Share

Terperangkap Pesona

Damian menengok ke arah Steve yang terlihat terpesona dengan cara penampilan Anggela yang tidak biasa. Muncul dengan gaun lebar, lalu melepasnya dengan drastis, seperti sulap. Gadis itu membuat banyak lelaki terpukau dengan performance nya yang spektakuler.

Kini Anggela menari ditengah para penari lain. Gadis itu menaikkan pinggulnya, meninggikan dagunya, dan meliuk ke bawah ke atas.

Empat gadis lainnya melakukan hal serupa, meliuk dengan gerakan sama, menciptakan harmoni indah para wanita penari tiang. Dilantuni dengan denting piano yang naik dan tinggi, mengikuti gerakan penari yang kadang perlahan, kadang cepat.

"Penampilan yang epik," bisik Steve menengok ke arah Damian. "Aku suka perempuan berambut merah itu!"

Damian merasa ada api yang membakar hatinya, seperti sebuah perasaan cemburu. Dia tidak menyukai Anggela menunjukkan keelokan tubuhnya dihadapannya para lelaki mata keranjang ini.

Namun, memangnya siapa Damian. Dia pun sama, penikmat surga dunia.

Steve yang tidak menyadari perasaan kawan satu tim bandelnya ini langsung menyeret bangku mendekat ke arah Damian.

"Bisa nggak gue booking cewek itu, si rambut merah?" Bisiknya pada Damian.

Damian lalu balas berkata, "lu tau, dia itu si gadis 1000 dolar." 

"What?!" Steve melotot. Dia memandang gadis di atas panggung yang masih Melenggang melenggok.

"Lu bisa pesenin VIP untuk booking dia atau tidak?" tanya Damian akhirnya.

"Pesenin dia?" Steve menunjukkan dengan jempolnya ke arah Anggela.

"Iya."

"Oke bos." Steve memberi hormat seperti hormat kepolisian. Lalu dia pergi menghilangkan diantara keremangan.

Denting piano mulai melemah, lalu perlahan semakin pelan, dan kemudian berakhir.

Lampu sorot yang semula berada di atas panggung kini beralih menyoroti pemain piano di atas pentas. Seorang lelaki dengan wajah tampan berdiri, memberi hormat dengan mengangguk.

Damian menatap lelaki diatas panggung. sesuatu yang tidak biasa di tempat penari tiang seorang memberi hormat dalam bermain piano.

Mungkin inilah sebabnya Steve bilang tempat ini istimewa. Musik yang ditampilkan murni dari seorang pianis, yang mampu membawakan lagu klasik dengan aransemen menarik.

Damian melihat para penari mulai memunguti pakaian mereka di atas panggung dan berjalan menuju arah grand piano. Disebelah grand piano, ada tirai, dan para penari berbalik menuju tirai tersebut.

Steve datang membisikkan sesuatu pada Damian, Damian berjalan mengikuti Steve. Di tengah lorong, mereka bertemu seorang perempuan, bernama Ratna. 

"Dam, kenalin, ini mba Ratna, dia supervisor disini."

Damian menyalami perempuan tersebut dan menyebutkan nama, perempuan itu lalu bertanya, "Apa anda yang ingin memesan VIP dengan Anggela?" tanya Ratna pada Damian.

"Ya, dia. Saya ingin memesannya," ucap Damian.

"Anggela bukan penari tetap kami Pak. Sebenarnya selain pak Damian, sudah banyak yang memesan dia, dan Anggela menolak." Jawab Ratna menerangkan.

"Lalu, bagaimana agar saya bisa berjumpa dengan Anggela?" Damian bertanya dengan nada panik. Padahal dia yakin sudah bisa memegang ekor gadis itu, tapi ternyata tidak begitu. Gadis itu demikian lincah berlari.

"Kalau itu maaf, pak Damian bisa datang lagi besok, dia masih menari di sini." Terang Ratna.

"Saya bayar lima ribu dolar, tolong datangkan gadis itu ke ruang VIP!" Damian langsung menyebut angka.

Steve agak terkejut melihat kawannya terkesan terburu-buru.

Ratna menelan ludah, lidahnya langsung menjilat bibirnya sendiri. Uang yang demikian banyak. "Saya akan coba tanyakan pada anaknya ya pak Damian, tapi saya tidak janji." Ucap Ratna yang langsung pamit.

Steve mendekat ke arah Damian, berbisik dengan nada menasehati, "Bro, lu enggak perlu begitu banget. Kita tetap bisa pesan gadis yang menari tadi di ruang VIP, bisa dipakai juga. Ngapain buang-buang uang karena gadis 1000 dolar itu? Itu, ada cewek yang rambutnya keriting kan, yang nari-nari di paha elo, dia bisa dipanggil."

Damian hanya menggerakkan rahangnya. Dia memang sudah setengah gila, melakukan tindakan yang tidak semestinya. Padahal dia sudah sering bermain wanita, tapi terhadap perempuan satu ini dia sungguh penasaran. Sikap angkuhnya, sikap manisnya, lalu seolah uang terlihat tidak berharga. Damian merasa penasaran, obsesi aneh yang sudah menjalarinya sejak dia pulang dari Garut.

Tidak beberapa lama, Ratna datang. Perempuan bertubuh sintal namun bayangan usia sudah mulai terlihat dari cara berjalannya. Perempuan itu mendekat, tersenyum dengan tulus. "Maaf sekali pak Damian, dia tidak ingin bertemu atau menerima tamu VIP. Seperti sudah saya bilang, Anggela itu perempuan penari tamu, bukan pekerja tetap disini. Besok masih ada jadwal manggung dia, pak Damian bisa datang dan menonton." Terang Ratna, lalu kemudian perempuan itu pamit.

Damian mengepalkan tangannya, lalu dengan cepat dia menyentuh pundak Ratna sebelum perempuan itu pergi, "Mba, apa saya tidak bisa bicara dengannya?"

Ratna menggerakkan bahunya, isyarat agar Damian melepaskan tangannya. Perempuan itu tersenyum, dengan senyuman bisnis kali ini, "maaf sekali pak Damian, Anggela sudah pergi. Saya juga harus memberi tahu pada pelanggan lain yang meminta hal sama seperti bapak." Terang Ratna.

Mendengar hal itu, Damian merasa seperti ada sesuatu yang lepas, dan perasaan itu tidak nyaman. 

Steve ingin memanggil Ratna kembali, namun melihat raut wajah Damian yang kecewa, dia mengurungkan niatnya.

"Jadi gimana?" Tanya Steve berharap kawannya itu mau melanjutkan intim intim di ruang VIP.

"Kita pulang aja."

"Lho, bro. Gimana acara senang-senangnya?"

Damian mengangkat bahu lalu beranjak pergi. Steve berjalan mengikuti walau dia masih melirik lirik di belakang. Tadi ada penari yang diincarnya, tapi mood kawannya itu sedang buruk dan Steve tidak ingin menambahi perasaan kawannya itu menjadi lebih buruk.

Mereka keluar dan kembali ke dalam mobil, Steve sudah bersiap memakai sabuk pengaman ketika Damian berujar, "lu besok bisa kesini lagi nggak?"

"Hah?"

"Besok."

"Ya, bisa aja sih. Kenapa? Lu masih penasaran dengan perempuan bernama Anggela itu?"

Damian diam. Benar, dia sangat sangat penasaran. 

Steve menyalakan kunci mobil, lalu memajukan perseling, "jujur aja, dia cantik banget. Gue mau kencan sama tuh cewek. Gue rasa yang langsung tergila gila ngeliat bodynya bukan hanya lu doang. Buktinya tadi si Ratna itu bilang banyak yang minta VIP sama tuh cewek."

Damian mendecakkan lidah, lalu kemudian menatap ke depan. Perlahan mobil itu berjalan keluar dari parkiran. Ketika mobil menyusuri lorong menuju jalan keluar dari arah kiri sebuah mobil sedan berwarna merah keluar. Hampir saja hidung mobil Steve dan sedan itu bertabrakan.

Steve menengokkan kepala dari jendela mobil melihat ke arah mobil sedan merah itu. Pintu sedan terbuka dan keluarlah seorang wanita mengenakan gaun merah dengan belahan sepaha.

Mata Damian melebar ketika melihat sosok bergaun merah dengan rambut berwarna senada dengan pakaiannya. Dia Anggela, perempuan yang menjadi obsesi baru Damian.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status