Awan tanpa sadar berjalan ke arah kolam dan kakinya mulai menapaki dasar kolam, hingga tubuhnya secara perlahan tenggelam sepenuhnya.Gluk, gluk.Awan terkesiap begitu sadar dirinya sudah tenggelam ke dalam kolam. Ia coba menggapai keluar dan mengayunkan kakinya lebih cepat. Begitu tangannya berhasil menggapai pinggiran kolam, Awan segera mendorong tubuhnya untuk naik.Awan batuk beberapa kali dan berusaha mengeluarkan air yang sempat masuk ke dalam mulutnya. Seluruh tubuhnya basah kuyup, dia hampir saja mati tenggelam di dasar kolam."Sial! Kenapa aku seperti terhipnotis tadi?" Pikir Awan heran.Awan syok! Namun, saat ia sadar dan memperhatikan area sekitarnya, Awan lebih terkejut lagi. Karena ia berada di tempat yang sangat asing dan rumahnya sudah tidak ada di sana."Di-di mana ini?" Ucap Awan tergagap.Ia tenggelam ke dalam kolam belakang rumahnya. Namun, ketika ia berhasil keluar, ternyata ia sudah berada di tempat lain.Awan kebingungan dengan apa yang sebenarnya terjadi, otakny
Meski suasana redup seperti dini hari, namun berkat adanya cahaya ini, membuatnya terkesan seperti berada di siang hari. Semuanya terlihat nyata dan bersinar dengan indah.Di sini juga ada bulan, hanya saja bentuk dan terangnya terlihat seperti bulan purnama.'Apa bulan di sini selalu bersinar seperti ini setiap malamnya?'Selain itu, setiap orang yang mereka temui mengenakan pakaian yang sangat sederhana. Seperti yang dikenakan oleh Andini di alam mimpi Awan. Jika wanitanya mengenak dua potong kain, untuk menutup bagian atas dan bagian bawah tubuhnya. Maka prianya, hanya mengenakan potongan kain yang menutup bagian pinggang hingga lutut.Sehingga, ketika mereka melihat Awan yang berpakaian lengkap, tampak keheranan dan rasa penuh tanya dalam tatapan mata mereka. Tapi, karena Awan berjalan bersama Andini, tidak ada yang berani bertanya pada Awan dan hanya menunduk saat keduanya lewat melintasi mereka.Semua penduduk yang mereka lewati, tidak ada yang mengenakan perhiasan seperti halny
Juna berpura-pura cemas dengan peringatan Andini, lalu sesaat kemudian ia tertawa keras dengan diikuti oleh dua orang di belakangnya. "Andini, siapa yang coba kamu takuti? Hah! Peringatanmu sudah basi. Ini bahkan sudah ke seratus kalinya kamu mengancamku dengan kalimat yang sama. Tapi, mana buktinya? Raja yang kamu banggakan itu tidak pernah datang." Cibir Juna. Melihat Juna dan pengawalnya mengejek dirinya, Andini ternyata tidak terpengaruh. Jika kejadian ini terjadi sebelumnya, Andini mungkin akan meledak dengan kemarahannya. Tapi, sekarang ia terlihat sangat tenang dan menganggap cibiran Juna hanya angin lalu. Andini tertawa tipis, ekspresinya acuh tak acuh, "Ku harap kamu bisa mempertahankan kalimat itu nantinya." Tentu saja, gantian Juna yang terheran-heran. Ia melihat Andini sekarang begitu percaya diri dengan ucapannya. Ia bahkan tidak mengamuk, seperti karakter Andini yang selama ini dikenalnya. 'Dari mana keyakinan Andini berasal?' Juna, tidak ingin termakan dengan sika
Saat Andini membawa Awan, mereka memasuki sebuah aula besar dengan meja berbentuk setengah lingkaran terdapat di tengahnya. Di mana dibalik meja yang berbentuk setengah lingkaran tersebut, telah duduk sembilan orang tetua bangsa harimau.Rata-rata mereka memiliki penampilan orang tua dengan uban putih yang sudah memenuhi kepalanya. Penampilan mereka, bukan seperti tetua yang sering dijumpai dalam cerita novel silat ataupun film-film kekaisaran. Tetua ini memiliki penampilan yang sangat keras dengan rambut panjang dan jambang yang hampir memenuhi seluruh wajah mereka.Kesan yang dirasakan saat berjumpa dengan mereka adalah intimidasi total. Awan bahkan merasakan kakinya goyah saat melangkah ke tengah aula. Jika bukan karena Andini yang terus mengapit lengannya, bisa saja saat ini ia akan lumpuh di tempat.Bahkan tanpa menatap mata orang-orang ini saja, ia sudah merasakan tekanan yang sangat kuat mempengaruhi mentalnya.Kekuatan seperti apa yang mereka miliki? Awan tidak ingin membaya
"A-apa yang terjadi?"Beberapa tetua coba melihat jiwa sejati Awan. Meski tidak memiliki mata sekuat Datuk Taring Putih, tapi mereka tetap melakukannya karena terdorong oleh rasa penasaran ketika mendengar penjelasan Datuk Taring Putih.Seperti yang sudah diduga, delapan tetua ini tersentak mundur dengan cara yang lebih parah. Ada yang sampai mengeluarkan darah dari telinga mereka, ada juga yang sampai batuk darah."Apa yang terjadi?" Bisik Awan pada Andini.Ia tidak mengerti kenapa para tetua di depannya itu menjadi gelisah dan bahkan tanpa sebab yang jelas, mereka berdarah.Saat itu, Andini hanya bisa menggelengkan kepala. Ia juga tidak mengerti, tapi menurut pemahamannya, tetua sampai mengalami kondisi seperti sekarang, karena sedang mencoba melihat inti jiwa Awan.Andini tentu tahu dengan kemampuan hebat para tetua ini. Mereka memiliki mata istimewa dan bisa mempelajari sampai hati terdalam seseorang, hanya dengan menatapnya saja. Mata itu disebut dengan istilah 'mata dewa'Hanya
Sekarang, semua orang menunggu pendapat Datuk Taring Putih. Datuk Taring Putih telah mendengar semua yang ingin dibicarakan oleh para tetua. Tentu saja, ia sudah menimbang segala untung ruginya bagi bangsa harimau."Benar apa yang dikatakan oleh Datuk Sirah. Kita tidak bisa menunggu seratus tahun ke depan, karena pangeran Samba sudah sangat dekat. Kita dan semua penduduk bangsa harimau, hanya akan mengalami penderitaan jika pangeran Samba berhasil masuk dan mengklaim senjata raja untuk dirinya sendiri. Saat itu, tidak akan ada satupun dari kita yang dapat keluar tanpa cidera sama sekali."Semua orang terdiam dan sudah bisa menebak, kemana arah pembicaraan dan keputusan Datuk Taring Putih. Karena itu, tidak ada lagi di antara para tetua yang berani bicara saat ini."Baiklah! Segera umumkan dan beritahu semua orang untuk berkumpul di lapangan istana raja. Hari ini, kita akan menyerahkan semuanya pada takdir! Jika pemuda ini ditakdirkan untuk mengklaim pusaka tertinggi bangsa kita, maka
Juna memiliki sebuah ide dalam benaknya dan itu membuat seringai licik mengembang di sudut bibirnya. Segera, ia berbisik pada salah seorang pengawalnya. Lalu, tidak lama setelah itu, pengawalnya segera pergi menuju tempat Datuk Belang Abu duduk.Saat semua orang sibuk dengan berbagai asumsi liar, Datuk Taring Putih tiba-tiba berdiri dari bangkunya, "Semuanya, hari ini aku akan mengumumkan sebuah berita penting!"Semua orang yang tadi berkasak-kasuk, langsung diam dan menyimak isi berita yang akan di sampaikan oleh Datuk Taring Putih.Selama raja tidak ada, Datuk Taring Putih adalah orang yang bertanggung jawab untuk mengendalikan bangsa harimau. Titahnya bisa dianggap sama dengan titah raja."Kalian semua sudah tahu, bahwa raja kita telah menitis pada seorang anak manusia dan bersiap untuk kebangkitan sejatinya. Hari ini, manusia itu telah datang dan bersiap mengklaim pusaka raja harimau." Ujar Datuk Taring Putih dengan suara lantang.Para penduduk tampak terkejut, mereka sudah lama m
Tidak hanya semua orang yang di stadion tercengang, Datuk Taring Putih bahkan juga mengerutkan keningnya ketika mendengar Datuk Belang Abu menyela pembicaraannya. Semua tetua tentunya sudah paham apa yang harusnya mereka lakukan setelah rapat tertutup di aula suci sebelumnya. Melihat Datuk Belang Abu menyelanya saat ini, Datuk Taring Putih menatapnya dengan dingin."Datuk Belang Abu, apa yang sebenarnya hendak kamu katakan?" Tanya Datuk Taring Putih datar.Jantung Datuk Belang Abu berdebar kencang ketika mendapat tatapan dingin dari tetua paling senior bangsa harimau tersebut. Namun, demi tujuannya, ia harus menebalkan mukanya saat ini."Maaf kelancangan saya, kakanda Datuk Taring Putih. Namun, saya bicara seperti ini murni demi kebaikan bangsa harimau.""Seperti yang kita tahu, pemuda ini memang titisan raja kita. Tapi, spirit raja sudah tidak ada di dalam dirinya. Meski masih tersisa warisan raja di dalam dirinya, namun itu bukan berarti ia pantas mengklaim warisan raja.""Semua ya