Share

Puncak Nafsu

Anggela menatap lelaki dihadapannya, sedikit merasa heran ketika melihat sikap dingin dan tak acuh dari lelaki di hadapannya. Kemarin lelaki ini mengemis satu malam dengannya, sekarang sikapnya sungguh sombong sekali.

Anggela lalu hendak menuju interkom yang dipasang di dinding ruangan tersebut, hendak meminta agar memasang lagu. Tapi Damian menghentikannya.

"Tidak perlu lagu, aku ingin kau menari tanpa musik."

Anggela menatap ke arah Damian, sedikit bingung, tapi Anggela langsung memperbaiki emosinya. Anggela terbiasa menguasai diri, dia tidak Sudi memperlihatkan sisi hatinya pada siapapun.

Gadis cantik itu mengangguk. Dia lalu membelakangi Damian. Mula-mula punggungnya bergoyang dengan nada patah-patah. Dari bagian bawah, lalu goyangannya naik ke atas. Anggela masih memunggungi Damian. Kini damian menaikkan satu kakinya ke atas pahanya sendiri, menikmati pertunjukan dari perempuan yang dibenci dan diinginkan sekaligus. Perasaannya yang sungguh-sungguh rumit.

Anggela memutar lehernya sedikit ke belakang, menggerakkan satu tangannya untuk menepis rambut merahnya yang berada di bahu, lalu bersamaan dengan tatapan mata menggoda, Anggela memutar tubuhnya perlahan, kakinya yang mengenakan hak tinggi di naikkan perlahan ke atas meja, mata gadis itu menatap Damian.

Cobalah.... Desah Damian dalam hati, berusahalah lebih keras nona......

Lalu tangan Anggela di gerakkan ke arah dada, membuka kancing bajunya yang hanya ada tiga buah. Pakaian tangtop itu membuka dan kemudian dari pakaian yang terbuka dengan cara membelah menyembul pakaian dalam berwarna hitam.

Anggela menggoyang pundaknya ke atas dan ke bawah, dia memukul pahanya sendiri dengan bibir yang dibulatkan menggoda.

Lalu dia membuka baju yang dikenakannya, membiarkan pakaian dalamnya terpampang sempurna. Kulitnya yang putih mulus terlihat berkilat karena keringat dan lotion yang sudah dioleskannya lebih dulu, untuk memberi kesan eksotis.

Damian sesaat menahan napas. Dia sudah empat hari puasa perempuan. Sebagai lelaki sehat yang memiliki cara untuk mendapatkan kepuasan teratur tentu merasa ada yang memuncak dan menegang di bagian bawah.

Fokus! Jangan sampai perempuan ini tahu dia sudah merasa bergairah.

Damian masih menatap Anggela yang sudah mulai melepas pakaian dalamnya dan memperlihatkan dua buah dada sempurna miliknya. Matanya masih dibuat sedingin mungkin.

Damian ingin perempuan itu berusaha yang terbaik, sebelum dia merengkuh dan menundukkannya.

Kini Anggela mengangkat tangannya, menggoyangkan perutnya. Kemudian mendekat ke arah Damian.

Damian masih bersikap dingin. Dia menahan gelora yang seolah membakar dadanya.

Anggela menatap Damian, mata mereka bersirobok sangat lama. Lalu Anggela tersenyum, dan kini dia mendekat ke arah Damian.

Tangan Anggela menyentuh kaki Damian yang masih dipangku pahanya. Dengan perlahan Anggela menurunkan kaki itu ke bawah, membuat posisi Damian terbuka. Lalu, Anggela menyentuh paha Damian, dan memajukan dadanya yang polos.

Dua bukit kembar itu mencuat, menggoda membuat Damian hampir kehilangan fokus. 

Anggela tersenyum lalu kemudian dia membuka pahanya lalu mulai menaikkan satu kaki ke paha Damian dan satu lagi dia letakkan di sisi paha Damian yang lain. Kini Mereke bedua saling berhadap-hadapan.

Anggela segera mengulurkan satu tangannya ke pundak Damian, meletakkan nya lalu kemudian satu lagi terulur menelusuri dagu pengacara itu dengan ujung jarinya.

Harus diakui, lelaki itu memiliki rahang yang bagus, bulu bulu jambangnya yang terlihat baru tumbuh membuat penampilannya demikian maskulin. Bentuk bibirnya yang tipis, hidung besar dan mancung serta dahi yang lebar. Pasti dia lelaki cerdas, pikir Anggela sambil menikmati wajah Damian.

Lalu, uluran jari anggela mulai turun ke dagu, lalu turun ke leher, menyentuh jakun lelaki itu. Mengingatkan Anggela tentang kisah penciptaan Adam dan hawa, dimana ada cerita ketika mereka memakan buah terlarang,  buah itu berubah menjadi jakun untuk lelaki dan buah dada untuk perempuan.

"Apakah hanya ini caramu memikat lelaki nona?" Tanya Damian dengan nada dingin, membuat Anggela yang masih asyik menikmati ketampanan Damian terkejut sendiri.

Anggela menatap Damian, sedikit heran. Dua tangan damian kini terulur mengambil tangan Anggela yang ada di sisi bahunya dan mengambil satu lagi tangan gadis itu yang berhenti di dadanya. Satu tangan itu didekatkan ke bibir damian, lalu dengan senyum penuh perasaan dikecupnya pergelangan luar tangan Anggela.

Lalu Damian mengunci tangan itu di tangannya, lalu dia mendekatkan wajahnya ke arah Anggela, kini mereka hanya berjarak 5 centimeter.

"Anggela, aku menawarkan padamu untuk bersamaku, sebutkan hargamu?!"

Anggela menyipitkan matanya, lalu dia menyunggingkan senyum, " tenang saja tuan, anda sudah membayar saya untuk membuat anda senang hari ini," lalu tangan Anggela menepis perlahan tangan Damian. "Biarkan aku melakukan tugasku,"

Lalu, Anggela menurunkan celana dalamnya di atas pangkuan Damian, membuat lelaki itu menahan napas kembali. Sesuatu menggeliat sampai rasanya dia sulit menahan diri.

Damian menelan ludah, dia membiarkan Anggela bergerak maju dan mundur di pahanya. Kadang gerakan itu menabrak sesuatu yang sudah tegang ditubuhnya. Membuat kepala Damian semakin berkabut. 

Damian membiarkan gadis itu melakukan gerakan apapun itu, membiarkan sesuatu yang liar di dalam kepala Damian naik sampai ke ubun-ubun.

Aturan di ruang VIP maupun ruang lantai tari sama. Penari boleh menari dan menyentuh pelanggan, tapi pelanggan tidak boleh menyentuh penari.

Kecuali, kalau diantara mereka sudah ada kesepakatan harga berbeda.

Ruang VIP pun merupakan tempat transaksi terselubung. Dimana para penari bisa menjajakan dirinya. Mau di dalam ruang ataupun pindah tempat di hotel, itu bagaimana transaksinya saja.

Damian sudah membayar mahal untuk Anggela, termasuk pelayanan spesial untuknya.

Anggela mendekat ke arah wajah Damian, napas gadis itu memburu, lalu mata Anggela mulai tidak fokus, bibirnya membuka dan mengerang.

Damian merasa seolah kepalanya kosong, kini tangannya yang semula diam, mulai bergerak. Dia memegang pinggang Anggela. Lalu dia mendesis.

"Buka...."  Desis Damian.

Anggela tersenyum, menggeleng perlahan dan membiarkan dirinya bermain di atas paha Damian.

Damian menekan tangannya yang terkepal, isi kepalanya sudah semakin m membuncah oleh birahi.

Lalu, dia menggerakkan tangannya sendiri, meraba resleting bagian celananya, membuka dan membiarkan Anggela bekerja sebagaimana mestinya.

Damian menutup matanya, membuka, menutup lagi, pandangan matanya berkali kali jatuh pada Anggela yang bergerak naik dan turun. Dia begitu merindukan gadis itu, teramat sangat. Sampai menciptakan obsesi tersendiri.

Rambut Anggela yang panjang begelung di bawahnya jatuh di dada Anggela, mengganggu pemandangan indah hingga tangan Damian menyentuh rambut itu, memindahkannya di sisi pundak Anggela.

Lalu, sesuatu yang tak terelakkan terjadi, Damian tidak bisa menahannya lagi. Pemuda itu mengerang tertahan, menekan pegangannya pada pinggang Anggela. Napasnya ditahan sesaat.

Detik di atas nirwana.

Lalu, mata Damian membuka, napasnya dihembuskan dengan lega dan bahagia.

Anggela tersenyum di pangkuannya.

"Nona Anggela, aku mau melakukan transaksi denganmu." Ucap damian ketika dia merapihkan celananya.

Anggela yang berdiri dan memunguti bajunya hanya menoleh ke arah Damian dengan wajah tidak berminat.

"Kau bisa ke sini bukan, nona Anggela?" Tanya Damian ketika melihat sikap angkuh perempuan berambut merah itu.

Anggela sudah lengkap berpakaian, dia pun menoleh ke arah Damian, lalu ucapnya, "peraturannya, satu pelayanan satu kali." Kata Anggela sambil menunjukkan jari telunjuknya yang ditegakkan pada Damian. Mengaskan hanya satu kali.

",Aku tahu, tapi kurasa ini bisnis yang cukup menguntungkan untukmu nona Anggela!" Damian menjawab dengan nada datar. Melakukan negosiasi, memperlihatkan fakta-fakta dan menyusun kata-kata memang adalah makanannya sehari-hari. Dia selalu pandai bernegosiasi dengan hukum, masa bernegosiasi dengan gadis pecun ini dia tidak bisa?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status