Lolita melirik sekilas ponselnya yang terus berdering. Dia kesal karena nomor asing terus meneleponnya.Siang ini sudah ada dua puluh panggilan masuk. Dan itu sangat mengganggu.Lolita mendesah berat sambil meraih ponselnya. Dia menaikkan kedua alis begitu melihat Jones yang menghubunginya. Dia menyimpan kontak pria itu dan memberikannya nama 'Pria Flashdisk'. Karena Joneslah yang menemukan flashdisk Edgar, dan dia juga yang sudah membuat Lolita jadi bermasalah dengan Edgar. Lolita jengkel, sehingga malas menamai kontak Jones dengan nama asli pria itu."Ada apa kau meneleponku?" tanya Lolita tak ramah."Turunlah. Aku sudah ada di area parkir apartemen tempatmu tinggal," balas Jones dari seberang telepon. Berhasil membuat Lolita membelalakkan mata.Dari mana dia tahu kalau dia tinggal di apartemen ini? Tanyanya dalam hati.Lolita terdiam. Dia tidak menghiraukan Jones yang mengajaknya berbicara lewat telepon. Dia terlalu terkejut karena pria itu bisa tahu keberadaannya.Lolita langsung
Jones baru saja pergi dari apartemen Edgar untuk mengantarkan dress pada Lolita. Gadis itu tadi berlari ke luar apatemen dan menghampiri Jones di area parkir setelah pria itu meneleponnya.Sekarang Lolita duduk merenung di kamarnya seraya menatapi dress cantik yang terdampar di atas tempat tidur.Dress ini memang cantik, tapi memiliki potongan dada yang lumayan terbuka. Mungkin, kalau dia memakainya payudaranya akan terlihat menyembul setengah. Dan punggungnya jadi terekspos. Dari banyaknya dress yang Edgar berikan, semuanya masih terlihat sopan. Lolita kembali teringat ucapan Jones. Pria itu berkata jika Lolita harus tampil sempurna saat datang ke acara fashion show. Jones justru cenderung mendukungnya agar Lolita bisa berbaikan lagi dengan Edgar."Pakailah dress ini. Kau akan terlihat cantik, dan Edgar akan menyesal karena sudah menghindarimu," tukas Jones masih terngiang-ngiang di kepala Lolita, membuat gadis itu semakin bimbang.Mungkin benar apa yang Jones katakan. Lolita bisa
Edgar pergi ke toilet dengan menggeram kesal. Dia tadi melihat Lolita duduk bersama Jones, dan keduanya terlihat dekat. Sialan!Dia mengumpat beberapa kali untuk melampiaskan kekesalannya. Awalnya Edgar berniat memberikan kesempatan pada Lolita, sesuai saran yang Franklin berikan. Tapi, setelah melihatnya bersama Jones di acara eksklusif ini, dia jadi enggan. Kemarahan Edgar semakin memuncak. Dia tidak akan dan tidak ingin melihat Lolita lagi!Edgar kembali duduk di kursi terdepan, berusaha untuk tetap tenang saat acara dimulai. Dia mengarahkan pandangan lurus ke depan ketika model mulai keluar satu per satu dengan berjalan elegan memperagakan busana. Dengan tema beauty gold. Lolita tak henti-hentinya kagum melihat model bertubuh semampai yang berjalan di depannya. Dia menyukai fashion, dan dia tidak menyangka bisa melihat fashion show secara langsung. Karena biasanya dia hanya bisa melihatnya lewat video.Sekarang waktunya Nola keluar. Dia berjalan dengan sangat elegan, dia menjad
Lolita bergeleng saat Jones menawarkan makan malam di restoran, sebelum pria itu mengantarkannya pulang."Aku tidak mau. Kita langsung pulang saja," jawab Lolita mengarahkan pandangan ke luar jendela mobil.Dia masih kesal mengingat apa yang baru saja dia lihat. Edgar begitu mesra mencium Nola. Dia tidak tahu hubungan Edgar dan Nola, tapi dia tidak bisa membohongi dirinya. Kalau Lolita cemburu.Yah, walau cemburu pun Lolita tidak berhak. Karena dia bukanlah kekasih Edgar, dia hanyalah anak dari sahabat pria itu. Memikirkannya membuat hati Lolita semakin perih. Ternyata selama ini, hanya dia yang menginginkan sebuah hubungan yang jelas dengan Edgar. Sementara Edgar? Lolita tidak tahu, apa pria itu juga menginginkan hal yang sama.Cekalan tangan Jones di setir mengerat. Dia ikut kesal. Sedari tadi Lolita tak mengacuhkannya. Padahal, dia sudah bersikap seramah mungkin. Sebenarnya Jones hanya tertarik pada Lolita, dan tidak menyukai gadis itu. Tujuan utama dia mendekati Lolita adalah, di
Nola mengentak-entakkan kedua kakinya dengan kesal. Dia gagal membuat Edgar tidur bersamanya. Tadi saat di club, dia memberikan banyak sampanye untuk Edgar. Dia terus menuangkannya ke dalam gelas pria itu.Tapi, ketika Nola izin pergi ke toilet sebentar. Dia tidak melihat lagi keberadaan Edgar di club di saat dia kembali. Nola mencoba mencari Edgar di seluruh penjuru club, dan dia baru menyadari saat mobil Edgar sudah tidak ada di parkiran. Pria itu pulang lebih dulu, meninggalkan Nola sendirian.Padahal Nola yakin dia akan berhasil dengan rencananya. Tapi, ternyata dia gagal. Dia sekarang harus naik taksi untuk pulang karena dia tadi diantarkan oleh Edgar, sementara mobilnya dia tinggal di depan gedung, tempat fashion show tadi diselenggarakan.Nola tersenyum kecut pada sang sopir yang terus menatapnya saat Nola membayarkan ongkos. Nola segera pergi, tak mengabaikan sang sopir yang berceloteh memuji kecantikannya.Dia sudah terbiasa dipuji. Bahkan, pujian-pujian itu sudah tak tera
Lolita membuka kedua matanya dan menggosoknya pelan dengan punggung tangan. Seperti kemarin, hari ini pun dia tidak bersemangat untuk memulai aktivitasnya. Tanpa Edgar, hidup Lolita seperti ada yang kurang.Lolita turun dari tempat tidur, melangkah dengan malas menuju ke kamar mandi. "Huh … sampai kapan akan seperti ini terus? Aku merindukan Om Edgar," gumamnya sedih.Dia membenamkan dirinya dalam bathtub. Sekelebat bayangan bagaimana Edgar berciuman panas dengannya saat di bawah pancuran shower memenuhi kepala Lolita. Semakin membuatnya jengkel."Haruskah aku menemui Om Edgar ke perusahaannya?"***Edgar merasa lebih segar dan dia bisa berpikir lebih jernih setelah mandi. Dia sudah mengganti pakaiannya dengan setelan jas formal. Ketika dia keluar dari kamar mandi yang ada di dalam ruangannya, dia menemukan Franklin duduk tenang di sofa."Kebetulan kau sudah datang, Franklin," tukas Edgar membawa dirinya menuju Franklin. Dia ikut mendudukan tubuhnya di sofa di samping Franklin."Aku
Edgar berhasil mencekal tangan Lolita. Dengan napas yang terengah-engah, dia mencoba menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi padanya dan Nola barusan."Lolita, kau salah paham. Itu tidak seperti yang kau lihat," ucap Edgar berharap Lolita mau mendengarkannya."Salah lihat? Jelas-jelas tadi Om berciuman dengan Nola. Nola bahkan setengah telanjang. Semuanya jelas, Om," balas Lolita terisak."Dia memancingku ….""Cukup, Om!" teriak Lolita tak mau mendengarkan penjelasan Edgar lagi. Dia sudah terlampau sakit hati."Lolita, maafkan aku." Edgar hendak mengejar Lolita lagi saat gadis itu melepaskan tangannya dan pergi meninggalkannya. Tapi, kakinya tidak bisa melangkah, seakan terpaku pada tanah di bawahnya. Membeku di tempatnya berdiri.Edgar tidak berhak memaksa Lolita agar gadis itu mau mendengarkan penjelasannya, memberikan kesempatan padanya. Dia saja tidak memberikan kesempatan untuk Lolita saat gadis itu meminta hal yang sama sebelumnya.Edgar mendengus kasar. Dia mengacak rambutnya
Edgar membawa lima kotak coklat untuk dia berikan pada Lolita. Dia mencoba mengintip ke dalam kamar Lolita. Gadis itu terlihat masih terjaga sambil bermain ponsel di atas kasur."Lolita," panggil Edgar pada Lolita.Lolita langsung terjingkat dari posisinya. Dia bangkit duduk dan menatap Edgar, sedikit terpaku.Apa orang yang sedang jatuh cinta akan sebodoh ini? Hati Lolita yang sudah terluka tadi, menjadi bahagia kembali saat melihat Edgar pulang.Tapi, Lolita akan bersikap seakan-akan dia masih marah. Dia ingin Edgar merasa bersalah sehingga pria itu tak mengulangi kesalahan yang sama."Kenapa Om ke sini? Bukannya menginap di rumah Nola," tukas Lolita bersedekap sambil membuang muka.Edgar bergerak pelan menghampiri Lolita. Dia meletakkan lima kotak coklat di atas kasur tepat di samping gadis itu."Apa ini? Om mau mencoba menyogokku dengan coklat-coklat ini, huh?"Edgar menarik napas panjang. "Maafkan aku, Lolita."Lolita melirik ke arah coklat pemberian Edgar. Coklat favoritnya. Dia