PYAR!!Edward dan dua pria tegap yang sedang berada di ruangan yang sama memejamkan mata, mereka sudah tidak kaget lagi, ini adalah pemandangan yang sangat biasa. Sangking biasanya, mereka tidak perlu menoleh pada serpihan gelas yang Sebastian lempar ke arah dinding."Aku, paling tidak menyukai mulut yang tidak bisa tegas mengatakan dengan jelas perasaannya. Apa dia pikir aku mempunyai banyak stok kesabaran?!" Kedua mata Sebastian memicing tajam. Begitu tajam dan menakutkannya sorot mata itu hingga membuat Celvin, dan Zoe tertunduk, menahan kaki mereka yang melemas."Apa yang harus kami lakukan, Tuan?" Edward memberanikan diri membuka suara. Walau bagaimanapun ia harus bicara. Sudah satu jam Sebastian memanggil dirinya dan dua orang lainnya ke ruang bawah tanah. Dan selama satu jam itu mereka hanya memandangi Sebastian yang meluapkan emosinya.Pandangan matanya beralih pada sudut ruangan, entah sudah berapa gelas yang Sebastian lempar. Tumpukan pecahan kaca membuat ia kesulitan mengin
BCB Royal Bank masih ramai dan sibuk seperti biasanya, terutama saat pagi hari seperti ini. Namun meski sibuk, mereka tetap memberi hormat saat Sebastian datang. Bukan menjadi hal yang aneh, walau pria itu mewarisi jabatan dari ayahnya, tetapi kharisma pemimpin dan kecakapannya mampu membius setiap pasang mata yang melihatnya.Sebastian dan Edward melenggang begitu saja masuk ke dalam lift, kemudian pergi ke ruang kerjanya. Pria itu baru saja masuk, dan seorang wanita langsung datang memberi secangkir coffee. Tapi sebelum wanita itu berhasil melewati ambang pintu, seseorang merebut nampan yang ia bawa. "Apa Kakak sudah lama mengenali pelayan ini?"Seorang wanita berdiri di hadapan Sebastian, meletakkan cangkir coffee di atas meja kerjanya. Rambut kecoklatannya terurai bebas, warna bola matanya pun senada dengan rambutnya. Riasan wajah deep matte dan lipstik berwarna nude menambah kesan keanggunan yang menawan."Maksudku, dengan kejadian yang baru saja terjadi, apakah kakak yakin akan
Terlepas dari segala kepahitan dan kesialan dalam hidupnya, Angela tetap adalah seorang wanita normal. Hatinya masih bisa merasakan sakit atau bahkan ketertarikan pada mahakarya ciptaan Tuhan.Saat masuk keruangan Sebastian tadi, tenggorokan Angela tercekat saat matanya melihat ke bahu Sebastian yang lebar, tubuh yang terbentuk sempurna dan cambang yang terlihat samar-samar di pipinya. Itu semua membuat Angela kesulitan menelan ludah Ya, Angela masih seorang wanita biasa. Dan juga sudah seharian ia tidak melihat wajah tampan suaminya. Apakah mungkin ia rindu? Perasaan rindukah yang membawa kakinya sampai di kantor Sebastian pagi ini?Satu lagi yang harus diakui oleh Angela. Darahnya ternyata masih mengalir dengan deras, detak jantungnya masih bisa berdegup kencang bukan karena rasa takut. Dan ini adalah sesuatu yang bodoh. Yang paling bodoh adalah saat aku tidak mampu berpaling dari matanya, pikir Angela. Bahkan ketika Sebastian secara terang-terangan menunjuk
Dengan semangat itu, tidak sulit bagi Angela untuk menemukan alamat Philip. Mobil Angela sampai pada rumah putih bangunan model lama dengan taman yang cukup luas di depannya.Angela melemaskan pundaknya, “Siap?”“Apa aku punya pilihan lain?” Pandangan wajah Frisca tampak tidak terlalu peduli. Tanpa menunggu perintah, ia keluar terlebih dulu dari dalam mobil.Angela dan Frisca berdiri, jari telunjuk Frisca menekan bel pintu. Seorang laki-laki tinggi, berperawakan kurus dan kulit coklat membuka pintu. Sepertinya ia tidak suka dengan kedatangan tamunya. Mulutnya tidak berkata apapun, sebaliknya, pandangan matanya sudah sangat mewakili bertanya tentang alasan kelahiran dua orang wanita asing di depan pintunya pada pagi hari jam sepuluh pagi.“Philip Reahan?” Tanya Angela dengan ekspresi wajah seriusnya.Philip memicingkan mata, berusaha mencerna wajah dua orang wanita di depannya. Berusaha mengingat apakah ia pernah mengenal mereka tapi sekuat apapun ia berusaha mengingat, ia belum pernah
Tim olah TKP telah berada di lokasi. Beberapa orang mengerumuni rumah Philip Reagen. Di dalam rumah, tampak banyak petugas polisi dan olah forensik. Rumput-rumput yang tumbuh pendek nampak coklat dan tandus. Gerimis mulai turun. Sudah masuk musim dingin. Edward menarik penutup yang ada di tempat parkir mobil, yang berjarak tidak jauh dari rumah Philip. Tim olah TKP pasti sudah menemukan sesuatu sekarang.Sambil melawan hawa dingin, Sebastian turun dari mobil SUV Rolls-Royce Cullinan yang tinggi dan mengambil jalan melewati kubangan es dengan sepatu yang sudah dipilihnya cocok dengan kondisi itu. Tubuh besar Edward berjalan di sampingnya. Sudah empat jam sejak ia menerima telepon Angela dan juga kepala penyelidik. Ia sengaja mengulur waktu, sejak awal situasi ini berada dalam jangkauannya.Ia tahu kemana Angela pergi, seorang bawahannya mengikuti Angela kemanapu
Mereka belum menanyakan detail tentang alasan kedatanganku, pikir Angela cemas, sambil memperhatikan kendaraan Sebastian dan Edward yang mulai pergi. Setengah lusin personel olah TKP telah tiba, dipimpin oleh seorang petugas berkumis tipis, bertubuh tinggi, kulit coklatnya terlihat makin terang saat terkena sinar matahari. Walau tidak setinggi Sebastian, namun Angela memperkirakan tingginya mencapai 180 cm. Laki-laki itu, sepertinya aku mengenalnya... Angela tertawa pelan. Ia bahkan tidak mengerti mengapa saat ini ia justru memikirkan perkiraan tinggi badan seorang pria asing. Sejujurnya, ia memerlukan pengalih perhatian dari kejadian yang baru saja ia alami. Semua orang telah meninggalkannya sendirian kecuali petugas medis. Tidak ada seorangpun yang memaksanya memberikan keterangan lebih dari apa yang dikatakannya tadi. Termasuk Sebastian. Wanita itu memejamkan mata, berusaha memulihkan sendiri rasa kecewa yang menyesakkan dada. Wajarkah ia merasakan kecewa? Ditinggalkan sendiri s
Anthony memperhatikan seksama bayangan wajahnya di cermin arah belakang mobilnya. Lingkaran hitam dibawah matanya sekarang tidak terlihat sama sekali. Ia baru saja bisa tidur nyenyak selama tiga hari belakangan ini setelah menyelesaikan kasus pembunuhan di sudut kota Dallas. Kasus yang menyebalkan yang terpaksa harus ditutup karena kekurangan bukti untuk menjerat pelaku. Pagi tadi saat ia mendapat telepon dari atasannya tentang kasus bunuh diri ini. Ia sengaja membentuk rambutnya lebih lama dan menyemprotkan sedikit body cologne ke tubuhnya, berharap sesuatu yang baik akan terjadi hari ini. Dan lihatlah, perasaannya memang masih setajam dulu. Siapa yang menyangka dia akan kembali bertemu dengan cinta pertamanya sewaktu kecil dulu? Sudut matanya menangkap sebuah mobil sedan porsche yang baru saja mendahului mobilnya. Mobil Angela. Sial, kehidupan cintanya sangat payah hingga ia membuat gerakan bodoh dengan menawarkan tumpangan pada seorang wanita yang sudah menikah yang jelas-jelas t
Di dalam walk in closet, Sebastian melepas jas dan kemejanya, lalu membuangnya begitu saja. Punggung bidangnya terlihat cukup kuat nan kekar, satu bekas luka melintang yang dijahit asal terlihat sangat jelas karena panjangnya. Setelah melepas kemeja, dia mengambil kaos dari lemari dan memakainya.“Kamu pandai berbohong sekarang,” Sebastian mengejek Edward yang baru saja menjawab panggilan telepon dari Angela.“Tidak, Tuan. Saya baru saja menyelamatkan anda. Tuan akan menengguk hasilnya nanti.”“Tarik ulur, huh?” tanya Sebastian sambil tersenyum kecil.Edward mengangguk mantap, “Percaya pada saya, Tuan.”Sebastian mengangguk pelan, seketika padangan matanya berubah, seperti seekor harimu yang baru saja di bangunkan dari tidurnya dengan sengaja.Tepat pada momen krusial seperti itu, Edward justru memberi Sebastian sebuah senjata laras pendek beserta pelurunya. Seulas senyum licik tiba-tiba tergambar jelas di wajah Sebastian. Sambil menatap Edward, Sebastian memasukkan pelurunya satu per