"Tapi cari dimana mas?" Akhirnya Sandra membuka suara.
"Cari di toko retail kan ada banyak! Pakai otak kamulah! Kamu sudah dewasa! Masa nggak bisa mikir!" Rayhan melontarkan kata kata yang cukup kasar."Ini karena kamu egois! Kamu tidak patuh kepada suami! Kamu malah sibuk meladeni kemarahan Wulan!" Rayhan mengomel dengan ketus."Iya mas! Aku tahu! Aku salah! Hanya aku yang salah! Tak perlu kamu ulangi percakapan itu lagi! Mungkin benar kata Wulan! Kue ku rasanya tidak enak! Layak untuk dibuang ke tempat sampah! Apa kamu sudah puas menghinaku?" Sandra kesal.Sandra pergi meninggalkan rumah, ia berjalan di pinggir trotoar sambil menangis."Hanya perkara air galon. Kenapa sampai seperti ini kamu menghinaku?" gumam Sandra dalam hati.Sandra memutuskan untuk menghubungi Arya dan meminta pertolongan darinya."Tut! Tut!""Ya sayang. Tumben menelepon. Ada apa?" tanya Arya dari sebrang telepon."Aku butuh air"Aku pergi ke toko kue untuk menggantikan kue kueku, yang sudah dihancurkan oleh Wulan. Jika aku tak segera mengirim kue ke tempat Mama, Mama yang akan memarahiku nanti," sahut Sandra."Lalu dari mana kamu dapatkan baju itu? Baju itu rancangan desainer terkenal, seluruh uang di ATM mu saja tak akan dapat membelinya!" tanya Rayhan dengan mata menelisik."Kenapa aku tidak bisa membelinya? Aku selalu menyisihkan sisa uang belanja pemberianmu untuk ku tabung." Sandra mencoba untuk berkelit."Menyisihkan uang belanja?" Rayhan ragu. Sandra hanya mengangguk tanpa mengeluarkan sepatah katapun."Apa kau yakin, kalau kau menyisihkan uang belanja demi bisa membeli baju itu?" Rayhan kembali melontarkan pertanyaan."Jika aku tak menabung, darimana aku dapatkan uangnya?" tukas Sandra."Dan untuk air galon, sebentar lagi air akan datang. Kamu tunggu saja." Sandra bicara lagi.Tiga puluh menit berlalu, Tarjo dengan wajah kebingungan mas
Wulan menghentikan gerakan tangannya, ia tersadar jika ia meminum racun, dirinya juga akan ikut tiada."Arrrrgggghhh sial sekali hidupku. Kenapa aku ceroboh. Andai aku menggunakan kond*m waktu itu. Semua ini pasti tak akan terjadi," ucap Wulan sambil memukuli perutnya sendiri.Apa yang sedang diperbuat Wulan ternyata dilihat oleh tukang kebun rumahnya, ia dengan cepat menghampiri majikannya itu."Non Wulan sedang apa di sini? Kenapa memegang botol berisi racun serangga?" tanya si tukang kebun."Apa sih Pak? Ikut campur urusan aku aja! Ini ku kembalikan botolnya," jawab Wulan ketus.Wulan berlalu dari kamar tukang kebun, dan pergi menuju ruang tamu. Di sana sudah ada banyak tamu undangan beserta para Guru spiritual, ayahnya. Ia memundurkan langkahnya ke belakang tapi di cegah oleh sang Ibu."Mama! Sejak kapan mama berdiri di sini?" tanya Wulan, kaget."Sejak tadi. Mama mengamati setiap gerak gerikmu. Kamu mau kemana? Ayo
Sandra pergi ke luar rumah dan menitipkan Ana kepada suaminya."Tolong jaga Ana! Aku harus keluar mencari anak kesayangan Ibumu!" Sandra bicara sembari menatap lekat wajah suaminya.Ia keluar dari rumah besar Lantana dengan berjalan kaki. Sepanjang jalan, Sandra merasa sakit hati sebab penghinaan Ayunda terngiang ngiang di telinganya."Selalu aku yang di salahkan. Apapun yang terjadi di dalam rumah ini, hanya salahku," gumam Sandra.Sementara itu, Ayah dan Ibu mertua Wulan yang sudah masuk ke dalam rumah juga mendengar kalau Wulan tidak ada disana."Wulan kabur ya Pak?" tanya Anik kepada suaminya."Sepertinya begitu Bu," jawab Pak Karso seraya menghela nafas panjang."Kalau bukan karena kebaikan Pak Dani, aku nggak akan pernah setuju dengan pernikahan Aryo dan Wulan," ucap Anik."Iya Bu. Aku paham bagaimana perasaanmu. Tapi kita tidak mungkin membiarkan Pak Dani mengalami musibah ini sendirian," sahut Karso.
Jantung Arya berdegup makin kencang. Ia berjongkok tepat di dekat tubuh si wanita yang tak bergerak sedikitpun."Sandra," ucap Arya sembari memegangi tubuh wanita tersebut dan membalikkannya. Arya menyibakkan rambut si wanita.Ia menghela nafas lega ketika melihat wajah wanita itu, bukanlah wajah Sandra, kekasihnya."Ternyata bukan Sandra. Hampir saja aku mati berdiri karena mengira dia adalah Sandra!" batin Arya.Arya kembali ke mobilnya. Setelah mencari selama beberapa waktu, ia akhirnya menemukan Sandra sedang duduk sendirian di bawah pohon Angsana, di sekitar komplek perumahan mertuanya."Sayang, sedang apa di sini?" tanya Arya sembari menepuk lembut bahu kekasihnya."Tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin sendirian saja," jawab Sandra singkat."Aku tahu, kau marah karena mertuamu memarahimu," ucap Arya."Iya aku yang salah. Harusnya aku menjaga Wulan. Aku selalu salah. Aku tadi bukan tak ingin menjaganya, tapi
Wulan duduk termenung di depan ruang operasi. Dia memikirkan matang - matang mengenai keputusannya memilih untuk aborsi. Setelah yakin dengan pilihannya, ia berdiri dari tempatnya duduk."Oee oee oee." Suara tangisan bayi terdengar kencang hingga keluar ruangan."Bayi wanita itu telah lahir," ucap Wulan lirih.Wulan membalikkan badan menuju ke ruang administrasi, untuk mendaftarkan diri bertemu dengan Dokter kandungan.Hanya beberapa langkah kakinya menapak, samar - samar terdengar suara kepanikan dari dalam ruang bersalin."Rahim di sisi kiri robek setelah dijahit, Dok!""Ambil benang gut, dan jahit sisi kirinya.""Maaf dok, sisi kiri dekat leher rahim mengeluarkan banyak nanah.""Ini artinya terdapat infeksi dengan leher rahim, cepat periksa catatan medisnya. Apakah pasien pernah melakukan aborsi sebelumnya?" ucap Dokter kepada salah seorang asisten perawat."Ya Dok. Pasien sudah pernah melakukan abor
"Apa kau tahu, apa itu aborsi? Aborsi tidak bisa dilakukan dengan sembarangan. Aborsi hanya dapat dilakukan jika terdapat alasan medis yang mungkin dapat membahayakan nyawa ibu atau calon bayi Ibu nantinya!" Dokter, menjelaskan."Sekarang katakan kepada saya, apa alasan anda ingin melakukan aborsi? Sebab saya lihat, catatan medis anda baik baik saja!" ucap Sang Dokter, tegas."Saya tidak mau melahirkan bayi ini, itu saja. Saya kan yang mengandung, jadi terserah saya, mau saya lahirkan atau tidak!" jawab Wulan dengan nada kesal.Dokter mengamati nama pasien yang ada pada form pendaftaran. Jelas terpampang disana nama Wulan Wijaya."Kamu adik dari Rayhan Wijaya?" tanya Dokter."Iya dok, betul sekali. Dokter kenal dengan kakak saya?" tanya Wulan, heran.Dokter Vita tidak menjawab pertanyaan Wulan, ia lantas menghubungi Rayhan secara diam-diam menggunakan handphone miliknya. Ia juga mengecilkan nada suara handphone tersebut sehingga
Sandra menahan tangis karena penghinaan suaminya yang diberikan kepadanya. Kedua anak mereka menatap sedih, kepada Ibu mereka yang mengalami kekerasan.Sesampainya di rumah, Sandra hanya diam di dalam kamar. Ia enggan keluar dari dalam kamar. Ia merasa malu dengan dirinya sendiri terlebih dengan kedua anaknya."Aku ini Ibu macam apa? Katanya Ibu yang baik akan bisa menjaga anak anaknya. Tapi aku bahkan tak bisa menjaga diriku sendiri!" Sandra menutupi wajahnya dan menangis."Kerjaanmu hanya menangis saja!" Tiba tiba Rayhan sampai di kamar. Ia mengeluhkan sikap Sandra."Apapun yang aku lakukan selalu salah! Bahkan saat menangis, aku juga salah!" sahut Sandra."BRak!" Rayhan menutup pintu kamar dengan cara membantingnya."Kau bilang apa barusan? Beraninya kau menjawab setiap kata kataku!" pekik Rayhan dengan mata melotot.Sandra kali ini terdiam. Ia menggigil ketakutan. Rayhan kembali menarik ikat pinggangnya dan memukuli istrinya."CetAr!" Suara ikat pinggang terdengar bergetar ketika
Dodi dengan ragu berjalan mendekati Wulan. Wajahnya mulai memerah melihat lembah merah delima yang terpampang jelas di depan matanya."Kau menyukainya kan? Tunggu apa lagi?" tanya Wulan."Aku aku," ucap Dodi gagap.Wulan bangkit berdiri dan memeluk supir pribadi Kakaknya tersebut. Wulan tanpa ragu juga menautkan bibirnya ke bibir Dodi.Menerima serangan sensual dari sang majikan yang begitu panas, membuat Dodi tak kuasa untuk menahan diri. Tangan pria itu mulai bergerak menjelajahi tempat tempat yang tersembunyi.Wulan yang sudah tak mengenakan sehelai benangpun, naik ke atas tubuh Dodi. Ia mencoba merayu Dodi agar mau melepaskan senjata ke dalam tempat kecilnya."Tanggalkan semua yang kau kenakan," bisik Wulan."Aku tidak bisa. Kau sedang hamil. Pantang bagiku berhubungan ranjang dengan wanita hamil," jawab Dodi."Apa? Lalu bagimana sekarang? Kau akan membiarkan lembah merah ini basah sendirian tanpa kehangata