Share

Dekapan Hangat

"Ah, ya ampun," desahku untuk kesekian kali sambil menutup buku besar yang semakin tidak masuk akal isinya.

Malam ini memang jadi sangat panjang tapi bukan lantaran aku sibuk bekerja melainkan memikirkan keculasan Hendra.

Hatiku tak bisa menerima bila orang sebaik dia rupanya menusuk dari belakang. Kenapa harus Hendra?

Sebab terlalu malas melanjutkan pekerjaan, aku membuka gawai yang sejak tadi sengaja kumatikan. Belasan pesan dan puluhan panggilan masuk dari Cipta, Ambar, Chris, bahkan Hendra sudah mengantri.

Kubalas pesan Cipta lebih dulu sebelum meneliti isi pesan Hendra.

[Tiara, maaf sudah bikin kamu kecewa. Tapi kejadian yang sebenarnya bukan seperti itu]

[Tiara, kamu dimana?]

[Tiara, tolong angkat teleponku]

...

Dan pesan-pesan lain yang isinya kurang lebih sama.

Kutatap jam di layar gawai, ternyata sudah lewat tengah malam. Sebab terlalu bingung mau berbuat apa, kulempar benda itu
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status