Jack mengemudikan mobil berwarna biru elektrik dengan brand Ferrari keluar dari pakiran dan mampir ke salah satu toko penjual bunga mawar. Jack membeli dua ikat bunga mawar. Satunya tentu untuk sang istri tercinta yang merupakan janda dari Ruzel.
Mata Raven menatapi Jack yang masuk ke dalam mobil dan meletakkan dua buket bunga mawar merah di samping driver.
Sebenarnya Raven ingin memberikan bunga mawar merah untuk Ruster. tapi ia tidak berani melakukannya, mengingat Ruster takut dengan mawar merah.
"Apa aku beli warna lain?" batin Raven.
melihat jack belum menjalankan mobilnya, Raven meminta Jack keluar lagi untuk membeli bunga mawar pink atau putih. tanpa banyak tanya, Jack menuruti permintaan tuannya. untuk membeli bunga mawar yang berwarna pink pudar.
Pelayan toko bunga hanya memasang senyuman melihat Jack yang menatapi bunga mawar pink sambil senyum-senyum. selesai membayar, Jack keluar dari dalam toko dan masuk lahi ke dalam mobil, ia me
Di perusahan Wings, Gilbert Wings masuk ke dalam ruangan kantornya dengan satu nampan berisi minuman dan sedikit makanan ringan dan di ikutin oleh seorang seketaris Gilbert Wings untuk menaruh nampan tersebut di atas meja tamu. mata Raven melirik sekilas makanan tersebut.“Silahkan di cicipi,” ucap seketaris Gilbert dan sekaligus pamit keluar ruangan.“Tidak perlu repot-repot,” balas Raven yang melihat Gilbert Wings duduk dengan menyekat keringat dingin. Kemudian matanya ke arah Liam Sein.“Tidak merepotkan kok,” balas Gilbert Wings yang berusaha bersikap santai mungkin. Karena aura Raven yang di kira sebagai Romeo sungguh menekan mentalnya.“Jack,” ucap Raven dengan mengangkat salah satu tangannya, sebagai perintah untuk meminta Jack yang berbicara.Jack segera menyerahkan satu berkas yang siap di tandatangani oleh Gilbert Wings.“Apa ini?” tanya Gilbert Wings yang masih pena
Gilbert Wings sampai melonggo melihat sikap putrinya yang semakin gimana gitu.***Mobil yang di kendarai oleh Jack sampai di pakiran mobil khusus para petinggi di perusahaan Van Diora."Tuan, anda mau keman lagi?" tanya Jack yang hendak mengikuti Raven pergi. saat Raven keluar dari dalam mobil sambil berpikir dengan tangan menyentuh dagunya yang kini di tumbuhi jambang agak lebat."Aku mau kembali ke rumah, kamu masuk saja ke perusahaan."Jack langsung mematuhi perkataan Raven dan sempat melirik Raven masuk kedalam mobil dan mengemudikan mobil mewah itu pergu dari arah pakiran. baru lah, jack masuk ke dalam lift dengan tenang.Raven memilih pulang ke rumah daripada masuk ke dalam kantor. Sampai di dalam, Raven baru ingat dengan perkataan Ruster soal ibu mertuanya yang datang bertamu. Merasa tidak enak dan nyaman, Raven memutuskan untuk menunggu di dalam mobil. Tapi
Raven membalas tatapan kemarahan Ruster dengan sebuah senyuman lembut yang melelehkan hati Ruster yang tidak jadi untuk memarahi Raven.Di depan pintu, Romeo yang sedari diam. kini mulai bersuara“Hmmmm…. Aku mau juga dong,” ucap Romeo yang sedari melihat percintaan panas barusan dan ia juga ingin memakai trik yang sama dengan Raven. Untuk main di bagian atas Ruster yang berisi padat itu dan ingin tahu bagaimana sensasinya.“Tidak,” tolak Ruster yang tidak mau di setubuhi dengan gaya yang ternyata memuaskan para suaminya dan ia tidak mendapatkannya.Romeo terkekeh garing melihat penolakkan Ruster yang ternayat lebih membangkitkan gairahnya yang semakin meninggi.“Aku ingin mendapatkan apa yang menjadi bagianku. tidak ada pilih kasih dalam memperlakukan para suamimu, Sayang.”Mata Ruster melihat Romeo melepaskan pakaian sendiri dan Raven memilih pergi karena ia tidak suka mandi terlalu malam yang tid
Ruster berjalan pelan dan memasuki ruang kerja Raven, ia membawakan satu gelas coklat panas dan sepotong cake yang banyak cream dengan atasan ada buah strobery. Makanan dan minuman di taruh di atas meja kerja, Ruster mengulum senyumannya. Ia senang Raven tidak menyadari kehadirannya. karena pria itu gila kerja dan telalu serius dengan urusan kantor. Dengan perlahan-lahan, Ruster berjalan mengintari meja dan berakhir di belakang Raven.Pelukkan hangat dan sensual membuat Raven menaruh berkas perusahan Wings di atas meja kerja.“Kenapa belum tidur siang?” ucap Raven yang menarik Ruster untuk duduk di atas pangkuannya.“Karena tidak ada yang menemani,” lirih Ruster yang bermanja-manja pada Raven.“Meo kemana?” tanya Raven tetiba.“Mengantar Keith dan ibu kebandara, jadi aku sendirian di dalam kamar. Lalu aku tidak bisa tidur,” gerutu Ruster dengan nada manjanya. Ia membuka satu perkancing kemeja Raven hi
Seorang pria mulai berjalan ke arah dapur, setelah langkah Romeo terhenti.“Honey, kamu mulai bandel. Aku sudah bilang jangan kerja keras,” timpal Raven yang lebih parah dari penampilan Romeo. karena, Raven belum mengancing kemeja putihnya, bahkan rambutnya masih berantahkan. sikap posesif Raven terhadap istrinya, membuat ruster memutar matanya.Ruster berjalan ke arah salah satu suaminya.“Pagi hubby, aku tidak kerja keras. Hanya membuatkan sarapan ringan,” balas Ruster yang memeluk Romeo lalu memeluk Raven.Mata Raven menurun menatapi wajah berseri-seri istrinya, ia tidak bisa marah lagi. selain hanya memasang wajah tersenyum, saat Ruster mengancingkan semua kancing di kemeja putihnya.“Ven, aku sudah bilang berapa kali. Keringkan dulu rambutmu,” celoteh Romeo yang mengeringkan rambut kembaranya.Romeo sebenarnya sudah jengkel dengan sikap Raven yang selalu menyusahkan. Tapi sekaligus senang, karena mere
"Jika pengaruh, aku orang pertama yang akan kena duluan. daripada kalian berdua yang hmmm," balas Lius Versalius yang mengantungkan kalimatnya. ia tidak akan membahas seks menyimpang dari kedua sahabatnya yang tidak normal."Jadi sudah berapa tahun kau sterilisasikan diri?" tanya Romeo yang penasaran. berbeda dengan Raven yang hanya diam."Sudah hampir enam tahun, anak kedua sudah berusia tujuh tahun. jadi sudah cukup lama dan kegiatan panas di atas ranjang tak pernah pudar," jelas Lius Versalius menjilati bibirnya dengan maksud tertentu yang hanya bisa di pahami kedua kembar. karena keduanya memiliki kegiatan seks yang besar.“Ck, sial. Kau memang brengsek,” umpat Romeo yang kesal dengan sikap Lius yang seolah mengejeknya.Sedangkan Raven hanya diam tidak bersuara. ia hanya melirik pertengkaran Romeo dan Lius sejak tadi.“Ven, kamu baik-baik saja?” ucap Lius yang menyentuh dahi Raven, untuk memastikan Raven tidak demam.
Lius Versalius menatapi kedua kembar dengan senyuman penuh maksud."Terserah sih, aku mau ajak kalian makan sehat. baru kita mulai operasinya," jelas Lius Versalius yang menatapi Raven dan Romeo bersamaan."Sekarang masih bisa, jika siang ini tidak bisa. aku harus pulang ke rumah untuk asuh anak. istriku mau jalan sama temannya," balas Raven jujur."Aku bisa sih?" timpal Romeo dengan senyuman."Tidak enak makan sama dirimu, terasa janggal. bagaimana jika besok kita makan dulu baru esok lakukan operasi. tenang saja, dengan aku mah gratis dan cepat. tidak perlu biaya?" jelas Lius Versalius yang menolak tawaran Romeo secara halus."Benar juga, enak bersama-sama. jika tanpa Raven terasa jangal," balas Romeo yang melirik ke arah Raven.Raven membalas tatapan Romeo dengan tatapan kesal."Jangan marah Ven," ujar Romeo lirih sambil memeluk kembarannya."Melihat kalian, mata aku semakin sakit deh. lebih baik, kalian pulang saja daripada
Tepatnya, Lesti adalah kaki tangan kepercayaan Raven dalam urusan mengawasi Ruster. sehingga ia langsung melaporkan kepada Raven. jika Ruster dan Aelin sudah keluar dari dalam rumah. Di dalam kantor, Raven yang sudah selesai menyantap bekal buatan Ruster. bergegas untuk segera pulang ke rumah. "Mau aku antar tidak?" tanya Romeo yang melihat kembaranya meraih jas di kursi. "Ada Jimmy, yang antar aku pulang dan berapa pekerjaan minta Jack kirim ke rumah saja. aku kerjakan di rumah sambil mengasuh Time," perintah Raven pada Romeo yang ikutan berdiri dari tempat duduk. "Baiklah, aku akan meminta Jack mengantarkan berkas kantor untukmu. lalu perusahan Wings gimana?" tanya Romeo yang sudah tahu, perusahan itu akan bangkrut dalam waktu dekat. "Bayar saja semua utang perusahan itu dan gaji para pekerjannya. nanti kita lihat, mau di alihkan ke mana perusahan itu." "Bagaimana jika jadikan sebagai perusahan kain, mengingat perusahan itu awalnya b