Saat Awan mengaktifkan indera ke enamnya, mata bathinnya dapat menembus seluruh isi kampung dan menemukan betapa banyaknya rakyat tidak bersalah yang telah menjadi korban kekejaman Samba dan pengikutnya.Hal itu membangkitkan amarah Awan, sehingga mata emasnya kembali bangkit. Mata itu tidak hanya mewakili keagungan tapi juga kemurkaan seorang raja.Delapan orang petarut elit Samba yang semula berniat menyerang Awan, bergidik ngeri dan keraguan menghinggapi diri mereka."Tu-tuanku, dia memiliki mata raja!" Ucap salah seorang petarung elit Samba, ragu. Mereka juga bagian dari bangsa harimau, ada aturan kuno yang mengikat mereka. Di mana mereka tidak bisa begitu saja menyerang penguasa ataupun keturunan mereka yang memiliki tanda penguasa di tubuhnya.Adapun Samba yang melihat mata emas Awan, kini tampak serius. Tentu saja ia sangat tahu apa arti di balik mata emas tersebut, karena itu adalah mata yang selalu diingatnya. Bahkan hingga ia berhasil bangkit kembali ke dunia ini.Pengalama
Samba bagaimanapun merasakan sedikit rasa gentar dalam dirinya. Ia tidak menyangka pemuda di depannya itu, dapat menggunakan kekuatan milik kakaknya dengan begitu sempurna. Pancaran auranya bahkan tidak kalah kuat dengan milik kakaknya di masa lalu.Tapi, Samba bukannya tanpa persiapan. Ia masih percaya diri, karena yang dihadapinya adalah manusia, bukan kakaknya seutuhnya.Meski Awan telah mewarisi kekuatan Gumara, lalu kenapa? Dia masih tetap manusia biasa. Sebagai manusia, mereka memiliki keterbatasan.Sementara Samba berasal dari keturunan bangsa harimau dan memiliki anugerah yang melimpah, karena dalam dirinya mengalir darah raja penguasa bangsa harimau. Bagaimana hal itu bisa dibandingkan dengan manusia biasa seperti Awan?Adanya dua pancaran aura yang kuat dari dua orang ini, menimbulkan getaran kuat pada tanah tempat mereka berpijak. Konon katanya, jika dua petarung dengan level kekuatan yang hampir mencapai level dewa, akan menyebabkan bencana bumi dan juga kematian sepanjan
Gundala adalah spirit perang, sehigga ia memiliki kemampuan bertahan yang lebih lemah dibandingkan menyerangnya. Jika para penyerang ini berniat untuk menambah intensitas serangannya, maka ia khawatir tidak bisa lagi untuk menahannya.Bagaimanapun, delapan orang yang sedang berusaha menyerangnya saat ini adalah para petarung elit dan pengawal khusus Samba. Kemampuan mereka hampir sama tingginya dengan para tetua bangsa harimau. Level kekuatan mereka sudah mencapai level grandmaster, tidak mustahil bagi mereka bisa menembus pertahanan Gundala saat ini."Hehehe sepertinya cara itu berhasil. Kalau kita serang bersama-sama, mungkin kita akan dapat menghancurkan perisai pertahannya. Bersiaplah! Kali ini, kita serang bersamaan!"Gundala tidak bisa menutupi kekhawatirannya. Dia menjadi dilema, antara menyerang atau bertahan.Ia bisa saja menyerang mereka dan paling tidak itu dapat melukai sebagian dari mereka. Tapi resikonya, dua orang wanita yang ditugaskan oleh tuannya untuk menjaga mereka
Beralih ke tempat Awan yang sedang bertarung dengan Samba.Keduanya tidak lagi berada di depan halaman rumah Awan dan sekarang sedang bertarung serius di puncak bukit larangan.Sebelumnya Awan sengaja mengiring Samba ke puncak bukit larangan, untuk mengindari korban yang tidak diinginkan, mengingat daya hancur dari pertukaran serangan mereka yang luar biasa.Sepanjang hutan yang mereka lewati, banyak pohon besar yang telah menjadi korban karena jejak pertarungan mereka.Baik Awan, maupun Samba sudah berubah menjadi sosok harimau besar dengan belang hitam dan warna bulu keemasan. Satu yang menandakan bahwa mereka berbeda dari harimau pada umumnya adalah ukuran tubuh mereka yang berukuran dua kali lebih besar dari ukuran batas fisik harimau normal. Selain itu, sinar mata mereka juga berwarna terang keemasan dan memiliki aura mengintimidasi yang sangat kuat.Jangankan manusia, harimau biasa saja ketika melihat mata mereka, bisa mati berdiri seketika itu juga.Keduanya bergerak sangat pel
"Saatnya pertarungan yang sebenarnya." Ucap Awan datar.Mendengar itu, Samba hampir muntah darah dibuatnya. Bagaimana tidak? Ia sudah bertarung habis-habisan dan mengeluarkan semua kartu andalan yang dimilikinya, namun kata-kata Awan barusan menyiratkan kalau ia masih belum mengeluarkan semua kemampuannya.Apa ia menganggap kalau pertarungan mereka sebelumnya cuma sebagai pemanasan?Samba hampir tersedak ketika memikirkannya.Namun, ketika Samba melihat banyak luka yang terdapat di tubuh Awan, ia menduga jika ucapan Awan barusan hanyalah gertakan sambal semata, untuk mengacaukan kepercayaan dirinya yang nyata-nyata telah unggul.Oleh karena itu, Samba tertawa sinis, "Dengan luka sebanyak itu, kamu ternyata masih bisa membual, bocah! Hari ini, aku akan membuatmu menyadari seberapa besar perbedaan antara kita yang sebenarnya. Selamanya, bangsa manusia tidak akan pernah mengungguli bangsa kami, camkan itu!"Awan tahu jika Samba akan berkomentar seperti itu. Karena itu, ia sengaja unjuk k
Mata Awan menyipit tajam ketika menatap Samba. Ia tidak memiliki sedikitpun rasa kasihan terhadap Samba.Awan dengan dingin menendang Samba, hingga beberapa kali. Sampai Samba meringkuk di bawah kakinya."Apa kamu masih menganggap manusia itu lemah?" Tanya Awan ketus.Empat cakar di kakinya mengeluarkan api hitam. Lalu, dengan dingin Awan menginjak pundak Samba."Arghhkk.."Samba mengerang kesakitan. Pijakan Awan tidak hanya melukai pundaknya, tapi api hitam di kakinya membuat tulang pundak Samba langsung hancur dalam satu hentakannya.Samba mengaum keras, karena rasa sakit yang luar biasa.Awan hanya mendesis dingin, itu masih belum cukup untuk melampiaskan amarahnya.Cess,Krak!Kembali terdengar bunyi daging yang terbakar dan suara tulang patah, Samba kembali mengaum keras karena kesakitan. Tubuhnya yang sudah lemah, bergetar hebat karena tidak kuasa menahan rasa sakit yang di alaminya. Awan dengan kejam menyiksanya tanpa bebelas kasihan sedikitpun pada Samba.Dua kaki depan Samba
"Andini?"Awan terkejut begitu mendapati sesosok wanita cantik berada begitu dekat dengannya. Awan mengingatnya, karena wanita inilah yang telah membantu dirinya dalam menghadapi Juna sebelumnya. Hanya saja, saat Awan tersadar, ia belum sempat berterima kasih langsung padanya. Karena sudah harus keburu kembali ke alamnya untuk menyelamatkan Annisa dan yang lainnya.Andini tersenyum dan menatap Awan lembut, "Anda sangat luar biasa, tuanku! Anda telah berhasil mengalahkan Samba tanpa bantuan siapapun."Andini mengungkapkan pikirannya dengan sangat jujur.Ketika Datuk Taring Putih memerintahkan para tetua dan semua penduduk bangsa harimau untuk membantu penduduk Kampung Tuo dan menyerang pasukan Samba. Andini sengaja memisahkan diri dari yang lainnya dan mengikuti Awan dari kejauhan.Andini khawatir dengan keselamatan Awan.Bagaimanapun Awan sudah diakui oleh bangsa harimau sebagai raja mereka. Sehingga Andini berkewajiban untuk melindunginya.Semula, ia sudah sangat khawatir ketika meli
"Sejak saat itu, aku bertanya pada guru, 'apa aku memang ditakdirkan untuk berjodoh dengan raja Gumara?' Namun, guru hanya menjawab, orang tersebut ditakdirkan menjadi raja bangsa kami, tapi bukan berasal dari bangsa kami. Saat itu, aku masih belum mengerti maksud ramalan guru.""Sampai ketika aku melihatmu malam itu dan juga kekuatan raja yang ada di dalam dirimu. Aku jadi yakin jika raja yang dimaksud dalam ramalan guru adalah kamu.""Sekarang terbukti, ramalan itu menjadi kenyataan." Lanjut Andini dengan senang.Deg.Awan tercengang. Dalam hatinya berkata, 'Ramalam macam apa itu? Kenapa aku terkesan ditakdirkan memiliki banyak pasangan, ya?'Awan merasa tidak berdaya. Masih hangat rasanya, kenangan tentang mendiang kekasihnya, Renata, lalu ada Angel setelahnya.Sekarang, harus ditambah dengan Andini yang jelas berbeda alam dengannya.Jika Awan masih manusia murni, mungkin dia akan tegas menolak Andini, karena mereka berasal dari alam yang berbeda, Namun sekarang, dengan Awan memili