Dengan penuh kemarahan, Luca kembali membanting kursi yang ada di depannya.
Bram, pengawal yang berkerja sebagai asisten itu, tidak mampu mencegah emosi dari majikan yang biasanya baiknya itu. Mereka sudah berada di kota X selama 5 hari dan masih juga tidak dapat menemukan Sarah dan bayinya.
“Bagaimana bisa lenyap begitu saja.” Luca berkata sambil membanting kursi yang satu lagi.
Semua barang di atas meja sudah tidak ada yang bisa dilempar.
Luca menghantam tangannya ke kaca jendela di sampingnya dengan tangannya.
Pecahan kaca berhamburan. Angin kencang dari luar masuk sehingga dinginnya membuat Luca meringgis mempererat mantelnya. Bram buru – buru mendekat. Tangan Luca menguncurkan darah yang tidak sedikit.
“”Maafkan aku, Tuan . Aku juga sudah berusaha,” seru Bram sambil menahan darah Luca.
Bram melangkah untuk mengambil perban dan obat untuk mengobati luka Luca.
“Apakah Mafia lain suda
Prang ... Gelas wine dijatuhkan Luca. Dengan mata melotot tidak percaya, Luca melihat ke layar kaca televisi yang berada di depannya.Siaran memberitakan informasi mengenai kecelakaan dua hari yang lalu di tebing menuju kota X. Korbannya bernama Sarah dan seorang bayi laki-laki yang diidentifikasikan sebagai anak Sarah.Gambar evakuasi terhadap jenazah sengaja diblur tampilannya sehingga jasad tidak jelas karena jasad dinyatakan hancur total.Bram menghela nafas panjang. "Akhirnya siaran kelima hari ini terlihat oleh Luca," gumamnya dalam hati, Ia pun bersiap - siap untuk menghadapi kejadian berikutnya dengan tenang.Luca berlutut di depan layar kaca di depannya karena kedua kakinya tiba - tiba terasa lemas."Demikian kami beralih ke berita selanjutnya " Suara penyiar televisi tidak terdengar lagi karena Bram segera mematikannya.Bram hanya berdiam diri sambil menikmati kacang yang ada di mini bar.Sesekali melirik ke Luca yang masih
Pintu Ruang operasi di tutup. Luca menjalani operasi kecil pada bagian otaknya yang mengalami pendarahan akibat stress yang meledak dan tekanan darah tinggi secara tiba - tiba. Berdasarkan laporan hasil MRI dan CT Scan, Luca divonis mengalami Aneurisma Otak.Aneurisma otak adalah pelebaran atau penonjolan pembuluh darah otak akibat melemahnya dinding pembuluh darah.Aneurisma otak yang dialami Luca cukup parah karena pembuluh darahnya ada yang pecah akibat serangan hipertensi yang tiba - tiba. Kondisi Luca yang kurang tidur dan kelelahan menambah efek negatif sehingga fisiknya melemah secara drastis.Kakek dan Bram sudah tiba di depan ruang operasi."Lihat apa yang sudah kamu lakukan! " seru Kakek dalam penyesalannya. Perkataan Kakek ditujukan kepada Luca yang dinilainya terlalu obsesi dengan keberadaan Sarah sejak awal.Kakek dan Bram memegang bahunya walau dalam hatinya sangat kesal."Bukan aku yang menyuruh Sarah pergi," gumam Kakek dan B
Pagi yang cerah, Sarah menghirup udara segar di depannya. "Deon, kamu sudah bangun, Sayang?" Sarah segera mengurus Deon yang berceloteh dengan riang dan gembira.Tiba-tiba pintu kamar terbuka. Michael melangkah masuk dengan memberikan senyuman hangat.“Sayang,” sapa Michael lalu mendekati Sarah dan memeluk wanita itu lalu memberikan ciuman hangat di keningnya."Bagaimana tidurmu?""Nyenyak dan nyaman."Michael melirik Deon yang sedang berceloteh dengan lucu. "Kalian pasti sudah lapar, ayo ke bawah, pelayan sudah menyediakan makanan dan mereka akan menyuap Deon sementara kamu akan sarpaan denganku."Sarah membalas dengan senyuman hangat sambil memakaikan pakaian bayi ke Deon. Mereka tampak seperti sebuah keluarga kecil yang bahagia.Seusai sarapan yang nikmat dengan suasana kekeluargaan yang hangat, Sarah disuruh berdandan dan mengambil semua barang miliknya."Kita mau ke mana?" tanya Sarah dengan penasaran."
Michael merasa ingin sekali makan hotpot pada saat itu. Kekesalannya menjawab masih dalam keadaan tidak senangnya karena hilang kesempatan makan hotpot.“Kita makan hotpot dengan uang sendiri saja nanti kapan – kapan. Sudah cukup banyak waktu dan dana yang Matteoh keluarkan.”Michael hanya diam dan memalingkan wajahnya. Pemikiran yang terlalu polos bagi Sarah. Dia tidak tahu sekaya apa abangnya itu. Hanya masalah hotpot, wanita itu terlalu memandang rendah mereka.Lift tiba di lantai 22.Mereka masuk ke dalam apartemen yang membuat Sarah terkejut. Interior di dalamnya sungguh indah dan mewah.“Berapa sewa apartement ini ya?” tanya Sarah.“Bukan sewa. Ini milik... Matteo,” jawab Michaelnya sambil menuju ke kamar tidur untuk mengganti pakaian. Sebenarnya dia ingin mengatakan bahwa apartemen ini adalah miliknya, tapi dia sadar, wanita itu penuh kecurigaan.“Kamarmu disana,” ujar Micha
Lima tahun yang cepat sudah berlalu. Luca memandang keluar jendela kantornya. Sepertinya ada sesuatu hal besar yang terjadi, tapi dia sungguh tidak tahu apa itu. Ia memegang dadanya. Ada kerinduan dan nyeri.Tok.. tok…“Masuk!" seusai berkata, Luca duduk kembali ke kursinya.Bram memasuki ruangan dengan membawa beberapa dokumen yang harus ditanda tangani.“Anakmu hari ini mengundangmu untuk hadir di acara hari Ayah. Jam dua.”Luca melirik Bram sebentar lalu melihat ke jam mewah yang bergantung di dinding kantornya.“Kamu wakili saja,” sahut Luca singkat sambil membaca dokumen yang diberikan tadi.“Ya, betul! Betul! Seorang Ayah bisa juga diwakilkan, istrimu juga perlu kutiduri?” tanya Bram sambil memandang ke arah lain dengan ketus.Tidak ada yang tahu sebuah rahasia lima tahun sebelumnya kecuali Bram dan Kakek. Kehidupan Luca diatur sedemikian rupa pada saat pria itu
Setelah beberapa menit, Luca baru merasa segar kembali.Ia menekan tombol untuk memanggil sekretarisnya.“Kita butuh seorang designer untuk produksi wedding gown tahun depan. Coba carikan yang local dulu. Bila tidak ada baru buka lowongan internasional.”“Baik Pak!" sahut suara di seberang sana.Luca kemudian sibuk kembali di layar laptopnya dan dokumen – dokumen yang banyak untuk dipahami dan ditanda tangani.Pria itu memutuskan untuk tidak terlalu memikirkan kenangan yang hilang. Kesibukannya sehari-hari sudah cukup. Kekayaan dan kejayaan keluarga mereka berada di tangannya. Walau pun Luca berusaha menakhlukkan beberapa penguasa keluarga mafia, namun bisnis umum yang mereka pegang harus tetap berjalan.Luca tidak pernah segan-segan menghancurkan bisnis pesaing yang menghalangi jalannya. Tidak ada satu pun mafia yang berhasil menangkis kemarahan Luca. Termasuk Matteo.Dengan wajah lesu, Matteo kemb
“Mama….”, si kecil Andrew berlari dengan singgap ke arah Melya yang kemudian mengangkatnya dengan tinggi. Suara tawa riang terdengar begitu merdu di telinga Bram.“Apa kabar?” tanya Bram setelah Andrew diturunkan. Pria itu menatap Melya yang terlihat dewasa dengan pakaian formal menunjukkan bahwa dia adalah seorang ibu.Melya tersipu dengan wajahnya yang merona,” Ba-baik…,” jawabnya terbata – bata.“Maaf, Luca tidak bisa menghadiri acara hari ini di kelas Andrew, jadi saya mewakilinya menjadi Ayah sementara.”“Ohh….,” Melya menjawab dengan ketus, kemudian berjongkok untuk berbicara dengan Andrew tanpa menghiraukan Bram lagi.“Ayo kita pulang, Mama sudah memasak makanan kesukaan kamu,” ucap Melya sambil mencoel hidung Andrew yang agak besar tapi lucu.“Ngk mau pulang, mau sama papa Bram, tadi Papa Bram sudah berjanji mau membawa Andrew ke
Melya tersenyum penuh kebahagiaan, mereka pun masuk ke dalam mobil bersama menuju ke wahana permainan.Sebuah gambaran yang membahagiakan mereka jalani selama berada di wahana. Andrew seperti mendapatkan seorang ayah yang selama ini ia impikan, sementara Melya seperti mendapatkan seorang suami dan ayah bagi anaknya.Apa yang Bram rasakan sungguh tidak dapat diuraikan. Sebuah keluarga kecil yang diimpikan oleh semua laki – laki.Jam dan menit berlalu dengan cepat. Hari sudah menjelang malam. Andre tertidur pulas dalam gendongan Bram karena pria kecil itu sudah capek bermain.Mereka sudah selesai makan dan bermain dengan puas. Masih ada 1 jam sebelum waktu menunjukkan pukul 11.“Masih mau main apa? Jagoan kecil kita sudah tertidur,” tanya Bram sambil melirik Melya.Melya menggelengkan kepalanya. Mereka duduk di kursi taman menikmati lampu warna – warni yang tertata rapi di wahana.“Aku merindukanmu,”