Share

Bab 14

Terdengar suara langkah kaki di lantai atas, yang langsung membuyarkan lamunan Hazel.

Hazel menoleh dan melihat ke atas, melihat Sergio sudah berganti pakaian dan berjalan ke bawah.

Dia mengenakan jas hitam, temperamennya bermartabat dan anggun. Wajah tampannya agak dingin, membuat orang merasa takut untuk mendekat.

Menghadapi mata hitam pekat itu, hati Hazel bergetar tanpa alasan.

Entah apa yang terjadi dengannya, tetapi saat Sergio mendekat, detak jantungnya mulai berdetak tak terkendali.

Rasanya seperti habis menendang kelinci kecil, lalu kelinci itu melompat-lompat di dalam jantungnya.

Sergio memandang sekilas ke tumpukan kotak di ruang tamu dan berkata kepada Hazel, "Sarapan dulu saja. Kamu bisa memilihnya setelah sarapan."

"Ya."

Hazel meletakkan kembali barang yang diambilnya, meminta Adam membantu menyimpannya. Lalu, dia mengikuti Sergio ke ruang makan.

Melihat sosok jangkung di depannya, Hazel mengerucutkan bibir dan mengumpulkan keberanian untuk berkata, "Om, terima kasih."

Gerakan Sergio terhenti, lalu menoleh ke arahnya. "Terima kasih untuk apa?"

"Harga barang-barang itu pasti sangat mahal. Jangan khawatir, ketika aku punya uang nanti, aku pasti akan mengembalikannya kepadamu."

Hazel tidak suka berutang pada orang lain. Dia punya uang, tetapi belum dia dapatkan untuk saat ini.

Sesuai wasiat ibunya, ketika Hazel menikah, dia akan mewarisi semua harta warisan ibunya.

Meski tidak tahu jumlah spesifiknya, ibunya adalah orang yang paling mencintainya di dunia. Jadi, uang yang dia tinggalkan pasti tidak sedikit.

Sergio mengerutkan kening ketika mendengar ini.

Dia menghampiri Hazel dengan ekspresi serius dan berkata dengan penuh penekanan "Kamu nggak perlu menggantinya. Sebagai istriku, kamu pantas mendapatkan semua ini. Uangku juga uangmu."

Mereka menikah dengan tergesa-gesa dan tidak melakukan pengaturan yang jelas mengenai harta benda.

Jadi, sebagian dari harta Sergio juga menjadi milik Hazel.

"Kalau begitu, bukankah Om akan rugi?" Hazel ragu-ragu, sorot matanya penuh ketidaksetujuan.

Sudut bibir Sergio sedikit terangkat, hampir tidak bisa menahan diri. Lalu, dia mengusap kepala Hazel dengan lembut.

"Mana mungkin? Apa yang bisa kamu berikan padaku jauh lebih penting daripada properti ini."

Hazel berdiri di sana dengan pandangan kosong. Dia memandangi wajah tampan di dekatnya dan merasakan sentuhan lembut di atas kepalanya. Entah kenapa, pikirannya tiba-tiba menjadi kosong.

Dia membuka mulutnya ingin mengatakan sesuatu, tetapi tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya.

Satu-satunya yang terdengar di telinganya adalah detak jantungnya yang berirama.

Satu debaran jauh lebih kencang dibandingkan debaran yang lain.

Sergio terhibur dengan tatapan bingung Hazel. Dia berinisiatif memegang pergelangan tangan Hazel dan menariknya untuk duduk di meja makan.

"Pak Adam, bawakan makanannya."

Mendengar perintah itu, Adam langsung berjalan ke arah dapur.

Setelah Adam pergi, hanya Hazel dan Sergio yang berada di ruang makan.

Pergelangan tangan Hazel masih merasakan kehangatan dari telapak tangan Sergio, membuatnya sedikit kewalahan.

Namun Sergio masih menatapnya. Sepertinya ada kelembutan yang tersembunyi di mata yang dingin dan dalam itu.

Tatapan Hazel bertemu dengan mata itu, tetapi dia langsung membuang muka. Tidak tahu harus menatap ke mana, jadi dia menundukkan kepala dan memakan bubur seafood di depannya.

Sarapannya relatif ringan, tetapi rasanya sangat enak. Hazel merasa puas.

Hampir bersamaan dengan selesainya makan, Sergio pun meletakkan peralatan makan di tangannya dan mengelap sudut mulutnya.

Mungkin didikan baik pria ini sudah terpatri di dalam tulangnya. Bahkan ketika melakukan sesuatu seperti menyeka sudut mulutnya, dia melakukannya dengan penuh martabat yang tidak bisa dijelaskan.

"Sudah kenyang?" Sergio mengangkat kelopak matanya dan bertanya sambil meliriknya.

Hazel langsung duduk tegak dan mengangguk patuh.

"Kalau begitu, ayo kita bicarakan masalah serius."

"Masalah serius?"

Hazel tidak mengerti maksud perkataan Sergio. Saat dia akan menanyakannya, dia melihat Sergio mengeluarkan dua buku catatan kecil berwarna merah dari saku jasnya.

Hazel bisa dengan jelas melihat kata-kata besar yang tercetak di atasnya. "Surat Nikah".

Hazel mengira dia salah lihat. Dia mendongak untuk melihat Sergio, lalu bertanya, "Om, apa ini?"

Sergio menjawab singkat, "Surat nikah."

Hazel menjawab, "Tentu saja aku tahu kalau ini surat nikah. Tapi bukannya kita perlu datang ke sana untuk membuatnya? Jangan bilang kamu meminta seseorang untuk membuat surat nikah palsu! Ini melanggar hukum!"

Melihat ekspresi terkejut Hazel, Sergio tidak bisa menahan tawa.

Dia tiba-tiba memiliki dorongan untuk menggoda Hazel. Dia mengambil selembar kertas lain dan menyerahkannya kepada Hazel. "Kamu benar-benar nggak ingat? Kamu sendiri yang menyerahkan ini kepadaku tadi malam."

Mata Hazel tertuju pada tangan Sergio, di mana jari-jari rampingnya memegang dokumen pendaftaran.

Dokumen itu Hazel bawa secara khusus setelah kembali dari kediaman Keluarga Vandana kemarin.

Sejak Krisna menikah dengan ibunya, dokumen seperti kartu keluarga dan yang lainnya selalu dipegang oleh ibunya.

Kemudian, ketika ibunya meninggal, Hazel menyimpannya.

Kertas itu seharusnya ada di dalam tas jinjingnya, tetapi kenapa kertas itu muncul di tangan Sergio?

Mata Hazel penuh ketidakpercayaan. Dia berdiri dan ingin meraih kertas itu, tetapi Sergio menghindar.

"Nyonya Hardwin, kamu berniat nggak mau mengakuinya? Tapi sudah terlambat. Surat nikah sudah di tangan, hubungan suami istri kita dilindungi undang-undang. Dalam hidup ini, aku nggak punya pemikiran untuk bercerai."

Dengan senyuman di bibirnya, Sergio memainkan surat nikah di tangannya. Gerakannya terkesan santai dan sedikit ceroboh.

Hazel langsung terkesiap dan pikiran pertama yang terlintas di benaknya adalah tidak mungkin!

Bagaimana mungkin dia tidak memiliki ingatan sedikit pun terkait hal besar seperti pernikahan?

Ia mencoba berunding dengan Sergio, "Om, tadi malam aku mabuk, jadi aku nggak ingat apa pun. Bolehkah aku melihat surat nikahnya dulu?"

Sergio mengangkat kelopak matanya dan melirik ke arah Hazel, menyadari kalau Hazel sedang menggigit bibirnya. Jelas sekali kalau saat ini Hazel sedang gugup. Jadi, dia berpura-pura mengangguk dengan enggan.

"Baiklah. Kalau begitu aku akan mengizinkanmu melihatnya."

Sambil berbicara, Sergio perlahan membuka surat nikah di atas meja dan menyerahkannya ke depan Hazel.

Namun, Sergio sepertinya tidak punya niat untuk melepaskan bagian ujung surat nikah ini. Dia terus memegang surat nikah itu saat mendekatkannya ke arah Hazel.

Wajah kecil Hazel melotot karena marah. Dia tidak menyangka kalau om-om yang hampir berusia tiga puluhan itu masih memiliki sisi kekanak-kanakan seperti itu.

Dia tidak punya pilihan selain mencondongkan tubuhnya ke depan agar bisa melihatnya dengan cermat.

Stempelnya sepertinya asli. Mungkinkah Om tidak berbohong dan mereka benar-benar sudah mendaftarkan pernikahan mereka?

Hazel makin kaget saat melihat ada foto mereka berdua di surat nikah itu.

Dalam foto tersebut, dia tersenyum bahagia dan bersandar di pelukan Sergio.

Alis Sergio yang biasanya menyalurkan kesan dingin pun terlihat sangat lembut, bahkan ada sedikit lengkungan di sudut mulutnya.

Keduanya menatap langsung ke arah kamera, terlihat sangat serasi. Mereka yang tidak tahu pasti akan mengira kalau mereka pasangan yang harmonis.

Namun, Hazel belum pernah berfoto dengan Sergio.

Jadi, dia melirik ke arah Sergio dengan ekspresi yang rumit. Setelah berpikir sejenak, dia akhirnya menanyakan keraguannya, "Om, apa ini foto editan? Siapa yang punya kemampuan mengedit foto sebagus ini? Tolong rekomendasikan kepadaku."

Bahkan pria seperti Sergio yang telah melihat badai dan ombak dalam dunia bisnis yang tak terhitung jumlahnya sampai tersedak oleh pertanyaan Hazel.

Dia mengerutkan kening dan mulai merinci apa yang terjadi tadi malam.

"Kita mengambil foto itu secara langsung. Apa kamu perlu aku membantumu mengingatnya? Tadi malam kamu mabuk dan memelukku. Kamu bilang aku tampan sampai ingin menciumku. Kamu bilang ingin jadi istriku, bahkan menarik pakaianku dan mengatakan ingin tidur denganku ...."

Saat mengatakan itu, Sergio sampai melonggarkan dasinya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status