Itulah yang paling dibenci Darra dari Keluarga Hardwin!Bahu Darra menciut saat dia menatap mata Sergio yang dingin dan dalam.Dia tiba-tiba teringat akan apa yang dikatakan Liana semalam.Tidak ada yang salah dengan kesehatan Sergio. Sergio tidak mengidap penyakit tersembunyi dan bisa punya anak.Yang berarti ada kemungkinan besar kalau rencana yang sudah dia susun sebelumnya akan sia-sia. Hazel akan hamil dan melahirkan pewaris Keluarga Hardwin.Kesadaran ini memberikan Darra rasa ancaman yang belum pernah Darra rasakan sebelumnya.Darra bahkan sampai terjaga sepanjang malam karena memikirkan hal itu.Tidak, Hazel tidak boleh hamil. Dia harus memikirkan sesuatu untuk mencegahnya!Darra menekan rasa takut di dalam hatinya dan berpura-pura tenang. "Aku nggak tahu apa-apa, Om. Jangan menuduhku yang bukan-bukan. Aku tahu Kakak nggak suka denganku dan mungkin mengatakan hal yang nggak baik tentangku. Nggak apa-apa, aku nggak akan marah sama Kakak. Bagaimanapun dia itu kakakku."Sergio men
"Aku, aku nggak melakukan apa pun. Kak Justin, jangan dengarkan mereka!"Melihat Justin mulai meragukannya, Darra langsung meraih tangannya.Justin mengerutkan keningnya dan bertanya pada Sergio, "Om, apa yang terjadi? Darra bukan orang yang bisa berbuat seperti itu."Sergio tidak mengatakan apa-apa. Firdan membuka ponselnya dan memutar video pengawasan."Tuan Justin, lebih baik lihat video ini dulu sebelum mengambil kesimpulan."Pengawasan di kediaman lama bukan hanya hiasan semata dan menyala hampir dua puluh empat jam sehari.Darra yang baru tinggal di sini akan mengabaikan detail ini.Mata Darra membelalak tak percaya dan jantungnya berdegup kencang.Video pengawasan?Video pengawasan di rumah benar-benar menyala?Bukankah itu berarti semua yang terjadi kemarin terekam di dalamnya?Dia buru-buru melangkah maju dan ingin menyingkirkan ponsel di tangan Firdan. ''Video apa? Kamu itu cuma pelayan, jadi jangan merecoki hubunganku dengan Kak Justin!"Sayangnya, semua sudah terlambat.Mes
Meskipun sekarang Darra sudah menikah dengan Justin, posisinya di Keluarga Hardwin belum aman.Dia harus menahan diri.Memikirkan semua kemungkinan ini, Darra perlahan berjalan ke arah Liana dan berkata dengan mata lembap, "Nek, ini semua salahku. Aku sudah terpancing emosi jadi nggak sengaja mendorong Nenek. Apa Nenek bersedia memaafkanku?"Liana menatapnya dengan curiga. "Nggak sengaja? Apa kamu yakin?"Liana tahu lebih baik dari siapa pun tentang kebencian yang sangat kuat di mata Darra ketika mendorongnya.Liana sudah pernah bilang kalau Darra bukan gadis baik-baik, tetapi Justin tidak mau percaya.Memikirkan cucunya yang tidak bisa disadarkan, Liana menggelengkan kepalanya. Kekecewaan di hatinya makin besar.Darra diam-diam menggertakkan gigi dengan kesal, tetapi masih memaksakan diri untuk tersenyum dan membujuk Liana, "Nenek, aku benar-benar sadar akan kesalahanku, maafkan aku. Aku janji nggak akan pernah mengulanginya lagi!"Sergio yang sejak tadi diam saja pun tiba-tiba bersua
Darra menarik diri karena ketakutan dan tidak berani bicara lagi.Dia menggerutu dalam hati dan merasa tidak terima.Apa yang wanita ini banggakan sebenarnya? Dia masih harus membujuknya dan Justin kalau ingin mendapatkan jaminan hari tua nanti!Liana menatap Burhan yang tidak mengatakan apa-apa sejak tadi, lalu bertanya, "Burhan, bagaimana menurutmu?"Burhan mengangkat matanya dan menggeleng pelan. "Bu, aku nggak masalah. Aku sudah mendengar apa yang terjadi dalam beberapa hari terakhir dan akan kembali untuk mendisiplinkan Justin dan Darra. Aku nggak akan membuat mereka menyusahkanmu lagi."Liana mengangguk pelan, merasa puas dengan sikap Burhan."Bukan itu yang aku tanyakan. Aku ingin tahu bagaimana pendapatmu tentang perpisahan keluarga ini?"Burhan menyeka wajahnya dan bertanya, "Bu, apa keluarga kita harus dipisah?"Liana mengangguk. "Memang harus dipisah."Burhan terdiam.Dia tidak mampu melakukan apa-apa. Jika bukan karena Sergio yang telah melipatgandakan kinerja perusahaan, d
Setelah mengatakan itu, Liana melirik Sergio dan mengatakan, "Aku akan minta Firdan buat memilah aset yang ada di tanganku. Kamu simpan saja saham milik Perusahaan Hardwin untukmu sendiri. Mengenai harta benda yang lain, kalau mereka nggak setuju, jangan harap mereka bisa mendapatkan satu peser pun."Sergio mengangguk mengerti, "Ya, aku mengerti."Melihat keengganan Liana untuk menyebutkan masalah ini lebih jauh dan dengan sengaja mengalihkan pembicaraan, kerutan di dahi Hazel makin dalam.Dalam perjalanan pulang, Sergio merasakan kemurungannya, jadi menggenggam tangannya pelan. "Lagi mikirin apa?"Hazel menoleh ke arah Sergio dan bertanya, "Orang yang dimaksud Irma barusan, apa itu ibuku?"Sergio tertegun dan tidak langsung menjawab. Dia malah berkata, "Ini permasalahan antara orang tua, lebih baik kamu nggak usah tahu.""Tapi aku ingin tahu."Hazel menggoyangkan lengan Sergio, merajuk dengan suara lembut.Sergio dibuat tidak berdaya, jadi dia mengatakan apa yang dia tahu, "Saat masih
Sergio dengan cepat melikuidasi aset-aset tersebut dan menunjukkannya kepada Burhan.Kalau tidak dihitung mungkin tidak ada yang tahu kalau uang yang digunakan untuk mencukupi semua kebutuhan keluarga Burhan selama bertahun-tahun adalah milik Sergio.Irma sangat boros, membeli tas dan perhiasan bermerek terbaru setiap musim dan memamerkannya.Dia juga menyisihkan sejumlah uang untuk membantu keluarga ibunya.Sebelum menikah dengan Keluarga Hardwin, keluarga Irma hanyalah keluarga biasa dari pedesaan, bahkan bisa dianggap tidak berkecukupan.Namun seiring berjalannya waktu, tidak hanya orang tua Irma, tetapi juga para om dan tantenya pun pindah ke rumah berkelas.Mereka tidak memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, yang juga tidak memiliki banyak kemampuan yang mumpuni. Jadi, kalau ingin tinggal di kota besar seperti Kota Palapa, mereka tidak akan bisa bertahan.Irma pun dengan baik hati menempatkan mereka di cabang Perusahaan Hardwin.Mereka menempati posisi manajer umum dan direktur
"Wanita tua sialan itu memang pilih kasih! Kelak, rumah lama pasti akan jadi milik Sergio! Ini nggak adil!"Justin yang sedang mengemasi barang-barangnya hanya bisa geleng-geleng kepala mendengar keluhan ibunya."Ibu, jangan bicara begitu. Nenek akan sedih kalau dengar!"Siapa sangka Irma tidak hanya tidak mendengarkan nasihat itu, tetapi malah memperkeruh suasana dengan sengaja meninggikan suaranya."Kenapa memangnya kalau aku bilang begitu? Dia memang pilih kasih kok, masa masih takut dibilang pilih kasih. Kalau nggak, kenapa dia kasih perusahaan sama Sergio?"Dari Erlina yang dipaksa mengonsumsi obat perangsang hingga masalah pisah rumah, semua itu memberikan rangsangan yang begitu besar bagi Irma.Sekarang, dia tidak cukup mampu untuk melawan Sergio. Namun, dia tidak akan melepaskan masalah ini begitu saja!Dia melirik Justin yang tak berdaya dan merasa makin jengkel. "Kalau kamu nggak mau ibumu menderita, kamu harus berjuang dan merebut kembali warisan perusahaan dari Om mu!"Darr
Saat itu, pintu kamar tiba-tiba ditendang hingga terbuka."Braak!" Bunyi gebrakan yang cukup keras mengejutkan semua orang yang ada di dalam kamar.Irma menoleh ke arah pintu dan mengerutkan keningnya saat melihat Burhan. "Kenapa kamu pulang? Bukannya kamu harus pergi untuk meminta daftar aset sama Sergio?"Burhan berjalan menghampirinya dengan wajah muram, melambaikan daftar di tangannya ke arahnya."Ya, sudah aku ambil."Mata Irma berbinar. Dia buru-buru membuka kertas itu dan melihatnya.Saat itu, Remon meninggal secara tiba-tiba, jadi tidak sempat meninggalkan surat wasiat.Namun karena masih ada Liana, ditambah lagi Sergio yang masih belum menikah, mereka tidak pisah rumah.Remon adalah orang yang sangat paham bagaimana menikmati hidup. Tidak hanya mengoleksi banyak lukisan, kaligrafi dan barang antik yang mahal, dia juga memiliki banyak harta benda pribadi.Irma sangat ingin mendapatkan semua itu.Namun ketika membaca apa yang ada di dalam daftar itu, wajah Irma langsung tersenta