"CEPAT PADAMKAN APINYA!" teriak mandor gudang PT. Cantika Gunadharma Jaya Packaging and Shipment.Para karyawan gudang sudah hampir sejam pontang panting berusaha memadamkan api yang berkobar-kobar melahap bangunan gudang tempat kerja mereka. Mobil pemadam kebakaran yang dihubungi oleh sang mandor gudang sedang dalam perjalanan ke lokasi kebakaran."Pak Rifan, ini pasti disengaja sama orang. Kami nggak pernah ada yang merokok di sekitar gudang!" ujar Vino, salah satu karyawan shift malam itu."Iya, aku juga mikir gitu, Vin! Kita semua selalu berhati-hati, lagi pula bau sisa bensin jelas sekali pas pertama kita datang tadi," sahut Pak Rifan setuju dengan dugaan rekan kerjanya. Vino lalu bertanya, "Apa sudah menghubungi Pak Arsen atau Bu Cantika, Pak?""Belum. Ini kutelepon Pak Arsen sekarang!" sahut Pak Rifan lalu mencari tempat yang jauh dari keramaian agar bisa berbicara dengan jelas.Sesaat kemudian mobil pemadam kebakaran mulai membantu menyemprotkan air ke gudang yang terlahap ko
Sesampainya di parkiran basement Shangri-La Residence, Arsenio turun dari mobil dan memutuskan untuk memggendong saja istrinya yang telah tertidur lelap di dalam mobil. Dia yakin Cantika tak akan terbangun saking kelelahannya wanita itu.Dia pun membopong tubuh ramping yang telah melahirkan dua buah hati untuknya. Arsenio masih menunggu scan dari surat wasiat mendiang mamanya dari London. Dia tak sempat memeriksa inbox email pribadinya beberapa hari terakhir, mungkin besok dia akan meluangkan waktu. Toh, hal itu pun penting selain mengerjakan tugas perusahaannya.Akhirnya setelah naik lift ke lantai 22 dan membuka pintu unit apartment Cantika, pemuda itu berhasil membawa pulang istrinya hingga ke kamar tidur. Arsenio mencopot alas kaki istrinya lalu menyelimuti Cantika. Dia masih ingin ke kamar mandi untuk melepas baju sebelum menyusul tidur bersama.Karena penasaran Arsenio akhirnya meraih ponselnya dari dalam tas selempangnya sembari masuk ke kamar mandi. Dia membuka inbox email pri
"HA-HA-HA. Mampus kau, Cantika! Dengan gudang yang terbakar hingga hangus nyaris rata tanah, tentunya klien-klien perusahaanmu akan lari kembali ke Golden Wings!" ujar Pak Julianto Wiryawan dengan tawa pongahnya. Preman-preman anak buahnya telah berhasil mengerjakan tugas kotor dari pria paruh baya itu. Dia mendapat video live kebakaran gudang yang disewa sebagai tempat perusahaan Cantika menangani barang kiriman klien. Dua truk pemadam kebakaran diturunkan untuk memadankan kobaran api yang sangat besar dan melahap habis bangunan beserta isinya tersebut."Kini saatnya menunggu permintaan klien berhamburan masuk ke email corporate sebentar lagi. Perusahaan baru yang memiliki rekam jejak buruk dalam segi keamanan akan mudah hancur reputasinya. Benar-benar ide cemerlang untuk memporak-porandakan bisnis Cantika dan suaminya yang masih seumur jagung itu!" ujar Pak Julianto sendirian di dalam ruang presdir.Tak lama kemudian panggilan dari sekretarisnya masuk ke pesawat telepon di meja ker
"Cantika, yuk bangun sebentar. Dinner is ready!" ucap Arsenio sembari mengecupi wajah istrinya yang terlelap."Mhh ... oke, aku bangun, Sen!" gumam Cantika yang masih mengantuk. Dia juga merasa perutnya lapar. Memang sejak tadi siang, dia belum makan apa pun lagi hingga petang.Dia pun bangun dari ranjang dan digandeng oleh Arsenio ke ruang makan. Mereka hanya makan malam berdua karena Suster Nina sudah makan terlebih dahulu sendirian dan sedang menjaga si kembar yang tertidur pulas di ruang anak."Wow, sepertinya bebek goreng kremesnya enak! Apa ini nasi uduk atau nasi putih biasa, Hubby?" ujar Cantika sambil mengambil nasi di bakul anyaman bambu ke piringnya.Arsenio menjawab sambil mengambil sepotong paha bebek yang digoreng kering dari piring saji, "Nasi uduk, kesukaan kamu 'kan? Biar semangat makannya, Cantik. Aku penginnya kamu tuh makan banyak biar sehat!""Pinter milih menunya deh. Sayur Trancamnya juga sedap nih, cocok buat teman makan lauk bebeknya," puji Cantika lalu menikm
Sesampainya di apartment, Arsenio sengaja mandi terlebih dahulu karena merasa badannya kotor usai berkelahi tadi dengan preman-preman pelabuhan yang jorok dan nampak jarang membersihkan diri. Dia tak ingin menularkan kuman ke tubuh istri kesayangannya.Bekas luka dan lebam di kulitnya yang menjadi merah, biru keunguan nampak jelas di wajah,dada, dan perutnya. Lengannya pun yang digunakan untuk menangkis serangan tadi masih terasa pegal dan membiru. Arsenio mengguyur dirinya di bawah shower dengan air dingin, dia ingin menyegarkan tubuhnya.Setelah yakin dirinya bersih, maka Arsenio mengeringkan badannya lalu mengenakan celana boxer. Dia menghampiri tempat tidur untuk bergabung dengan Cantika beristirahat di sisa waktu menjelang pagi.Tubuh lembut beraroma wangi bunga segar itu menghibur perasaan muram Arsenio hingga bisa tersenyum kembali. Dia tak dapat menahan diri untuk mencium bibir Cantika yang masih terlelap. Pagutan pemuda itu membuat hasratnya sendiri bangkit. Namun, dia menaha
"Wow, lahannya luas dan strategis lho, Sen! Mungkin dulu mendiang mama kamu belinya masih tahun lama banget jadi dapat murah. Coba kalau sekarang, rasanya nggak bakalan terbeli ya!" ujar Cantika menilai sebidang tanah di tengah kota Jakarta. Arsenio pun menyahut, "Sepertinya mamaku memiliki pemikiran yang sangat maju. Dia tahu kalau tanah itu nilainya akan terus meningkat dari tahun ke tahun. Bagiku pribadi, beliau menitipkan keberuntungan dan harapan besar dengan memberi warisan yang luar biasa nilainya.""Jangan kecewakan beliau kalau begitu, Hubby. Kita harus mencari pembangun yang cocok untuk rancangan bangunan mall dan gedung bertingkat yang bagus. Mungkin Indrajaya Realty bisa coba untuk kita datangi, bagaimana?" usul Cantika karena memang setahunya perusahaan kontraktor swasta tersebut memiliki bukti nyata hasil bangunan mereka yang bagus dan kokoh.Akhirnya Arsenio menyetujui usulan istrinya lalu mereka sebelum kembali ke kantor mampir dulu ke kantor Indrajaya Realty. Untungn
"Selamat pagi. Happy birthday, Papa Arsen!" sorak Cantika sambil mengecupi wajah suaminya pagi itu di ranjang.Pemuda yang berulang tahun ke-27 itu membuka matanya dan tersenyum lebar. Sebuah hari istimewa baginya di tahun ini, dia selain memiliki istri yang luar biasa juga memiliki sepasang putera kembar berusia tujuh bulan.Lengan kekar Arsenio meliliti tubuh molek nan ramping yang selalu mengobarkan gairahnya itu. Bahkan, di ujung pagi saat matahari masih bersinar malu-malu di angkasa, ciuman Arsenio telah menggebu-gebu melumat ganas bibir Cantika."Ohh, aku ingin kado ulang tahun yang spesial dong kalau begitu, Cantik!" lirik Arsen bandel ke wajah istrinya."Ada kok kadonya, aku sudah siapin di kantor sekalian nanti bareng seluruh karyawan pesta kecil-kecilan di lantai 9," jawab Cantika sambil bergerak-gerak gelisah di bawah tindihan badan kekar suaminya. Kedua tangannya ditahan oleh Arsenio di kanan kiri kepala."Good, kamu istri yang baik seperti biasanya, Darling. Cuma bukan it
"Tiiinn ... tiiinn ... tinnn!" Suara klakson bersahut-sahutan pada jam macet lalu lintas Jakarta Pusat siang itu.Tanpa sengaja Pak Julianto Wiryawan yang akan memenuhi janji temu dengan kliennya di sebuah mall melihat spanduk besar yang digantung di lembaran seng penutup proyek pembangunan di tepi jalan bertuliskan PT. Cantika Gunadharma Jaya, Tbk."Ahh, sok-sokan banget sih! Kemarin aja gudang kebakaran, klien kocar-kacir. Masa sekarang mereka mau bikin mall. Cihh!" gerutu Pak Julianto sendirian di bangku belakang mobil sedannya.Sopirnya, Pak Endro pun menyahut, "Itu proyek Bu Cantika tho, Pak? Keren sekali pastinya ya kalau sudah jadi nanti mall beliau. Ini daerah pusat keramaian kota soalnya dijamin membludak pengunjungnya!""Ssshh ... DIAM KAMU, ENDRO! Dia bukan anakku, lebih baik perempuan tak tahu diuntung itu mati saja!" sembur Pak Julianto kesal sendiri karena merasa iri dengan pujian sopir pribadinya ke Cantika.Sontak Pak Endro menutup mulutnya rapat-rapat, dia tak menyang