Andai tidak ingat akan jasa Elang padanya sebagai mentor, mungkin Gian akan melempar Elang ke jalanan sambil berkendara.Baiklah, tikus putih itu ingin tempat tidur empuk dan nyaman beserta camilan enak. Baiklah! Gian akan penuhi itu semua!Maka, dia kembali berkendara, namun bukan mencari hotel, melainkan mendatangi toko peralatan bayi.“Ya, Mas? Ingin beli apa?” tanya pramuniaga saat melihat Gian memasuki tokonya.“Saya ingin beli bantal bayi kualitas bagus, alas plastik yang bagus dan selimut yang halus lembut.” Gian tidak pernah melepas masker warna hitam yang menutupi setengah wajahnya setiap dia berinteraksi dengan orang lain dalam pelarian ini.“Oh, baiklah.” Pramuniaga segera mencarikan apa yang diminta Gian. Setelah itu, semua barang dibayar dan dibawa pergi si remaja.Setelah dari toko peralatan bayi, Gian beralih ke sebuah petshop untuk membeli makanan kucing kering kualitas terbaik.Karena mencium bau sesuatu yang disuka, Elang menyembul keluar dari tas dan naik ke bahu Gi
Di layar ponselnya, terlihat Wina sedikit kesal dan tak nyaman ketika dia malah dikejar informasi oleh wartawan yang mengerubunginya.“Tolong, jangan begini. Aku dan dia sudah lama berpisah, dan tak ada kaitan lagi. Tolong jangan kejar aku karena aku tak tahu apa-apa mengenai dia.” Lalu, Wina bergegas masuk ke dalam mobil dan meninggalkan wartawan.Gian cukup berterima kasih karena Wina tidak menjelek-jelekkan dia, tidak seperti teman-teman sekelasnya yang menggunakan ajang ini untuk merendahkan dan membuat nama Gian makin buruk.Kemudian, tak sengaja dia melihat postingan video lainnya ketika kedua kakaknya mulai diundang di beberapa stasiun televisi dan berbagai podcast. Mereka semua berkicau mengenai betapa biadabnya Gian dalam memperlakukan mereka.Tangan Gian terkepal erat. Bisa-bisanya mereka memutarbalikkan fakta! Mengatakan Gian bocah aneh sejak kecil, Gian yang kasar dari kecil dan selalu ingin dituruti?Sialan!Gian tak tahan dan dia berlari ke atas atap dan meraung kesal. S
Sulur listrik Gian sudah menempel di atas meja besar tadi dan berniat mengangkatnya. Ketika meja terangkat, alangkah senangnya Gian. Dia tersenyum lebar.Elang masih terus memperhatikannya dengan lekat.Gian kini berjuang memindahkan meja itu ke sudut lain ruangan seperti perintah Elang. Namun, baru saja meja melayang di pertengahan jalan, Gian sudah tak kuat.Bumm!Meja berdebum ketika jatuh ke lantai, mengakibatkan debu beterbangan ke sekelilingnya.Gian merosot ke lantai sambil terengah-engah. Rupanya dia sudah mencapai batas limit kekuatan fisiknya saat ini.“Huh! Latih lagi yang benar nanti setelah kau makan dan mengumpulkan tenaga!” Elang kembali ke rooftop dan mendapati tempat itu sudah bermandikan cahaya matahari.Ketika Gian tiba di rooftop, Elang berkata, “Bocah, sediakan tempat berlindung yang nyaman! Atap ini hanya nyaman ketika malam saja, tidak ketika matahari sudah muncul!”“Ya.” Dengan tenaga lemas, Gian menyahut, lalu membereskan tempat tidur Elang untuk dicarikan tem
Menjadi monster.Memang tidak sampai berubah fisik seperti monster yang ada di film-film, tapi ini lebih ke karakter dan kemampuan saja.Gian mengirup napas panjang. Dia sudah sangat disalahpahami oleh banyak orang. Dia telah dihujat sebagai anak durhaka dan disebut monster.Tak ada lagi celah baginya untuk menjelaskan mengenai dirinya di hadapan masyarakat yang telah terlanjur tercuci otak oleh orang-orang yang membenci dia.Hm, sepertinya saran dari Elang tidak ada salahnya juga.“Nah, kau sudah paham sekarang, Bocah?” Elang melirik Gian yang sepertinya telah menelan dengan baik nasehatnya.Gian mengangguk, dia memang tidak bisa menghindari takdir menjadi monster apabila keadaan sudah sejauh begini.“Kalau begitu, kita tidak perlu lagi bersembunyi seperti tikus got, tak perlu lagi bersembunyi seperti pengecut dan pecundang, kau mengerti, Bocah? Kau ini spesial dan hebat, untuk apa malah mengalah pada mereka yang ingin merendahkanmu? Apakah kau ingin seumur hidup direndahkan?” Elang
“Arrghh!” Banyak warga menjerit ketika trafo di tiang listrik memberikan ledakan kecil dan percikan api mulai terlihat. Seketika, listrik di area itu menjadi padam.“Monster Listrik mengamuk!”“Monsternya mengamuk!”“Lari! Lari!”“Selamatkan nyawa kalian!”“Ada monster! Lari!”Seketika, para warga mulai berteriak sambil berlari kocar-kacir ketakutan setelah mereka melihat sendiri bagaimana mengerikannya kekuatan listrik dari Gian. Demikian pula pak RT yang awalnya memang sudah gemetar, kini Beliau lari paling duluan.Gian melihat orang-orang yang kabur ke segala arah, mirip seperti gerombolan semut yang diinjak dan mereka serabutan menyebar dengan panik. Melihat kejadian di bawah sana, dia terkekeh, apalagi mengkaitkan itu dengan semut.“Ya, bisa kupahami, bahwa manusia kelas rendah memang sudah terbiasa bergerak bersama-sama. Mereka hanya berani jika berkelompok dan tak ada yang memiliki nyali menghadapi sendirian. Itulah golongan manusia rendahan.” Elang sudah muncul di bahu Gian.I
Baru saja Logan dan gengnya selesai bersenang-senang sebentar di sebuah kelab malam dan mereka berencana ke kelab malam berikutnya. Di masing-masing pelukan mereka ada wanita muda dengan pakaian minim dan dandanan seronok.Motor Gian berhenti di dekat mereka dan dia membuka helmnya, menampilkan wajah tampannya tanpa ragu, tidak lagi bermasker.“Rasanya lama tidak bertemu dengan sampah seperti kalian.” Gian menyapa Logan dan gengnya.Mata Logan dan gengnya seketika terfokus pada sosok yang ada di dekat mereka.“G—Gian!” pekik Logan dengan wajah terkesiap, benar-benar tidak siap menerima kehadiran Gian di dekatnya secara nyata.“Baguslah kau masih mengingat namaku.” Gian menyeringai tanpa turun dari motornya. Kemudian, dia memberikan sindiran, “Tapi, bukankah kau sudah sering menyebutku monster di sana dan sini? Tumben sekali kau masih memanggilku dengan nama? Sepertinya kau kurang lama di penjara.”Logan ketakutan, demikian pula kawan-kawannya yang berjumlah lima orang.“A—aku tidak in
Setelah memikirkan dengan baik dan seksama, akhirnya Gian teringat akan kedua kakaknya yang sudah sangat keterlaluan memfitnah dia di berbagai acara televisi dan podcast.Maka, tanpa berlama-lama, motor dipacu ke arah rumah keluarganya.Namun, pada kenyataannya, ketika Gian tiba di rumahnya di dalam sebuah gang tengah kota, rumah itu sudah ditinggalkan.Hanya satu dugaan yang ada di kepala Gian, keluarganya pindah atau mengungsi karena takut ditemui dia. Ya, sepertinya semacam itu.Saat Gian hendak melaju lagi dengan motornya, tiba-tiba saja muncul seorang wanita dari rumah di sebelah rumah Gian.“Ah!” Wanita itu terkejut mendapati Gian di sana, keluar dari gerbang rumahnya. Dia sungguh tidak mengira akan bertemu dengan si monster yang terkenal belakangan hari ini.Gian tidak melakukan apapun pada wanita itu karena si wanita sudah masuk kembali ke rumahnya dan mengunci pintu rumah.Sebenarnya, bisa saja Gian menerobos masuk dan memberikan ancaman pada wanita itu untuk mencari keberada
Namun, ketika ayah Ardi sudah menapakkan kakinya di teras depan, nyalinya mendadak berkerut ketika bertatapan pandang dengan Gian.“Halo, Om!” Gian melambaikan tangannya dengan santai pada ayahnya Ardi.“Ha—halo, Gian.” Ayah Ardi secara canggung membalas sapaan Gian.Tak berapa lama, ibu Ardi juga ikut keluar dan berjalan takut penuh waswas sambil melihat ke Gian. “Gi—Gian?” sapanya ketika melihat bahwa anak dan suaminya tidak kenapa-kenapa setelah menyapa Gian.“Halo, Tante!” Gian tersenyum sambil melambaikan tangan ke ibu Ardi.“Kak, aku tidak akan dijahati, kan?” tanya Ardi lagi sebagai bentuk memastikan akan keselamatannya. Dia ingin lebih mendekat ke Gian.“Tentu saja tidak!” balas Gian dengan wajah ramah. “Kalau kamu tidak jahat ke Kakak, untuk apa Kakak jahat ke kamu?” Dia mengerling jenaka ke Ardi.Ini menyebabkan Ardi makin berani melangkah keluar rumah. Namun, lekas saja ayah dan ibunya menahan bocah remaja itu.“Mah, Pah! Kak Gian ini baik, kok! Dia bilang tidak akan jahati