Share

57. Kepercayaan Penuh

Makanan yang dipesan mulai berdatangan. Aroma lezat juga sudah beterbangan memasuki indera penciuman. Namun sayang, itu tak membuat Agam berselera. Dia malah menghitung waktu kapan jam makan siang akan selesai dengan segera.

Saat ini Agam benar-benar terjebak. Di kelilingi oleh dua wanita yang salah satunya adalah orang yang ia sayangi tidak bisa membuatnya menolak. Ada rasa tak enak yang bergejolak. Ingatannya tertuju pada tatapan Cia yang sedih tanpa bisa berontak.

"Agam ini suka sayur, loh, Nadira," ujar Sang Ibu.

"Saya tau, Tante. Kalau lagi rapat sekaligus makan siang, Agam sering pesan lalapan."

"Makanya badannya bagus." Tante Nana tertawa sambil memijat lengan keras anaknya.

Agam hanya bisa pasrah dan menghela napas lelah. Tidak ada lagi rasa lapar yang ia rasakan. Satu-satu hal yang ingin Agam lakukan saat ini adalah melarikan diri.

"Lain kali kalian makan berdua aja, tanpa ada embel-embel pekerjaan." Saran yang menyesatkan, setidaknya bagi Agam.

Agam bersikap
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status