Pohon-pohon pinus yang baru tumbuh di belakang istal terlihat seperti kumpulan jarum yang ditancapkan ke tanah. Sinar bulan yang redup membuat bagian pucuk pohon tampak berkilau. Damian menatap pemandangan untuk sejenak, sementara jemarinya terus mengetuk-ngetuk pembatas balkon yang dingin. Damian tidak bisa berhenti memikirkan percakapan siang tadi. Jelas bahwa ayahnya pernah memiliki masalah dengan organisasi Italisa tersebut. Biasanya, dia akan membantu apa pun yang Damian inginkan. Tetapi siang tadi, ayahnya bahkan menyela sebelum ia sempat menjelaskan masalahnya. Damian sudah memberitahu Dhruv untuk mencari tahu informasi mengenai kelompok liar yang ada di sini. Ayahnya mengatakan bahwa organisasi itu telah bubar dan tersisa markas utama di Italisa saja. Jadi, ada dua kemungkinan mengenai ibu Bella. Helena akan dibawa ke Italisa atau dia diperjual-belikan oleh kelompok liar yang tersisa di sini. Pertama-tama, Damian perlu mengetahui apa masalah ayahnya sebelum mengambil tindak
Mereka mabuk. Itulah yang terjadi. Tetapi bayangan kejadian semalam tidak bisa berhenti berputar di kepala Bella, meskipun ia berusaha keras untuk mengalihkan pikirannya. Bagaimana Damian menciumnya ... mulut dan tangan Damian di kulitnya ... tubuh kekar dan hangat yang menindih tubuhnya ... Semua itu terus terngiang di kepalanya. Bella langsung pergi ke kamarnya sebelum Damian bangun, sebab ia tidak tahu bagaimana cara menatap pria itu tanpa pipi yang terbakar panas. Bella membereskan kamarnya sejenak, kemudian pergi ke dapur. Selama sakit, ia tidak mengerjakan apa pun. Sekarang ketika kondisinya telah membaik, ia tidak bisa hanya terus bersantai. Mansion sangat sepi pagi itu, tidak ada satu pun pelayan yang terlihat. Bella baru menginjakkan kaki di ambang pintu dapur ketika suara heboh Verona memasuki pendengarannya. "Bellaaaaaaa! Akhirnya kau muncul juga!" Bella mengerjap-ngerjap menatap Verona yang terlihat begitu bersemangat. Verona dengan senyum yang telah mencapai teli
Velvet menyiapkan teh untuk Nyonya Mirabesy, Damian, dan Bella. Rasanya sungguh aneh. Bella tidak bermaksud untuk berpikiran buruk, tetapi bisakah seseorang berubah secepat itu? Dari apa yang Bella tahu, Velvet melakukan hal-hal kasar bukan karena dikuasai emosi saja, tetapi dia memang sering melakukan itu. Dilihat dari bagaimana Velvet memegang pisau, lalu mengingat statusnya yang merupakan seorang pemimpin organisasi, ia yakin Velvet bukan orang yang lemah-lembut. Bahkan hanya dari rautnya saja, Bella tahu kalau wanita itu memiliki keangkuhan setinggi langit. Ia mencoba berpikir bahwa Velvet mungkin saja telah berubah—sadar bahwa perilakunya memang buruk. Tetapi setiap kali Bella melihat senyum yang wanita itu lemparkan padanya, ia merasa ada sesuatu yang salah. Bella meremat tangannya dan menatap Damian yang duduk di seberang sofa. Wajah Damian masih diliputi kemarahan, tubuhnya bersandar dengan malas di sofa. Damian jelas masih menyimpan dendam, tetapi dia berusaha untuk tidak
Tiga jam telah berlalu sejak Damian dibawa pergi.Baik Dhruv maupun Nyonya Mirabesy belum kembali dari rumah sakit. Bella merasa sangat khawatir memikirkan keadaan Damian.Bagaimana kondisi pria itu sekarang?Bella berdiri di beranda dan terus menatap ke arah gerbang yang tertutup rapat.Hujan deras mengguyur beberapa menit yang lalu dan menyisakan angin kencang yang datang bersama aroma petrikor. Dingin menusuk hingga ke tulang, tetapi Bella enggan beranjak dari tempatnya. Ia ingin menunggu kabar dari Damian.Rasa gelisah dan takut seakan menelannya. Ia tidak bisa berhenti mengigit bibir bawahnya yang sudah hampir berdarah, ketika pikiran-pikiran buruk terus berseliweran dalam kepalanya.Bagaimana kalau sesuatu yang parah terjadi pada Damian? Bagaimana kalau racunnya sudah terlanjur menyebar? Bagaimana kalau pil yang ia berikan tidak bereaksi dan ia malah membahayakan kondisi Damian?Bella sangat takut. Bagaimana kalau Damian tidak bisa ...Tidak, tidak.Bella menggeleng-geleng. Ia ti
Damian sudah bisa pulang hari ini.Setelah dirawat intensif selama tiga hari, kondisi Damian akhirnya mulai pulih.Bella mendudukkan diri di tepi ranjang Damian dan melirik jam dinding. Sudah hampir makan siang. Sejam lagi, ia ingin pergi ke dapur untuk membantu Erina dan Verona menyiapkan makanan demi menyambut kepulangan Damian."Kau bisa minum obatmu sekarang sebelum beristirahat," ucap Bella, menyodorkan beberapa butir obat dan segelas air pada Damian yang duduk bersandar."Obat lagi?" Damian menghela napas dan spontan mengerucutkan bibirnya.Dari semua hal yang tidak ia sukai, minum obat menempati urutan pertama. Ia hanya tidak suka rasa pahit tidak mengenakkan yang tertinggal di mulutnya. Ia sudah minum obat selama tiga hari berturut-turut dan rasanya ia tidak sanggup lagi."Bisakah yang terakhir ini dilewatkan?" Damian bertanya dengan wajah pura-pura memelas. Berharap Bella akan menurutinya, tetapi gadis itu rupanya tahu taktiknya.Bella menggeleng. "Ini yang terakhir dan setela
"Coba lihat itu, mereka pasti akan pergi bersama lagi," bisik Verona, mencolek lengan Bella. Pandangan wanita itu fokus tertuju ke gerbang depan, di mana Erina dan Dhruv tampak sedang membicarakan sesuatu sambil tertawa-tawa. Jadi, Bella dan Verona sedang mengintip Erina. Mereka bersembunyi dibalik semak mawar yang tinggi, berjarak sepuluh kaki dari tempat Erina dan Dhruv. Mereka baru selesai membuat kue ketika Erina meminta izin untuk keluar. Verona merasa curiga dan segera menarik Bella untuk mengikuti wanita itu. Sesuai dugaan Verona, rupanya Erina memang pergi untuk menemui Dhruv. Bella memberitahu Verona kalau Erina mungkin saja membutuhkan sesuatu, atau mungkin ingin pergi berbelanja. Erina memang sering keluar untuk membeli beberapa keperluan dapur yang tidak ada di supermarket. Namun, Verona bersikeras mengatakan bahwa Erina sebenarnya sedang berkencan dengan Dhruv. Yah, jika diperhatikan, mereka memang terlihat dekat. Tetapi Bella tidak ingin berasumsi lebih jauh. Ia hany
"Mansionnya kosong, tidak ada siapa pun di sana. Velvet bilang ibunya akan pergi ke Montgomery, tapi tidak, dia berbohong. Mereka pergi ke luar negeri, ke suatu tempat terpencil di Tigris. Kota kecil di mana Nyonya Beatrix berasal. Anak buahku masih mencari tahu detail lokasinya," jelas Dhruv seraya meletakkan sebuah amplop cokelat di atas meja. Damian mengangguk dan menghela napas. Ia sudah tahu bahwa Velvet akan pergi ke tempat yang jauh setelah apa yang dia lakukan, tetapi siapa sangka dia dan ibunya malah kembali ke Tigris. "Velvet mungkin mengira aku tidak akan bertindak lebih jauh, hanya karena pamannya telah datang untuk meminta maaf secara langsung," ucap Damian, mendengus. "Tentu saja aku tidak akan mengganggu organisasi keluarga mereka, tapi Velvet tidak akan lolos begitu saja." "Apa saya harus ikut terjun, Tuan?" "Tidak perlu. Saat kondisiku pulih, aku sendiri yang akan mencari tahu dan menemui wanita itu." Dhruv mengangguk mengerti. "Seharusnya aku tidak lengah, tapi
Setelah piring-piring dibereskan dan semua orang tampak bersantai, Mirabesy kembali menaruh piringan hitam lain di atas gramofon. Musik jazz klasik mengalun di penjuru halaman. Meskipun bulan tertutupi awan hitam, tetapi bintang-bintang bertaburan memenuhi langit Hinton.Damian duduk di samping Bella, lalu memperbaiki jaket yang gadis itu kenakan. Udara cukup dingin malam ini dan ia tidak ingin Bella masuk angin. Mereka sudah berada di halaman selama tiga jam."Terima kasih," ucap Bella, tersenyum kecil.Damian mengangguk dan tanpa diduga mendaratkan satu kecupan di pipi Bella. Damian menatap tanpa rasa bersalah, sementara Bella dengan cepat mengedarkan pandang sekeliling.Dan benar saja, beberapa pelayan tampak memperhatikan mereka. Atau mungkin sejak tadi.Mereka jarang menghabiskan waktu berdua di luar mansion setelah Damian mengumumkan hubungan mereka. Para pelayan terlihat selalu penasaran jika melihat kebersamaan mereka. Damian sendiri selalu bersikap acuh tak acuh jika diperhat