Share

lima puluh delapan

"Assalamualaikum," sapa Alif.

"Wa'alaikumussalam," balas Rudi dengan suara bergetar. Akhir-akhir ini lelaki itu memang sering mengeluarkan air matanya.

"Ayah?" tanya Alif setelah mendengar seseorang menyebut namanya di sebrang sana.

"Kok sekarang fotonya beda, Yah? Ayah ndak boleh gitu, nanti bunda sedih, Yah. Siapa dia, Yah? Kenapa dia mencium Ayah?" Protes Alif penuh tanya. Di ujung telepon Rudi membeku, dia tidak bisa menjawab pertanyaan putranya yang di luar dugaan.

"Halo? Ayah," panggil Alif karena tidak ada jawaban dari seberang.

"I-iya, Kak. Ini Ayah, Sayang. Itu foto saudara ayah, Kak. Jagoan ayah apa kabar?" tanya Rudi mencoba mengalihkan pembicaraan. Saat ini netranya tak lagi memanas. Namun, sudah siap menumpahkan air mata. Rudi merasa dihantam godam yang sangat besar dan tepat mengenai hatinya.

"Aku udah sehat, Yah. Kenapa kemarin pas pulang ayah ndak nunggu Alif bangun? Alif kan masih ingin bermain bersama ayah, tapi sekarang Alif ndak sedih lagi, Yah. Karena ada Om Baik
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status