“Tidak apa-apa, kini aku sudah tahu dan tidak masalah jika Gemma menganggap aku adalah mommy-nya. Biarkan dia menganggap hal itu agar dia bahagia. Jangan hancurkan impian itu.” Ghea menghapus air mata Rowan. “Ghe,” panggilnya menatap Ghea lekat. “Aku tidak keberatan jika dia menganggapku mommy-nya.” “Terima kasih, Ghe.” Rowan memeluk Ghea erat. Merasa bersyukur karena bisa mengerti akan dirinya. Pelukan Rowan itu benar-benar menenangkan hingga perlahan Rowan kembali tenang. Perlahan dia melepaskan pelukannya. “Maafkan aku kamu melihatku begitu rapuh.” Rowan merasa malu karena menangis di hadapan Ghea.“Jika aku tahu sejak lama, mungkin aku akan memelukmu sejak lama.” Ghea tersenyum tipis. “Maaf aku sudah meninggalkamu.” Tangan Rowan membelai lembut wajah Ghea. Tidak ada niat Rowan sama sekali. Dia hanya ingin memilih mana yang harus diprioritaskan saat itu. “Jika aku jadi kamu, aku akan melakukan hal yang sama. Aku sadar jika dulu memang aku terlalu manja. Selalu memintamu ada un
Seharian Ghea berada di rumah Rowan. Menjaga Gemma agar lebih cepat sembuh. Gemma begitu senang ketika ada Ghea di rumahnya. Dia merasa jika mommy-nya selalu ada di sisinya. Hingga tak takut lagi kehilangan. “Besok jika Gemma sembuh, kita akan main ke kebun binatang.” Besok Ghea praktik sore. Jadi dia punya waktu untuk jalan-jalan di pagi hari. Dia ingin membuat Gemma senang. Karena dengan begitu Gemma akan cepat sembuh. “Benarkah, Mommy.” Bola mata kecil yang begitu polos berbinar. Tidak sabar menunggu hari di mana dia akan segera sembuh dan pergi untuk jalan-jalan.“Iya, jadi Gemma harus cepat sembuh.” Ghea membelai lembut rambut Gemma. Sore hari Ghea harus kembali ke Klinik. Dia berpamitan dengan Gemma. Awalnya Gemma tidak mengizinkan Ghea untuk pergi. Namun, setelah dibujuk akhirnya Gemma mau juga membiarkan Ghea pergi. Rowan mengantarkan Ghea ke Klinik, mengingat mobil Ghea masih dibawa oleh Raya.“Aku rasa nanti malam, kamu tidak perlu ke rumah.” Rowan yang menyetir menoleh s
“Kamu bisa menebak.” “Aku ingat sekali kita menghias rumahmu dengan lampu-lampu.” Dulu, Ghea sering sekali menghabiskan waktu dengan Rowan. Semua terasa begitu indah. “Kamu masih ingat.” Rowan tersenyum.“Sebuah kenangan bukan untuk dilupakan, tetapi untuk dikenang.” “Apa berat saat aku tidak ada di sisimu?” Rowan menatap lekat wajah Ghea. Dia ingin tahu apa hanya dirinya saja yang terluka atas hubungan dengan Ghea. “Awalnya cukup berat, tetapi aku mulai terbiasa.” Ghea tersenyum tipis. Memang tidak nyaman di awal-awal saat mengetahui jika hubungan kandas. Terbiasa ada Rowan dalam hidupnya membuatnya harus beradaptasi ulang ketika pria itu tidak ada. “Apa kamu membenciku saat itu?” “Sangat,” jawab Ghea dengan tersenyum tipis. Setiap hari dia mencaci maki Rowan yang dengan teganya meninggalkannya tanpa alasan. Ingin rasanya saat itu dia mencekik Rowan untuk membuat kekesalannya lega. Sayangnya, hal itu tak pernah dilakukannya. “Apa sekarang juga kamu membenciku?” Rowan menarik t
Waktu bergulir dengan cepatnya. Ghea yang harus bekerja di sore hari membuat mereka akhirnya mengakhiri perjalanan jalan-jalan hari ini. Bagaimana bahagianya Gemma sudah membuat Rowan dan Ghea puas. Rowan melajukan mobilnya ke rumah. Tadinya dia ingin mengantarkan Ghea dulu. Sayangnya, karena Gemma tidur mau tidak mau dia harus membawa Gemma pulang dulu baru mengantarkan Ghea. Ketika mobil sampai di rumah, Ghea langsung menggendong tubuh mungil Gemma untuk masuk ke rumah. Kemudian menurunkannya dengan perlahan ke tempat tidur. Gemma tidur dengan pulasnya. Mungkin karena dia begitu lelah beraktivitas seharian. Melihat Gemma yang tidur pulas, akhirnya Ghea segera pulang. Dia harus segera bersiap untuk berangkat bekerja. Rowan mengantarkannya untuk pulang. Sebelum nanti Gemma bangun dan protes karena mommy-nya harus kerja.“Terima kasih sudah membuat Gemma bahagia hari ini.” Saat dalam perjalanan ke rumah Ghea. “Tidak hanya Gemma yang bahagia. Aku pun juga bahagia.” Ghea tersenyum. S
Cukup lama Dean menunggu Ghea dan Raya, hingga akhirnya dua dokter muda itu selesai juga. Sebelum ke rumah, mereka memilih makan di restoran dekat dengan Klinik. “Kamu menginap di mana?” Ghea yang sedang menikmati makan, melayangkan pertanyaan. “Aku akan cari hotel di dekat sini.” Setelah mengantarkan Ghea dan Raya, Dean akan mencari hotel di dekat sini. “Kenapa kamu harus tidur di hotel. Kamu bisa tidur di kamarku saja.” Ghea tidak mengizinkan Dean untuk ke hotel. “Lalu kamu tidur di mana?” Raya membulatkan matanya. Takut-takut jika Ghea akan tidur dengan Dean. “Jelas saja aku tidur denganmu.” Ghea tersenyum melihat ekspresi wajah temannya itu. Pasti temannya itu mengira jika dirinya akan tidur dengan Dean. “Aku pikir ….” Raya melirik Dean. Dia pikir temannya itu akan tidur dengan pria yang duduk di depannya itu. “Tidur denganku begitu?” tanya Dean menggoda. Senyumnya tertarik di sudut bibirnya. Merasa lucu dengan apa yang sedang dipikirkan Raya. “Kamu ini, itu tidak akan mun
Dean melihat pria yang berada di depannya. Dia hafal betul siapa itu. Siapa lagi jika bukan Rowan-mantan kekasih Ghea. Lalu kenapa dia bisa ada di sini? Pertanyaan itu berada di kepala Dean. Terakhir dia bertemu adalah ketika Dean ke kampus, mengurus kepindahahannya. Dean mencoba mengingatkan memori dalam ingatannya.Enam Tahun LaluPagi itu Dean sedang ada urusan di fakultas ekonomi. Ghea yang pergi dengan Raya pun membuatnya dapat leluasa untuk menyelesaikan urusannya. Tepat di tempat parkir Dean melihat seseorang yang begitu tidak asing dilihatnya. Rahangnya mengeras ketika melihat pria itu. Sudah setahun ini pria itu menghilang bak ditelan bumi dan kini pria itu datang ke kampus dan tampak tenang sekali. Dean yang turun dari mobil langsung menghampiri Rowan yang kala itu hendak masuk ke mobil. Dean yang kesal langsung menarik Rowan dan melayangkan bogem mentah di pipi Rowan. Beruntung tempat parkir kala itu sepi. Jadi apa yang dilakukan Dean tidak mencuri perhatian banyak oran
“Halo, kamu ke sini?” tanya Ghea membelai tubuh Gemma. Senyumnya mengembang dengan sempurna. “Iya, Gemma mau sekolah.” Gemma menengadah menatap Ghea. “Mommy belum mandi, jadi tidak bisa antar Gemma. Bagaimana jika berangkat dengan Daddy dulu, nanti Mommy akan jemput.” Ghea tersenyum memberikan pengertian. “Oke, Mommy.” Gemma mengangguk. Ghea mendaratkan kecupan di pipi. Kemudian meraih tangan Gemma mengajaknya menghampiri daddy-nya. “Aku akan menjemputnya nanti.” “Baiklah, aku juga sedang banyak pekerjaan.” Rowan sudah beberapa hari sibuk dengan Gemma, jadi dia memilih untuk menitipkan Gemma pada Ghea. Dia langsung mengulurkan tangan pada anaknya. “Da … Mommy.” Gemma melambaikan tangan pada Ghea. “Da-da, Sayang.” Ghea dengan senyum terbaiknya melambaikan tangan. Rowan membawa anaknya pergi dari rumah Ghea. Mengantarkan anaknya dengan segera. Dia hanya menganggukkan kepalanya sejenak pada Dean yang berdiri mematung di depan pintu. Dia bergegas, mengingat jika Gemma sudah kesia
Dean sudah kehilangan seleranya untuk berolahraga. Dia lebih memilih duduk manis di rumah Ghea. Menanyakan banyak hal yang harus diketahuinya. Ghea yang hari ini praktik sore pun memanfaatkan untuk membersihkan rumahnya. Bergantian dengan Raya. “Jadi Rowan pernah bertemu dengan Daddy Bryan dan Mommy Shea.” Dean yang mendengar cerita Ghea yang sedang menyapu pun terkejut. “Iya, dan daddy murka saat tahu jika istrinya Rowan di luar negeri. Waktu itu kan aku belum tahu kisah Rowan.” Ghea memberikan kode pada Dean untuk menaikkan kakinya saat di sedang menyapu. “Jadi artinya Daddy Bryan tidak setuju dengan Rowan.” Dean memancing pembicaraan. “Iya, karena dia tahunya Rowan punya istri. Kalau dia tahu jika Rowan tidak punya istri mungkin dia setuju saja.” Ghea mengarahkan kotoran yang disapunya ke arah pintu masuk. Menampungnya dengan pengki dan membuangnya. Setelah selesai menyapu, dia kembali. Mencuci tangan dan ikut duduk di samping Ghea. “Jadi kamu ingin kembali padanya?” tanya Dea