Potongan puzzle telah ia susun, namun sayangnya hanya mengingat sampai ia terjatuh dari motor. Tiba - tiba sekarang ia berada ditempat ini, entah tempat apa ini. Gelap dan pengap, terlebih ada sepasang manusia didepannya dengan tatapan tak bersahabat.
"Kamu --""Ya ini gue, inget sama gue? Orang yang udah lo depak dari Perusahaan raksasa itu.""Jadi benar kamu salah satu dari ketiga wanita itu?""Ya itu gue!""Lalu untuk apa kamu menyekap saya disini?""Masih nanya lagi lo! Gara - gara elo, gue ditolak beberapa Perusahaan! Dan lo tau akibatnya? Gue jadi ngutang sana sini karena butuh uang! Terus elo? Elo enak - enakan main Tenis ketawa ketawa.""Itu semua memang salah kamu! Kenapa harus menyalahkan saya? Coba kalau kamu patuh sama aturan Perusahaan, hal itu pasti tidak terjadi sama kamu."PLAK...Tamparan keras mendarat tepat dikedua pipi Mazaya. Panas! Hanya itu yang ia rasakan saat ini, belum lagi dar"Ada apa Bang?" Tanya Eran pada Zafir."Ambil mobil sekarang, kita ke Jalan Kenanga nomor empat lima. Buat jaga - jaga, gue harap elo ikut sama Gue Han." "Gue hubungi Pak Kamim dulu buat ambil mobil." Kata Liam."Apa yang terjadi Fir?""Nanti gue ceritain di Jalan, lo satu mobil sama gue dan kedua sodara gue. Anak buah lo bisa ikuti mobil kita dari belakang, selama perjalanan gue bakal jelasin tentang situasi ini." Zafir menjelaskan dan mendapat anggukan mengerti dari Ketiga pria itu.Mobil SUV berwarna hitam sudah sampai, mereka bergegas memasuki mobil itu dan tidak lupa menitipkan motor Zaya pada kedua security tersebut.***Sedangkan ditempat lain, Daffa tengah fokus mengemudikan kendaraan roda empatnya. Dua puluh menit lamanya ia mengemudikan kendaraan itu, selama diperjalanan ia selalu memberi kabar pada Zafir. Hingga akhirnya ia sampai terlebih dahulu ditempat tersebut, ia mengawasi rumah bertuliskan angka empat p
Satu Minggu Kemudian"Daf, kata Bu Wati sudah satu minggu Abiyan gak masuk ngaji. Gak ada apa - apa kan sama Keluarganya?""Daffa kurang tau Umi." Dustanya."Maaf Daffa harus bohong, suatu saat Daffa bakal cerita ke Umi setelah semuanya selesai." Batinnya."Beneran?""Iya Umi.""Alhamdulillah kalau memang gak ada apa - apa sama Keluarganya. Terus kamu akhir - akhir ini kenapa ke Rumah Sakit terus? Full di Rumah Sakit loh kamu Daf.""Ada Pasien yang butuh perhatian khusus Daffa Umi." Untuk kali ini ia tidak berbohong, memang benar bukan kalau Mazaya adalah Pasien di Rumah Sakit tempat ia bekerja."Oh yasudah kalau begitu. Tuh Abi kamu nanyain terus, apalagi dua minggu lagi udah dua bulan loh Daf. Abi kayaknya mau nagih janjinya sama kamu." Mendengar perkataan itu membuat Daffa mengusap kasar wajahnya, hal itu tak luput dari perhatian Sang Ibu. Maryam mengusap punggung Putra sulungnya, ia tau bagaimana perasaan Da
Daffa telah berada di Ruang VVIP tempat Mazaya dirawat. Zafir menghubunginya saat pihak berwajib akan melakukan interogasi pada korban sekaligus saksi. Mazaya merasa terguncang dengan keadaan ini meski hatinya sudah jauh membaik, jadi wanita itu harus tetap mendapatkan dampingan dari Psikiater. Dan Psikiater yang menanganinya adalah Kekasihnya sendiri - Daffa."Selamat Siang Bu Mazaya, perkenalkan saya Reyhan. Saya ditugaskan untuk menangani Kasus yang dialami oleh Bu Mazaya. Apa Ibu bersedia menjawab beberapa pertanyaan dari kami?"Mazaya menatap kearah Daffa dan Zafir yang menemaninya didalam Ruangan. "Lakukan jika kamu memang sudah siap." Kata Daffa."Ya, benar apa yang dikatakan Pak Dokter. Jika memang belum siap memberikan keterangan, maka kami akan menunggu anda sampai siap.""Lakukan tugas Pak Reyhan dengan semestinya, In shaa Allah saya mampu menjawab pertanyaan Bapak tanpa ada kekurangan dan kelebihan.""Baik lah kalau
Satu minggu setelah mendapatkan informasi dari Daffa mengenai Giana, Zafir ditunjuk sebagai Jasa Penegak Hukum dalam kasus yang dialami oleh Mazaya. Ia meminta pihak kepolisian yang berwenang untuk menginterogasi lebih lanjut kedua tersangka. Dan mereka mendapatkan pengakuan terbaru yaitu, Ratu melakukan tindakan kriminal tersebut bukan semata - mata karena dendam melainkan ia hanya mengikuti perintah Giana. Pasalnya Ratu memiliki hutang kepada Giana sebesar dua ratus juta, jika ia tidak mengikuti perintah Giana maka wanita itu mengancam untuk meminta uang dua ratus juta tersebut dalam waktu dekat.Ratu tidak memiliki uang sebanyak itu, terlebih saat bermain slot ia selalu saja kalah telak. Judi memang selalu saja membuat si pemain ketagihan akibat rasa penasaran, ketika ia menang pasti akan mencoba kembali agar mendapatkan hasil lebih. Setelah mencoba, bukannya menang justru ia akan terus menerus kalah hingga pada akhirnya menghabiskan uang yang ia miliki, bahkan sampai be
Mufid menerima panggilan entah darimana asalnya, raut wajah tenang tergambar jelas. Kemudian sesekali melirik kearah Sang Istri serta Kedua putranya yang tengah menikmati waktu kebersamaan di Ruang Keluarga. "Waktu kamu tinggal satu minggu lagi Daf.""Astaghfirullah Abi perhitungan banget sih sama anak sendiri." Bukan Daffa, namun Maryam yang menjawab."Abi cuma mau mengingatkan Daffa aja Mi. Dihari itu juga kita akan pergi ke Rumah Pak Zainal untuk meminang Ratih. Tidak ada bantahan!""Abi atur saja." "Tuh kan anakmu nurut, memang benar kan kalau wanita itu tidak mau dinikahi?""Abi, jangan bahas itu. Daffa udah nuruti semua keinginan Abi.""Bukan keinginan Abi Daf, tapi demi kamu.""Ya terserah apa kata Abi, yang penting Daffa sudah mengikuti Abi.""Umi tadi abis bikin kue loh, cobain dong." Maryam mengalihkan ketegangan diantara dua pria berbeda generasi."Kue apa Mi?" Dhafir mendekati san
Hari yang ditunggu datang juga, Mazaya kini tengah mengenakan Kebaya berwarna hijau. Tidak lupa dengan make up natural look menambah keayuan wajahnya.Prosesi dilaksanakan dengan lancar, Mazaya lulus dengan nilai terbaik. Kini ia tengah berada didepan Gedung Rektoral untuk berfoto bersama Keluarga dan kerabat terdekat, namun seseorang yang ia tunggu belum juga menampakkan hidungnya.Zafir yang mengetahui hal itu, ia mengalihkan perhatian Mazaya dengan memperbanyak foto. Terlebih Liam dengan absurdnya mengirimkan karangan bunga ke Kampus ternama tersebut untuk menyambut kelulusan sang Adik Ipar, hingga akhirnya karangan bunga itu menjadi spot utama untuk berfoto."Ahem.. kita fotonya udahan aja kali ya, pangeran berkuda putihnya udah dateng." Celetuk Mafaza.Betul saja, seorang pria berjalan mendekati Keluarga Burhan dengan bucket bunga ditangannya. Mazaya mengetahui hal itu sontak tersipu malu saat saudara kembarnya terus menerus meledeknya. Daffa
"Bukan gitu maksud saya, kalau semisal kita gak jodoh gimana? Padahal kita sudah menjalin hubungan beberapa bulan terakhir ini.""Yasudah mau gimana lagi? Jodoh ditangan Tuhan kan bukan ditangan penciptanya?""Yakin gak patah hati?""Patah hati hal wajar, tapi yauda lah."Daffa tersenyum kecut mendengar jawaban Mazaya. Sepertinya wanita didepannya benar - benar belum juga membuka hati untuk kearah yang lebih serius, begitu batinnya berkata.***Gelar S2 telah tersemat pada dirinya, namun untuk posisi pekerjaan masih sebagai Manajer Personalia. Ya, memang bukan itu alasannya melanjutkan sekolah S2. Namun, ia hanya ingin memperdalami ilmu yang ia minati. Entah apa yang ia pikirkan sehingga memilih jurusan itu, bahkan di Keluarganya hanya ia seorang lah yang memilih jurusan Psikolog."Congraduation Bu Mazaya." Seru Tim Personalia.Teeeetttt... Tet.. Tet.. Teeeeettt...Suara terompet menggema diseluruh Ruan
Flashback Dering ponsel terdengar nyaring, sontak membuat si pemilik mengalihkan atensinya dari layar laptop ke layar ponsel miliknya."Assalamu'alaikum."[0822XXXXXX : Wa'alaikum salam, Zafir antum dimana?]"Wa'alaikum salam. Ane di Rumah Mal, biasa sibuk sama kerjaan. Ada apa? Tumben banget hubungi ane, ada yang urgent?"[0822XXXXXX : Cuma mau klarifikasi, itu beneran si kembang pesantren dipinang sama Daffa?]"Maksud antum siapa Mal?"[0822XXXXXX : Antum beneran gak tau kabar? Ane lihat status Whatsapp Maemunah sepupu Ratih. Daffa meminang Ratih Fir.]"Seriusan?"[0822XXXXXX : Loh ane pikir antum tau sama berita ini, yasudah ane kirim ya fotonya. Assalamu'alaikum.]"Wa'alaikum salam."Zafir sedikit termenung setelah memutuskan panggilan dari Kemal - Rekan satu Pesantrennya. Hingga diamnya pria itu menjadi atensi khusus sang Istri."Ada apa Bang? Kok melamun?"Zafi