Romeo yang pulang kerja awal, menatapi keduanya dengan tatapan cemburu.
“Ehhhmmmm, aku di lupakan?” dehem Romeo yang berjalan ke arah keduanya dan mendorong Raven menjauh dari Ruster.
Dahi Raven mengerut dalam, ia ingin protes tapi tidak jadi. Karena ia harus memindahkan Time ke dalam box bayi.
“Selamat pulang, Hubby.”
Romeo terkekeh pelan, mendengar panggilan Ruster untuknya dan merasakan kehangatan bibir Ruster di rahangnya yang kokoh.
“Meo, nanti selesai makan malam. Kita bahas pekerjaan di kantor. Aku rasa kerjaan bagian punyaku sudah menumpuk. Kau ada bawa pulang kan?” ucap Raven dengan maksud lainnya.
Romeo melirik ke arah kembarannya. yang seperti yang di katakan oleh Aelin kepadanya di dalam kantor.
“Bawa dong, kau ingin membunuh Jack juga kira-kira. Dia juga punya kehidupan pribadi,” balas Romeo juga dengan maksud lain yang hanya bisa di ketahui kedua kembar dengan maksud
Jalan berapa langkah, Raven meminta Jimmy untuk mengantarkan minuman dan berapa makanan untuk Liam Sein.“Tapi?” ragu Jimmy. Karena tugasnya mengawasi tuan muda Raven atas perintah sang ratu Reina Van Diora.“Aku baik-baik saja dan sekitar kita banyak bodyguard, lakukan saja tugas yang aku perintahkan. Untuk menyakinkan tamu ini. Bahwa aku adalah Romeo,” perintah Raven mutlak.Jimmy berjalan menjauh berapa langkah, sedikit-sedikit ia menatapi punggung tuanya yang menjauh. Berapa pembunuh bayaran yang merangkap menjadi pelayan di dalam rumah, langsung di tugaskan Jimmy untuk berjaga-jaga. Bagaimanapun, Jimmy sangat cemas dengan kenekatan tuan Raven yang susah di atur. Beda dengan Romeo yang masih bisa di atur.“Hai, maaf terlambat. Saya tadi sedang mandi?” alasan Raven dengan memasang senyuman palsu dan menjulurkan tanganya.“Maaf, aku datang mendadak. Ada yang harus aku bicarakan,” ucap Liam Sein yang
Jimmy memasang wajah ramah dan tenang kepada Romeo yang sedang bertanya padanya.“Sudah dan tuan Raven kembali ke kamar,” jelas Jimmy yang memberikan jalan keluar untuk Romeo dan seorang pelayan yang membantu Romeo membawa nampan berisi makanan.“Lalu orang itu curiga tidak?” tanya Romeo yang penasaran.“Tidak, tuan Raven duduk tenang dan tidak menyentuh makannya.”Romeo mengerutkan dahinya, ia sudah bisa menebak sikap Raven kali ini.“Ya sudah, lain kali tolong awasin Raven dengan teliti, selama aku tidak di rumah. Dia itu sungguh menaikkan tekanan darah,” perintah Romeo pada Jimmy yang masih di sampingnya.“Baik,” balas Jimmy dengan nada patuh.Romeo menaiki anak tangga satu persatu. Lalu masuk ke dalam kamar dan matanya melihat Raven sedang berbaring dengan posisi kepala di atas paha Ruster."Ck, dasar manja. Dikit-dikit pasti minta di manjakin sama istri," cibir Ro
“Ck. Sok romantic,” cibir Raven yang mendorong Romeo menjauh.Ruster terkekeh garing melihat kedua kelakuan suaminya yang tidak berubah. Yang berubah, hanya keduanya tidak sejahat dulu lagi.“Aku bantu Romeo mengerjakan tugas, nanti aku temani tidur. Sekarang sudah jam tidur, jangan baca novel punya ibu sampai larut malam,” nasehat Raven yang mengecup kening Ruster untuk pamit.“Iya,” balas Ruster yang langsung memeluk badan Raven dengan sikap manja.Raven kembali tersenyum bahagia dan menghadiahkan satu ciuman di bibir Ruster.“Ingat, jangan tidur terlalu malam.”Sebelum pergi, Raven masih mengingatkan Ruster untuk tidak tidur malam-malam.Ruster hanya mengulum senyumannya, ia tidak akan menjawab perkataan Raven yang selalu seperti itu.Raven berjalan ke arah ruang kerjanya dan di sana sudah ada Aelin yang duduk dengan menyilangkan kedua kakinya yang mulus.“Ck, ngak
Raven mengerutkan keningnya, ia berjalan menghampiri Romeo yang berdiri di depan pintu“Gara-gara wanita genit itu, aku jadi harus mandi lagi ck ck ck….” Decak Raven yang tidak terima mandi malam-malam di musim dingin.Romeo hanya terkekeh mendengar gerutu Raven.“Aku duluan ya, Bye. Jangan lupa mandi yang cepat,” ucap Romeo yang pamit dan duluan masuk ke dalam kamar. Meninggalkan Raven yang berdiri di depan pintu kamar.Dengan hati mengerutu, Raven memasuki kamar Romeo dan duduk di tepi ranjang sambil memijit dahinya. Tak ingin membuang waktu, Raven melepaskan pakaiannya dan masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan aroma parfume dari tubuh Aelin yang pasti menempel di tubuhnya. Karena apa yang di katakan Romeo barusan membuat Raven takut. Ia tidak mau tidur di luar kamar sendirian, kecemburuan Ruster sangat menakutkan. Buktinya saja, Ruster memaksa Romeo pindah ke kamarnya dan kamar lama Romeo di biarkan begitu saja. J
Jack mengemudikan mobil berwarna biru elektrik dengan brand Ferrari keluar dari pakiran dan mampir ke salah satu toko penjual bunga mawar. Jack membeli dua ikat bunga mawar. Satunya tentu untuk sang istri tercinta yang merupakan janda dari Ruzel.Mata Raven menatapi Jack yang masuk ke dalam mobil dan meletakkan dua buket bunga mawar merah di samping driver.Sebenarnya Raven ingin memberikan bunga mawar merah untuk Ruster. tapi ia tidak berani melakukannya, mengingat Ruster takut dengan mawar merah."Apa aku beli warna lain?" batin Raven.melihat jack belum menjalankan mobilnya, Raven meminta Jack keluar lagi untuk membeli bunga mawar pink atau putih. tanpa banyak tanya, Jack menuruti permintaan tuannya. untuk membeli bunga mawar yang berwarna pink pudar.Pelayan toko bunga hanya memasang senyuman melihat Jack yang menatapi bunga mawar pink sambil senyum-senyum. selesai membayar, Jack keluar dari dalam toko dan masuk lahi ke dalam mobil, ia me
Di perusahan Wings, Gilbert Wings masuk ke dalam ruangan kantornya dengan satu nampan berisi minuman dan sedikit makanan ringan dan di ikutin oleh seorang seketaris Gilbert Wings untuk menaruh nampan tersebut di atas meja tamu. mata Raven melirik sekilas makanan tersebut.“Silahkan di cicipi,” ucap seketaris Gilbert dan sekaligus pamit keluar ruangan.“Tidak perlu repot-repot,” balas Raven yang melihat Gilbert Wings duduk dengan menyekat keringat dingin. Kemudian matanya ke arah Liam Sein.“Tidak merepotkan kok,” balas Gilbert Wings yang berusaha bersikap santai mungkin. Karena aura Raven yang di kira sebagai Romeo sungguh menekan mentalnya.“Jack,” ucap Raven dengan mengangkat salah satu tangannya, sebagai perintah untuk meminta Jack yang berbicara.Jack segera menyerahkan satu berkas yang siap di tandatangani oleh Gilbert Wings.“Apa ini?” tanya Gilbert Wings yang masih pena
Gilbert Wings sampai melonggo melihat sikap putrinya yang semakin gimana gitu.***Mobil yang di kendarai oleh Jack sampai di pakiran mobil khusus para petinggi di perusahaan Van Diora."Tuan, anda mau keman lagi?" tanya Jack yang hendak mengikuti Raven pergi. saat Raven keluar dari dalam mobil sambil berpikir dengan tangan menyentuh dagunya yang kini di tumbuhi jambang agak lebat."Aku mau kembali ke rumah, kamu masuk saja ke perusahaan."Jack langsung mematuhi perkataan Raven dan sempat melirik Raven masuk kedalam mobil dan mengemudikan mobil mewah itu pergu dari arah pakiran. baru lah, jack masuk ke dalam lift dengan tenang.Raven memilih pulang ke rumah daripada masuk ke dalam kantor. Sampai di dalam, Raven baru ingat dengan perkataan Ruster soal ibu mertuanya yang datang bertamu. Merasa tidak enak dan nyaman, Raven memutuskan untuk menunggu di dalam mobil. Tapi
Raven membalas tatapan kemarahan Ruster dengan sebuah senyuman lembut yang melelehkan hati Ruster yang tidak jadi untuk memarahi Raven.Di depan pintu, Romeo yang sedari diam. kini mulai bersuara“Hmmmm…. Aku mau juga dong,” ucap Romeo yang sedari melihat percintaan panas barusan dan ia juga ingin memakai trik yang sama dengan Raven. Untuk main di bagian atas Ruster yang berisi padat itu dan ingin tahu bagaimana sensasinya.“Tidak,” tolak Ruster yang tidak mau di setubuhi dengan gaya yang ternyata memuaskan para suaminya dan ia tidak mendapatkannya.Romeo terkekeh garing melihat penolakkan Ruster yang ternayat lebih membangkitkan gairahnya yang semakin meninggi.“Aku ingin mendapatkan apa yang menjadi bagianku. tidak ada pilih kasih dalam memperlakukan para suamimu, Sayang.”Mata Ruster melihat Romeo melepaskan pakaian sendiri dan Raven memilih pergi karena ia tidak suka mandi terlalu malam yang tid