Suara dering ponsel membangunkan Amel di pagi hari. Tubuhnya sedikit gentar saat melihat nama yang muncul di sana, dengan sigap Amel mengusap layar ponselnya."Iya Tia," ucap Amel setelah sambungan teleponnya terhubung."Kak, Ibu tiba-tiba pingsan, sekarang dalam perjalanan menuju rumah sakit."Tanpa menjawab, Amel langsung memutuskan sambungan teleponnya. Ia membangunkan Bram yang tertidur di sampingnya, lalu meminta izin untuk pulang kampung."Loh, kok pulang kampung lagi?" tanya Bram sambil bangkit dari tidurnya.Tentu Bram bertanya! Karena mereka baru dua hari tiba di Jakarta."Ibuku tiba-tiba pingsan Om," jawab Amel."Ha... kenapa bisa pingsan?" Bram kembali bertanya."Aku juga tidak tahu Om." "Yasudah, biar Om antar kamu ke kampung." Bram menurunkan kedua kaki dari atas tempat tidur, bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya."Enggak usah Om, biar aku pulang sendiri."Bram menghentikan langkahnya, kepalanya berputar untuk melihat Amel, "Kenapa? Apa kamu takut? Ata
Setelah berpikir satu malam, akhirnya Amel memutuskan untuk kembali ke Jakarta. Ia menghubungi Bram untuk meminta sopir pribadi menjemputnya.Setibanya di Apartemen, Amel melihat semua barang-barangnya terletak di depan pintu. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Tania! wanita berambut pendek itu meminta pelayan untuk mengeluarkan semua barang-barang Amel dari sana."Kenapa barang-barang saya dikeluarkan?" tanya Amel yang berdiri di pintu.Ketiga wanita itu refleks memutar kepala ke arah datangnya suara, "Maaf Mbak, ini perintah dari Nyonya," jawab salah satu wanita."Tapi......" Amel belum selesai berbicara, tiba-tiba terdengar suara merdu dari arah punggungnya."Tapi apa?"Amel memutar tubuh, ia melihat Tania berdiri tepat di belakangnya, dengan posisi kedua tangan terlipat di dada sambil menatapnya sinis."Tapi apa?" Tania mengulang ucapannya."Tapi yang memberikan Apartemen ini kan, Om Bram." Akhirnya Amel membuka mulut.Tania melangkah menghampiri Amel, ia mendekatkan bibirnya ke tel
Setelah pengaitnya lepas, Amel bangkit dari sisi ranjang. Ia berdiri menghadap Bram, dan mempertontonkan seluruh tubuh mulusnya.Sebagai pria normal! Tentu Bram tidak sanggup menahan diri. Apalagi melihat kedua gunung kembar Amel yang begitu besar dan menantang. "Benar gak mau," ucap Amel sambil melingkarkan kedua tangannya di leher Bram.Dalam sekejap tangan kanan Bram menarik pinggul Amel dengan kasar, sedangkan tangan kirinya meremas gunung kembar wanita cantik itu.Amel tersenyum sambil seluruh jarinya meremas rambut hitam Bram. Namun kedua matanya berkaca-kaca, bahkan ia menggigit bibir untuk menahan, agar butiran bening itu tidak berselancar di pipi mulusnya."Ya Tuhan, semoga usahaku tidak sia-sia." Amel berdoa dalam hati.Sesungguhnya Amel tidaklah serendah itu, tetapi Amel sengaja melakukannya agar ia segera hamil. Jika dia hamil, Bram tidak akan meninggalkannya dan akan memperpanjang kontraknya. Jadi Amel memiliki waktu untuk menyelamatkan Bram dari niat busuk Tania."Owww
Setelah pintu tertutup, Amel meraih ponsel dari atas meja kecil, yang terletak di samping tempat tidur. Ia ingin menghubungi ibunya, menceritakan niat buruk Bram terhadapnya. Tetapi Amel mengurungkan niat, mengigat kondisi ibunya yang sedang sakit saat ini.Saat Amel akan menaruh ponselnya! Tiba-tiba ada yang mengirimkan sebuah pesan."Malam Amel, kamu sibuk gak? Ke luar yuk, aku butuh teman curhat ini," ucap Amel sambil membaca pesan dari Bryan.Tanpa berpikir, Amel langsung menerima ajakan Bryan. Ia menemui pria tampan itu dengan menaiki taksi, Amel tidak mungkin meminta Lukas untuk mengantarnya, ia takut jika sopirnya itu melihat Bryan.Setibanya di sana, seorang waiters sudah menunggu di depan pintu. Wanita berseragam hitam itu, mengantar Amel ke ruangan VIP di mana tempat Bryan menunggunya."Maaf, sudah membuat kakak lama menunggu," ucap Amel sambil melangkah dari pintu.Bryan memutar kepala ke arah datangnya suara, ia tersenyum lebar melihat Amel sudah tiba. Bryan bangkit dari k
Keduanya masuk ke dalam kamar, setelah waktu menunjukkan pukul 1 malam. Amel berbaring di sisi kanan ranjang, sedangkan Bram di sisi kiri. Keduanya saling memunggungi dan berpura-pura tidur.Namun hingga pukul 3, Bram belum bisa tidur. Begitu juga dengan Amel, wanita cantik itu menyadari kalau Bram resah sejak tadi. Tapi Amel berpura-pura tidak tahu, ia hanya diam sambil menikmati gerakan Bram melalui tempat tidur.Bram memutar tubuh, dipandangnya Amel yang memunggunginya. Ia menghela napas, lalu menggeser tubuhnya untuk mendekati Amel."Amel, bisakah aku menyentuhmu," bisik Bram dengan lembut, sambil tangan kekarnya menarik pinggang Amel, untuk merapatkan tubuh keduanya."Hum...." jawab singkat Amel."Aku berjanji, pasti menjaganya," ucap Bram.Amel meluruskan tubuhnya, ia pasrah Bram membuka seluruh pakaian yang melekat di tubuh mungilnya. Ia menikmati setiap sentuhan dari prai tampan itu, mengizinkannya menggagahi seluruh bagian sensitif miliknya.Setelah bertempur selama 45 menit,
Akhirnya Tania menerima permohonan Amel, ia memintanya untuk datang ke suatu tempat, di mana ia menahan Maria dan Tia."Kamu bisa tinggal di rumah ini untuk selamanya. Tapi ingat! Jangan pernah menginjakkan kaki di Jakarta, apalagi sampai bertemu dengan Bram," ucap Tania kepada Amel."Iya, aku berjanji," jawab Amel sambil mengangguk."Bagus."Setelah mengatakan itu, Tania dan orang suruhannya segera pergi. Sedangkan Amel berusaha membuka ikatan Maria dan Tia, ia menyadarkan kedua wanita itu dengan bantuan air.Perlahan Maria dan Tia membuka mata, keduanya terkejut setelah melihat sekelilingnya berbeda."Di mana ini?" ucap Maria."Ibu, ibu," panggil Amel."Sayang, ini kamu?" tanya Maria dengan rasa tidak percaya, "Kita di mana?" lanjutnya sambil memutar mata, melihat setiap sudut dari ruangan itu.Amel berusaha menenangkan Maria dan Tia, setelah itu ia menceritakan apa yang terjadi. Hal itu membuat Maria mengingat segalanya."Itu artinya, kedua wanita itu adalah suruhan Tania. Mereka d
Waktu telah menunjukkan pukul 11 malam, tetapi Bram masih duduk di kursi kerajaannya. Pria tampan itu sama sekali tidak berniat untuk meninggalkan perusahaan Pratama Grup, jika Bryan tidak menghubunginya! Mungkin Bram tidak akan beranjak dari sana."Melepaskan Tania begitu saja! Oh tidak, aku harus memberinya pelajaran," ucap Bram kepada dirinya sendiri.Ia semakin menekan gas, melanjutkan mobilnya membelah jalan Ibu kota. Tidak disangka tiba-tiba seekor kucing melintas di depan, yang membuat Bram refleks menginjak rem.Seketika mobil mewah itu terguling bebas di tengah jalan, seketika itu juga Bram tidak sadarkan diri. Berita kecelakaan itu pun langsung memenuhi majalah bisnis dan televisi, hingga ke manca negara.Kesempatan itu pun tidak disia-siakan oleh Tania, ia segera kembali ke Indonesia dan berharap Bram tiada, agar semua harta warisan suaminya itu jatuh ke tangannya. Sedangkan di tempat lain, Amel merasa jantungnya tidak stabil. Bahkan Maria ikut cemas karena wajah Amel terl
Pagi ini Bram sudah diizinkan untuk pulang, pria tampan itu meminta Amel untuk ikut ke kediaman Wijaya. Tapi Amel menolaknya, ia memilih pulang ke Apartemen.Setibanya di kediaman Wijaya, Tania sudah menunggu di teras. Wanita cantik itu langsung bergegas menghampiri Bram yang baru turun dari mobil."Sayang, akhirnya kamu bisa pulang. Aku sangat khawatir dan merindukanmu." Tania memeluk Bram, sambil berpura-pura menagis."Aku juga merindukanmu," balas Bram, ia juga berpura-pura sama seperti yang dilakukan Tania.Tania menuntun Bram masuk ke dalam rumah, meminta pelayan untuk menyiapkan bubur yang sudah ia masak tadi. Dengan penuh semangat, Tania menyuapkan bubur ke mulut Bram, tetapi pria tampan itu menolak."Kenapa sayang?" tanya Tania dengan lembut."Aku tidak lapar, aku ingin istirahat," jawab Bram."Oh baiklah, aku akan mengantarmu ke kamar," ucap Tania sambil tersenyum.Bibirnya bisa tersenyum, tetapi raut wajahnya tidak bisa berbohong, di sana jelas terlihat kekecewaan yang begit