dijadikan modal awal akan mengendap sementara waktu di akun pihak penyedia jasa. Kalau tidak punya modal untuk diputar lagi bisa gulung tikar jualanku n
"Heh, Maya!!! Keluar kau jan*da gatal!!" Salah seorang ibu-ibu yang terkenal sebagai biang gosip di komplek ini meneriaki aku dengan lantang. Ia juga menyebutku dengan sebutan yang tak pantas untuk disematkan padaku. Pertama aku bukan seorang janda! Aku masih berstatus istri sah dari Mas Indra karena sampai sekarang belum ada ikrar talak terucap darinya. Kedua aku bukan perempuan gatal! Atas dasar apa Mbak Endang, wanita yang terkenal sebagai biang gosip di komplek ini mengatakan bahwa aku seorang perempuan gatal! Ini tidak bisa dibiarkan! Untung anak-anak masih belum pulang karena hari ini ada kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Bayangkan jika mereka berada di rumah dan melihat ibunya diteriaki dan digeruduk warga seperti ini. Bisa trauma mereka. Baru saja aku mau membuka suara, Mbak Titin mencegahku dan mengeluarkan suaranya terlebih dahulu. "Oii, ada apa ini rupanya siang-siang warga berkumpul di depan rumah Maya? Apa ada yang bagi-bagi sembako?" Mbak Titin berteriak tak ka
"Ada apa ini rame-rame?" Pak RT yang baru saja datang sudah jauh ketinggalan info. Salah satu warga yang berdiri di luar gerbang langsung menceritakan detail kejadiannya kepada Pak RT. Tampak Pak RT manggut-manggut mengerti dan langsung mendatangiku. "Maaf saya baru datang, Mbak Maya!" Pak RT tampak kikuk karena ia hadir saat masalah sudah hampir selesai. "Ibu-ibu, Bapak-bapak!! Tolong bubar ya! Semua sudah clear, Mbak Maya gak berbuat tindakan asusila seperti yang bapak-bapak dan ibu-ibu tuduhkan tadi." Pak RT meng instruksikan warganya untuk bubar dan pulang ke rumah masing-masing. Eits, tunggu dulu, Pak! Masalah ini masih belum clear. Masih harus ada orang yang bertanggung jawab atas terjadinya keributan ini. Aku harus mendapatkan jawaban dari Mbak Endang mengenai siapakah orang yang pertama kali menyebarkan gosip murahan ini. Loh, loh, kemana Mbak Endang pergi? Aku celingukan mencari keberadaan Mbak Endang. Ternyata, ia sudah melipir ke dekat tembok pagar untuk melarikan diri
Sebenarnya ada masalah apa Bu Rohimah sama Mas Indra? Kenapa aku dan anak-anak harus ikut terbawa-bawa?"Memangnya Ibu kesal apa sama suami saya?" Penasaran sekali rasanya. Apa yang diperbuat suamiku itu pada Bu Rohimah hingga menyebabkan wanita yang sudah berumur itu melampiaskan amarahnya kepada aku dan anak-anak.Semua warga yang masih berkumpul terdiam. Mereka juga ingin mendengarkan jawaban langsung dari mulut Bu Rohimah."Suami kamu itu pelit!! Beberapa bulan yang lalu saya lagi butuh banget duit buat masukin Fahri kerja di pabrik, saya pinjam ke suamimu, dia bilang lagi gak ada duit. Tapi selang dua hari kemudian dia malah beli motor sport gede, bayarnya cash lagi. Apa itu namanya kalau bukan pelit dan gak mau nolongin tetangga?" Cibir Bu Rohimah. Bibirnya mencebik kesal.Jangankan Bu Rohimah… saya yang istrinya aja juga dipelitin kok, Bu!! Apalagi kalau ingat kejadian dibalik pembelian motor sport gede itu, mungkin Bu Rohimah tidak akan tega mengganggu saya dan anak-anak karen
Aku semakin dilanda ketakutan. Siapakah gerangan hujan lebat begini bertamu ke rumah kami? Dalam kondisi begini aku harus minta tolong ke siapa? Mbak Titin? Waduh, aku takut jika orang yang datang mengetuk pintu itu orang jahat. Mbak Titin pasti gak akan bisa menanganinya. Mas soni? Ah jangan, jangan, Mas Soni. Dia suaminya Mbak Titin. Aku gak mau Mbak Titin salah paham padaku nanti. Bagas? Oke, Bagas saja… dia kan masih single dan juga masih brondong. Kemungkinan untuk orang salah paham itu kecil banget. Segera ku hubungi nomor ponsel Bagas untuk meminta pertolongan. Aku menunggu bantuan datang sambil meringkuk di pojokan kamar dalam pelukan kedua putri kembarku yang masih belum mengerti apa-apa. "Mbak… Mbak Maya, ini Bagas, Mbak!!" Tak berselang lama, Bagas sudah sampai di teras rumah kami dan mengetuk daun pintu dengan keras. Suara ketukan dan teriakannya masih kalah sama bunyi deras hujan yang disertai dengan petir menggelegar. "May!!! Buka pintunya! Kamu kenapa?!" Terdeng
POV Raden Angga Wijaya.Aku adalah seorang anak yatim piatu yang tinggal di panti asuhan dan diadopsi oleh keluarga kaya bernama Hadi Wijaya. Nama asliku adalah Angga. Setelah masuk ke dalam keluarga Pak Hadi Wijaya, mereka mengganti namaku dan menambahkan nama besar Wijaya kedalamnya.Mereka melimpahiku dengan kasih sayang dan harta yang banyak tanpa membeda-bedakan statusku dengan anak kandungnya, seorang gadis kecil yang terpaut usia lima tahun denganku. Namanya Maya, ia sangat lucu dan menggemaskan. Setiap hari selalu membuntuti aku dan merengek mengajakku bermain bersama.Dahulu, keluarga mereka sangat harmonis dan penuh kehangatan. Tapi setelah kecelakaan tragis itu terjadi, Papa Hadi menjadi murung dan sakit-sakitan. Kecelakaan yang menimpa istri dan anak kandung Papa Hadi membuatnya kehilangan semangat hidup. Pasalnya hingga kini tidak diketahui keberadaan anak dan istrinya, apakah selamat dari kecelakaan tunggal itu ataukah meninggal dunia. Jika meninggal dunia pun jasad kedu
POV Raden Angga Wijaya.Kenapa jiwaku merasakan seolah kembali terseret ke masa lalu? Kedua anak kembar di hadapanku ini mengingatkanku pada sosok adik kecil yang dulu selalu mengikutiku kemanapun."Mas Angga, temani Maya main masak-masakan, yuk!!" Suara rengekan itu masih terngiang dengan jelas di telingaku. Sebagai anak tunggal di keluarga kaya, gadis itu pastinya kekurangan teman bermain di rumahnya. Itulah sebabnya Papa Hadi dan Mama Rasti mau mengadopsi aku dari panti asuhan agar bisa menjadi teman bermain sekaligus pelindung anaknya.Aku juga harus selalu menuruti semua permintaannya walaupun aku tak suka bermain permainan anak-anak perempuan.Terkadang jika aku sedang malas atau sedang banyak tugas sekolah, aku akan menolak permintaannya."Mas lagi banyak PR, Maya. Nanti kalau sudah selesai, Mas temani main ya." Itu adalah kata-kata terakhir yang kuucapkan pada Maya. Gadis itu langsung cemberut dan menatap kecewa padaku. Tatapan mata itu adalah tatapan mata terakhir miliknya y